Chapter 10

20K 1.8K 256
                                    

A/N. tidak dianjurkan untuk membaca cerita ini bagi mereka yang gampang galau. angst! angst!

Langit masih gelap ketika mereka berjalan menyusuri hutan. Kurama melangkah di depan, tangan alpha itu dengan erat menggenggam tangan adiknya. Menyalurkan kehangatan melewati tangan besarnya membungkus tangan mungil Naruto.

Tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan, semua sibuk dengan pikirian masing-masing. Dalam hatinya Kurama menyadari betapa ringkih dan kurusnya tubuh sang adik ketika mereka berpelukan. Tubuh yang memang berukuran kecil itu terasa semakin mungil karena hanya tulang kering berbalut kulit.

Dada Kurama berdenyut ngilu, rasa bersalah itu kembali merambat dalam dadanya, mencengkeram paru-parunya dan menimbulkan rasa sakit tiap ia menghembuskan napas. Seharusnya ia tak meninggalkan kawanan, atau seharusnya ia membawa Naruto bersamanya, begitu banyak kata 'seharusnya' yang bergema dalam pikirannya, namun saat ini Kurama menyadari menyesal saja tidak akan membuat segalanya lebih baik, ia akan mengisi bertahun-tahun yang hilang mulai dari saat ini.

"Kyuu-nii!" Suara Naruto di belakang dan tarikan pada genggaman tangan mereka membuat Kurama menoleh.

"Apa gaki? Kau ingin aku gendong?" Ia bertanya asal.

"Hei! Kau kira aku anak kecil minta di gendong!" Naruto berteriak kesal, tangannya menggoyang-goyangkan tangan mereka yang bertautan.

"Aku.. ingin kembali ke kawanan itu, aku tidak bisa pergi begitu saja tanpa berpamitan kak.." Naruto berujar dan Kurama menaikkan satu alisnya.

.

.

.

Panik

Sasuke dapat merasakan bahwa ia panik saat ini, sangat panik lebih tepatnya. Para kawanan telah pergi bersama beberapa serigala untuk mencari Naruto, kawanan yang berjaga semalam mengatakan omega itu berjalan menuju arah sungai, dan para regu pencari sudah menyusuri sungai namun hasilnya nihil.

"Lukamu akan kembali terbuka jika kau tidak bisa diam begitu Sasuke.." Orochimaru berujar, bersandar di salah satu batang pohon di pinggir sungai, mata tabib itu merah karena ia terjaga di jam tidurnya.

"Kau pasti tau Naruto di mana kan sensei?" Sasuke berbisik setengah menggeram, ini semua di luar perkiraannya, seharusnya pagi ini ia bersama Naruto, harusnya mereka makan bersama dan Sasuke akan menyatakan perasaannya pada omega itu. Namun kini mate-nya tak dapat ia temukan di manapun. jiwa serigalanya bergerak gelisah, jika saja denyutan di pundak tidak mengganggunya, Sasuke tentu sudah berubah menjadi serigala dan mencari Naruto.

"Dia akan kembali Sasuke, tenanglah." Orochimaru berujar dengan nada yang tenang, namun Sasuke tahu bahwa senseinya itu tidaklah setenang suaranya, Orochimaru bukanlah tipe kawanan yang mau repot-repot keluar dari gubuknya, ia hanya akan keluar di saat saat genting sebagai tetua kawanan atau untuk mencari tanaman obat. Dan keluar di pagi hari adalah hal yang nyaris tak pernah ular itu lakukan.

.

"Tak ada jejak dari Naruto, Sasuke?" itu adalah pertanyaan pertama yang Sasuke dapatkan begitu ia mencapai gerbang masuk, pertanyaan yang terlontar langsung dari mulut sang pemimpin kawanan.

Fugaku berdiri di depan pintu gerbang, setelah mengetahui Naruto menghilang ia secara langsung memerintahkan para alpha dan serigala mereka untuk mencari keberadaan omega itu.

"Tidak ayah." Sasuke berujar menunduk, merasa kecewa pada dirinya sendiri karena tak dapat melindungi Naruto. Ia merasa gagal sebagai seorang alpha.

Sang pemimpin kawanan hanya menghela napas dan mengangguk sebelum berbalik pergi. Sementara Sasuke, aplha itu hanya terdiam di tempatnya semula.

"Dia akan kembali Sasuke.." Sebuah tepukan lembut di bahunya membuat Sasuke menoleh, menemukan sang ibu yang menatap anaknya khawatir. "Dia adalah pasangan jiwamu, apapun yang terjadi dia pasti akan kembali." Mikoto berujar, suara lembutnya bergema meyakinkan sang anak. Meski jauh dalam hati ia pun berharap tak ada sesuatu yang buruk terjadi.

Unwanted Mate *sasunaru-Yaoi*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang