Dea mengerjapkan matanya berkali-kali. Tak menyangka bahwa Dylan sekarang berlutut di hadapannya, menyatakan cinta padanya. Tak berpikir dua kali, saat itu juga ia menerima cinta Dylan.
Mimpi apa, tapi Dea sangat senang. Baginya, bahagia yang sesungguhnya telah datang di hidupnya.
Semua yang ia impikan terjadi seperti bayangannya. Dan ia harap ... semua akan terus begini, tak ada yang berubah.
Ia tak tahu, bahwa hujan akan selalu ada, menggantikan matahari yang bersinar terang dan pelangi yang melengkung indah.
*
2 minggu kemudian ...
"AGGHH!" teriakan frustasi Dylan membuat Dea yang sedari tadi memperhatikan Dylan menoleh. Baru saja ia datang, saat melihat Dylan sendirian. Perlahan, ia menghampiri Dylan yang sekarang telah resmi menjadi pacarnya itu.
"Dylan kenapa?" tanya Dea. Matanya tak lepas dari Dylan.
"Pergi lo. Gue gak butuh lo." Balas Dylan ketus. Berusaha mengusir Dea dari hadapannya.
"Nggak. Dea gak mau pergi. Dylan harus cerita sama Dea."
"Hah. Dasar cewek php," ucap Dylan pelan.
"Php? siapa?" tanya Dea penasaran.
"Dinda. Dateng semaunya, pergi juga semaunya. Dia maunya apa coba?" kini, pandangan Dylan mengarah lurus ke Dea.
Dylan munafik. Munafik kalau terus membohongi perasaannya sendiri pada Dea.
Perlahan, kata demi kata meluncur dari bibir mungil Dea. Berbagai kata motivasi agar Dylan tidak bersedih Dea ucapkan.
Sejujurnya, Dea bingung kenapa Dylan sangat 'begitu' pada Dinda. Dea tau kalau Dinda adalah mantan Dylan. Tapi Dea juga tau, kalau itu adalah masa lalu yang tak perlu diungkit lagi.
"TAPI LO GAK NGERTI! GUE SAYANG DIA BEGO! GUE SAYANG SAMA DINDA!" seru Dylan.
Dea seketika menunduk. Takut melihat Dylan yang memarahinya. Perlahan, senyum tulus hadir di bibirnya. Dea tau rasa itu masih ada. Dea tau rasa Dylan pada Dinda masih ada.
Dea mengangkat kepalanya, menatap Dylan yakin, seraya berkata, "Dylan kesel sama Dinda? Dylan boleh lampiasin ke Dea. Biar Dylan puas, biar hati Dylan gak sesek."
Mendengar ucapan Dea barusan, seolah ada yang menghantam keras hatinya. Rasa simpati mendadak menyerang dirinya.
Dylan yang munafik, Dylan yang egois, ia tetap tak memperdulikan rasa itu.
Yah sekalian lo jadiin dia pelampiasan lah, pelarian hm?
Dan, ucapan Geo saat itu seperti mendukung keegoisannya.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat
Short Story"Sekarang gue sadar, lo gak pernah mau gue ada di hidup lo." -Dea "Sekarang gue sadar, lo yang selalu ada di hidup gue." -Dylan Copyright © 2016 by skyatnight.