"Laan, aku mau itu. Beliin! Terus tadi aku liat sepatu, cantik deh. Beliin ya? Aku pengen cincin juga. Mau yang emas asli. Murah kok harganya, cuman 15 juta. Terus Lan, aku ma--"
"Stop Din, kamu berisik banget sih?" potong Dylan. Dirinya merasa risih dengan kehadiran Dinda akhir-akhir ini. Semakin lama ia bersama Dinda, semakin menipislah dompetnya.
Dinda selalu meminta ini-itu. Bahkan ketika kemarin ia benar-benar tidak memiliki simpanan uang lagi, Dinda malah pergi meninggalkannya.
Dinda tak pernah mendengarnya bercerita, tak pernah menyapanya dengan ceria. Tak pernah mengertinya.
Dan dirinya ... merindukan Dea.
*
Genap satu tahun tak pernah berbicara, tak pernah mengganggu Dylan. Dea hanya diam. Tak ada sapaan biasa, tak ada pendengar yang baik untuk Dylan. Dea benar-benar menjauh.
"Hai De," sapa Dylan.
Dea menatap Dylan dengan tatapan datar. Rasa yang dulu pernah ada itu perlahan menghilang. Dea berhasil melupakan Dylan. Dea berhasil menghilangkan perasaannya untuk Dylan.
"Gue ... putus." Ujar Dylan pelan. Memang benar. Setelah permintaan Dinda yang segudang itu, Dylan memilih untuk memutuskan Dinda.
"Jadi?" tanya Dea datar.
"Gue nyesel De, gue sayang lo. Lo yang selalu ada buat gue ..." Lirih Dylan.
"Maaf Lan, semua udah terlambat." Dea beranjak dari duduknya menuju Davi yang tengah berdiri.
"Siapa?" tanya Davi pada Dea. Dea tersenyum tipis lalu menjawab pertanyaan dari pacarnya.
"Orang dari masa lalu."
Dylan menatap Dea yang menjauh bersama seorang cowok. Dirinya telah terlambat. Benar.
-end-
***A/N:
Holla!
Ini langsung aku tamatin aja ya wkwk males ngepublish lagi besok-besok.
Btw aku puas banget sama endingnya, HEHEHE.
Udah gitu aja ehe. tq.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat
Short Story"Sekarang gue sadar, lo gak pernah mau gue ada di hidup lo." -Dea "Sekarang gue sadar, lo yang selalu ada di hidup gue." -Dylan Copyright © 2016 by skyatnight.