Terlambat

(3) Dinda

"Oh ya, kenapa lo gak pacaran aja sama dia?"

**

Pertanyaan itu sukses membuat Dylan mebelalakan matanya kaget.
Tak bertahan lama karena dengan cepat Geo meralat ucapannya.

"Eh maksud gue, biar dia gak ganggu lo gitu. Maksud gue, dengerin baik-baik ya, maksud gue itu ... dengan cara lo pacarin dia, dia bakal nganggep dia udah milikin lo jadi dia gak bakal ngejer-ngejer lo banget." Jelas Geo.

Dylan terdiam. Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi jika ia menerima usulan sahabatnya.

"Lan, Lan," panggil seorang cewek yang tiba-tiba berada di depannya.

Seketika tubuhnya kaku. Jantungnya seakan bekerja lebih cepat dari biasanya. Lidahnya kelu. Ntah kenapa ia merasa seperti mayat hidup saat itu juga.

"Gue nitip ini ke Dea ya, gue tadi minjem kaca ini ke Dea, cuman gue lupa balikin ke dia. Terus pas gue balik ke sekolah lagi sekarang ini, dianya udah gak ada. Udah pulang deh kayaknya," ucap cewek itu. Dengan reflek Dylan menganggukan kepalanya. Tak lama kemudian cewek itu lari menjauh.

Dylan menatap cewek itu sampai akhirnya cewek itu hilang dari pandangannya.

"Woy," tegur Bimo yang daritadi memperhatikan sahabatnya itu. Bimo tersenyum, mengerti satu hal.
"Kenapa? Lo belum bisa move on dari dia kan? Inget man, dia cuman masa lalu lo," lanjut Bimo.

"Diem lo." Ucap Dylan.

*

Adalah Adinda Syafira. Ia biasa dipanggil Dinda, orang yang berhasil mencuri hati Dylan. Sudah genap satu tahun yang lalu, status Dinda adalah seorang mantan Dylan.

Dan selama itu juga, ia masih belum bisa melupakan Dinda. Karena rasa itu selalu kembali. Kembali dan kembali saat ia menatapnya. Saat ia berbicara padanya. Dan saat ia menyapanya.

"Dylan si malang yang gagal move on, gimana sama usulan gue? Yah sekalian lo jadiin dia pelampiasan lah, pelarian hm?" ujar Geo.

"Yap, bener banget. Kali ini gue setuju sama Geo." Sambung Bimo sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

Tanpa memikir lebih jauh, Dylan sepakat menjadikan Dea targetnya. Dan malam itu ... ia menembak Dea.

**