Bab 2:Hamdani Menunggu Peluang Untuk Berbicara

42 3 0
                                    

****Bagian ini juga kelanjutan dari bab sebelumnya dengan kata lain sesudah ini adalah bab 7 dan 7.5 karena bab itu sudah jadi di bab selanjutnya setelah yang ini adalah kelanjutan dari bab 7 yaitu bab 8/bab 3 Terimakasih****

Jam menunjukkan sudah lewat tengah malam. Aku memeriksa semua akun palsu yang kubiarkan bekerja secara otomatis di PC rumahku.

Sekitar tiga hari semenjak akun ini mengudara, aku menghabiskan mayoritas waktuku untuk tweeting sambil mempersiapkan berbagai macam persiapan.

Seperti yang kuduga, tidak semua siswa disini menggunakan Twitter dan ada beberapa juga yang tidak tertarik dengan pemilihan Ketua OSIS.
Ada juga akun yang lama tidak aktif dan ada juga yang memang sengaja dari awal membenci pemilihan Ketua OSIS. Ada juga hari dimana retweet tidak berkembang banyak. Karena itu aku menciptakan akun baru bernama 'Pendukung Dika Garis Keras' sebagai rencana cadangan.

Meskipun jumlah siswa disini adalah 1200 orang, kita mampu melewati target yang sudah ditetapkan karena akun baru ini. Benar-benar harus berterima kasih ke akun penyelamat kita kali ini, Dika.

Dengan ini, aku akhirnya bisa berbicara dengan Rika dan itu akan membuatku memiliki materi pembicaraan ke Risa dan Lily Kita akan memiliki bahan untuk dinegosiasikan.

Sekarang, kita sampai di bagian sentuhan akhirnya.

Dengan PC menyala, aku mengambil teleponku.

Seperti yang kuduga, aku tidak punya nomor teleponnya. Aku melihat daftar kontakku dan seperti yang kuduga, tidak ada namanya disini.

"Aaah..."

Ini mengingatkanku. Aku memang tidak mendaftarkan namanya ke handphoneku karena aku merasa kalau aku tidak akan pernah menelponnya? Atau memang pernah dan aku tiba-tiba menghapusnya...? Ingatanku tentang masalah itu memang agak tidak jelas.

Ah, mungkin ada di history panggilan.

Dengan itu, aku coba cek history panggilan handphoneku. History yang kulihat dari tadi hanyalah Kakaku, namun ketika aku scroll up ke sekitar waktu Festival Budaya, ada satu nomor telepon yang tidak familiar. Aah, aku memang menelponnya waktu itu, bukan...?

Aku menelpon nomor itu.

Telepon langsung diangkat sebelum aku mendengar suara dering bell.

["Ini aku"]

Satu-satunya orang di dunia yang mengangkat telepon dan menjawabnya seperti itu.

"Ini Ini Karma?"[note:Karma adalah orang yang aku hubungi saat pencarian Ketua di Season 1]

["Tentu saja, apa urusanmu kali ini denganku? Aku sedang bermain game di handphoneku, kuharap pembicaraan ini tidak lama."]

Benar juga, jadi itu alasannya dia bisa langsung mengangkat teleponnya sebelum bunyi dering pertama. Kupikir dia selama ini selalu standby untuk menunggu panggilanku, tapi kalau kupikir-pikir, dugaanku barusan cukup menakutkan. Well, aku sendiri tidak mau berlama-lama. Ayo kita buat ini cepat.

"Maaf. Aku butuh sedikit bantuan soal akun Twitternya."

["Humu?"]

Tentu saja, bahkan Sang Guru Hebat Perkomputeran Karma pun kalau mendengar hal ini, dia tidak akan mengatakan tidak. Tetapi responnya barusan sangat membingungkan.

["Nfuu, memang benar, mengubah settingannya bisa dengan mudah kulakukan kapan saja, tetapi..."]

"Kalau begitu kuserahkan padamu untuk menangani akun-akun yang kamu tangani sekarang. Aku akan melakukannya ke akun yang sedang kutangani ini juga."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L2:Loner and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang