Pintu yang terbuka itu memberikan celah bagi angin untuk bertiup masuk ke ruangan ini.
Rambut hitam dan panjang Bu Rina melambai-lambai tertiup angin tersebut. Dia menyentuh rambutnya sekilas dan langsung masuk ke ruangan dengan derap langkah yang cukup mengganggu.
"Aku ada request untuk kalian, tapi..."
Ketika dia mengatakannya, dia melihat ke arah kami dengan penuh tanda tanya.
"Apa telah terjadi sesuatu?"
Kami hanya duduk terdiam tanpa membalasnya. Lily melihat ke arah yang lain, sementara Risa duduk saja sambil menutupkan matanya.
Karena itu, kesunyian yang janggal ini membuat Guru memiringkan kepalanya lagi. Lalu dia melihat ke arahku.
"Tidak, tidak ada apa-apa."
Dengan tatapan seperti itu, bahkan aku sendiripun tidak punya mental yang kuat untuk tidak menjawabnya, jadi aku menjawabnya dengan santai.
Aku mencoba menjawabnya sependek mungkin,namun dia hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya. Tampaknya dia sudah punya gambaran tentang apa yang terjadi disini. Dengan Risa dan Lily yang hanya terdiam, tidak perlu orang pintar untuk menjelaskan apa yang terjadi disini.
"Mungkin aku akan kembali lagi nanti?"
"Entahlah, kami tidak keberatan kalau anda melakukannya."
'Dengan kata lain, anda kembali lagi nanti juga tidak akan berubah',
itu arti sebenarnya. Apa dia akan kembali nanti, atau besok, suasana stagnan ini akan terus terjadi."...Begitu ya."
Dia sepertinya cukup paham maksud dari nada suaraku tadi.
Untuk menghindari suasana berkembang menjadi lebih tidak menyenangkan, Lily berusaha mencairkan keadaan.
"Bu, , apa ada yang bisa kami bantu?"
"Ah, benar...Kalian silakan masuk ",
Bu Rina berbalik ke pintu dan memanggil seseorang. Lalu terdengar suara lembut
"Permisi...", seorang yang sangat familiar masuk ke ruangan dengan perlahan. Gadis ini memiliki tipe rambut pigtail yang diikat dengan ikat rambut, dan tampilannya sangat memukau.
Dia adalah Wakil Pembina OSIS, Nika Monika.
Dan yang mengikuti di belakangnya adalah seorang gadis yang kurang familiar.
"Kami memiliki request..."[note: Nika mengatakan 'kami' daripada 'dia'. Artinya di request ini ada juga kepentingannya. Tidak hanya kepentingan Rika.]
Dengan mengangguk kecil, gadis itu melangkah masuk ke ruangan ini.
Rambutnya yang sebahu tampak melambai-lambai mengiringi langkahnya. Dengan tampilan rambutnya yang terlihat natural, hiasan kukunya tampak memantulkan cahaya matahari senja, menebarkan cahaya ke berbagai sudut ruangan.Dengan rambut sebahu dan mata yang lebar, dia mirip seperti binatang yang kecil, memberikan kesan manis. Seragamnya tampak sedikit kusut dan dia meremas-remas ujung lengan panjang cardigannya.
Ketika aku menatap ke arahnya sambil berpikir siapa dirinya, dia lalu menatap kami dengan senyum yang malu-malu.
Seketika, aku merasa hatiku tersayat-sayat. Jelas, ini bukanlah cinta pada pandangan pertama. Ini adalah sebuah peringatan bahaya.
"Ah, Rika."
Ketika Lily menyapanya, gadis yang disebut Dek-Rika ini membalasnya dengan nada yang ringan.
"Kak Lily, hellooooo~"
"Yahallo~"Keduanya melambaikan tangannya di depan dadanya.
"Ah, jadi kamu sudah kenal dengan Rika. Kalau begitu kita bisa langsung ke topik masalahnya."Setelah melihat salam tadi, Kak Nika mengangguk.
Rika...Aku sepertinya pernah mendengar itu.
Dia tampaknya semacam manajer dari Klub Sepak Bola. Dia adalah gadis yang merengek-rengek ke Dika di Turnamen Bola yang digelar sebelum liburan musim panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
L2:Loner and Love
De TodoJalan cerita maju mundur Jadi sedikit membuat otak pusing dan berbelit Campuran kisah hidup Penulis dan Hikigaya yang 97% memiliki kesamaan