Chapter 3

422 48 1
                                    

Author's POV
(Hoshi Side)

Keesokan harinya.
Memang benar, kemarin Mingyu dan Hoshi tidak berani mengusik sahabat mereka, Jeon Wonwoo. Mereka selalu mencoba melupakan pikiran buruk mereka tentang kondisi Wonwoo saat ini. Walau mereka tahu, seharusnya mereka langsung menenangkan Wonwoo di detik ia tersakiti.

"Wonwoo-ya. Kau sudah membuat tugas Biologi?" Begitulah cara Hoshi untuk mengetahui keadaan Wonwoo saat ini. Menyapanya agar ia tahu, bagaimana respon Wonwoo yang jelas-jelas menunjukkan kondisi mood gadis itu.

"Belum. Kupinjam tugasmu saja." nada suaranya ketus. Hoshi tahu bahwa kondisi mood Wonwoo sedang sangat buruk. Ia semakin khawatir terhadap sahabat perempuannya ini.

Matanya melirik Mingyu yang sejak tadi memperhatikan dirinya juga Wonwoo dari pojok kelas.

"Baiklah, ini tugasnya. Kuharap kau menyelesaikannya dengan cepat.
Mrs. Byun akan segera datang untuk memulai kelasnya." kata Hoshi lembut. Tatapannya masih terfokus pada ekspresi Wonwoo yang sejak tadi tidak melihat ke arahnya. Tangan gadis itu masih sibuk menyiapkan alat-alat sekolah yang akan ia gunakan untuk belajar nanti.

Sebuah senyuman tipis gadis itu berikan pada laki-laki bermata sipit di depannya, ketika menerima buku tugas sahabatnya. Hoshi pasrah. Tak ada satupun respon yang dikatakan Wonwoo.

Hoshi melangkah pelan, mendekati Mingyu yang kini mengekspresikan wajah penasaran. Laki-laki tinggi itu menatap Hoshi seolah-olah bertanya tentang kelanjutan kondisi Wonwoo.

Jujur, mereka khawatir. Sangat jarang bagi mereka untuk melihat seorang Jeon Wonwoo hanya tersenyum tipis. Walaupun, sering berwajah datar, tetapi Wonwoo bukanlah orang yang sekedar menyunggingkan sudut bibirnya untuk sahabat-sahabat terdekat. Setidaknya, gadis itu akan tertawa pelan atau memberikan wink khasnya ketika berterima kasih. Tapi kali ini, mereka sadar, bahwa Wonwoo tidaklah dalam kondisi hati yang mengenakkan. Dan mereka sudah maklum akan hal itu.

"Saat istirahat, aku akan berbicara dengannya. Aku sudah tidak tahan melihat kondisinya seperti saat ini." tukas Mingyu sembari terfokus pada sosok Wonwoo. Punggung gadis itu membungkuk, seolah-olah ia sudah kehilangan seluruh energinya.

Ayolah! Ini masih pagi. Dan mereka tak ingin, Wonwoo menderita di awal hari. Apalagi karena lelaki. Lebih tepatnya lelaki yang tega menolaknya.

"Kuserahkan semua padamu. Cih. Untung si laki-laki bernama 'sepuluh' itu tidak sekelas dengan kita. Jika itu sampai terjadi, mungkin hidupnya sudah berakhir sekarang." ujar Hoshi sengit kemudian terdiam. Tatapannya sedikit tajam mengarah jendela. Sebenarnya, bila seorang Kwon Hoshi sudah terdiam seperti ini, emosi dalam dirinya sedang tidak stabil. Mingyu tahu itu.

"Jika kau membuat hidupnya berakhir. Maka, sakit yang ia rasakan hanya sebentar, yaitu ketika kau membunuhnya. Lebih baik kau mematahkan salah satu tulang dari anggota tubuhnya." Hoshi bingung. Apakah Mingyu mencoba membela laki-laki yang jelas sekali sudah membuat Wonwoo sedih? Bahkan mematahkan tulang belum cukup untuk menutupi sakit Wonwoo.

"Kenapa?" Pertanyaan yang singkat. Mingyu membenarkan duduknya. Baiklah, suasana yang Hoshi alami sekarang sedikit merinding.

"Karena, ketika kau mematahkan tulangnya, sakit yang ia rasakan akan setimpal dengan apa yang Wonwoo alami. Percayalah, ketika tulangnya patah, ia pasti akan meringis kesakitan. Sama seperti Wonwoo, gadis itu juga meringis sakit. Tapi bedanya, laki-laki itu terluka hanya fisik sedangkan Wonwoo terluka perasaannya. Itu sudah cukup membuatku tenang melihatnya juga menderita." Hoshi terkejut mendengar pendapat Mingyu. Saat ini ia merasa seperti menghadapi seseorang yang psikopat. Mingyu juga menatap tajam kepada sosok Wonwoo yang masih dengan posisi membungkuknya.

Always, Here.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang