Author's POV
(Mingyu side)Langkah mereka terhenti tepat di sebuah area. Dimana banyak tanaman-tanaman menggantung dari sisi dinding ruangan itu. Sebuah green house tempat para warga sekolah menanamkan tumbuhan beragam jenis di dalamnya.
"Kenapa kau menarikku kesini?" tanya Wonwoo pelan kepada Mingyu. Masih dengan kepalanya yang menunduk untuk menyembunyikan sesuatu yang Mingyu yakini hanya satu penyebabnya.
"Aku mengajakmu kemari ada maksudnya, Wonwoo-ya." tukas Mingyu. Wonwoo menegakkan kepalanya, menghadap Mingyu yang sedari tadi menatapnya intens.
Tangan kekar laki-laki itu perlahan meraih tangan gadis di depannya yang menggantung. Mendekatkan genggaman itu ke arah dadanya, lalu tersenyum tulus."K-katakanlah, kenapa kau seperti ini?" Wonwoo mulai gugup. Mata gadis itu terlihat goyah. Mingyu tahu ini sedikit berlebihan. Tetapi, ambisinya untuk melindungi Wonwoo lebih banyak.
"Aku tau, ini sedikit aneh. Aku tau, sebenarnya ini tidak bisa terjadi." Mingyu memberi jeda semua perkataannya. Laki-laki itu menarik nafasnya dalam-dalam. Kembali menatap gadis di depannya dalam setelah berhasil menghembuskan nafasnya.
"Mingyu-ya. Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Perjelaslah bicaramu." sela Wonwoo ketika Mingyu hendak berkata lanjutan kalimatnya tadi.
"Dengarkan aku dengan baik, Jeon Wonwoo. Hum, Jujur, selama aku memperhatikanmu dengan Ten kemarin, rasanya aku ingin mencela semua perbincangan kalian. Aku sangat benci ketika kau menangis. Aku ingin melindungimu. Aku ingin kau membiarkanku untuk mengkhawatirkanmu. Kau tidak masalah dengan itu semua, bukan?" Wonwoo tampak melongo ketika mendengar kalimat Mingyu. Gadis itu tersenyum sangat lebar kepada Mingyu.
"Hei! Selama ini kau juga melakukan itu semua, Mingyu-ya. Mengkhawatirkanku lalu melindungiku, kau sudah sangat sering melakukannya. Karena kau itu sahabatku." Seharusnya Mingyu puas dengan jawaban itu. Setidaknya Wonwoo sudah menganggap semua hal yang dilakukan Mingyu padanya. Tetapi, bukan ini maksud dibalik kalimatnya tadi.
"Benarkah? Tapi, bagaimana jika aku melakukan itu sebagai kekasihmu? Bukan sebagai sahabat?" Mingyu merasa gugup setelah mengatakan itu. Ia tahu, bahwa dirinya terlalu berani untuk mengatakan ini.
"Mingyu? Apa kau serius? Bagaimana dengan Wonhan? Bagaimana dengan gadis itu? Apa kau mencoba bermain-main dengan kami berdua?" Wonwoo sepertinya mulai beremosi. Tapi, bukan ini yang ia maksud. Argh! Semuanya serba salah.
"T-tidak. Aku tidak mempermainkan kalian. Tetapi, aku tidak ingin kau merasakan kegalauanmu itu lagi. Aku juga sakit jika kau sedih. Aku tidak ingin kau tersakiti lagi." Wonwoo menggeleng, lalu membuang wajahnya ke arah lain. Mingyu masih setia menatap Wonwoo.
"Maaf, Mingyu-ya. Jika kau ingin menjadikanku kekasih hanya untuk melupakan kegalauanku, kau tidak perlu melakukannya. Aku masih takut untuk menjalin sebuah hubungan, apalagi dengan sahabatku. Sekali lagi maaf dan terima kasih." Wonwoo melepaskan genggaman tangan Mingyu secara paksa dan pergi meninggalkan laki-laki itu sendiri dengan keterkejutannya.
Lagi-lagi seluruh niat baik Mingyu tak diterima. Mingyu bisa memaklumi itu. Karena seharusnya ia tidak berbicara seperti ini ketika mood Wonwoo sedang tidak baik.
Tetapi, satu hal yang tidak Mingyu bisa pastikan.
Apakah ia sudah menaruh hati pada sahabatnya sendiri? Hingga ia dengan berani melakukan semua ini?***
"Mingyu-ya. Temui aku di atap sekolah nanti. Aku ingin mengatakan sesuatu." Wonhan membisikan kalimat itu pada telinga Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always, Here.
أدب الهواة[Gender Switch][UKE = GIRL] Ketika semua tak berada di pihakmu, percayalah. Aku ada selalu di sisimu. Disaat kau sangat terpuruk pada dirimu, maka lihatlah sekitar. Dekapanku hanya untukmu. Karena aku, selalu di sini. Bersamamu hingga rambut kita me...