Chapter 8

395 48 1
                                    

Author's POV
(Wonwoo and Mingyu side)

Empat bulan kemudian.

Sejak mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih, Mingyu terpaksa pindah tempat duduk karena kehendak mantan kekasihnya itu. Alhasil, kini ia satu bangku dengan Jeon Wonwoo, sahabat perempuannya. Teman seduduk Wonwoo, yaitu Byungchan telah bertukar posisi dengan Mingyu.

Dalam waktu yang lama ini, sedikit demi sedikit, Mingyu telah menaruh hati pada Wonwoo. Gadis yang selama ini selalu di sampingnya.

Flashback ON

Mingyu berjalan dengan lesu menuju kelasnya. Namun, sebuah tepukan keras pada pundaknya telah menyadarkan Mingyu dari kelesuannya saat ini.

"Yahk! Uri big baby, Kim Mingyu." Masih tak sanggup berkata, Mingyu mengabaikan kehadiran Wonwoo.

"Oii! Hitam! Buluk! Hei, penakut. Yak! Kim Mingyu!" Meski sakit mendengarnya, Mingyu berusaha untuk mengabaikan itu. Ia tetap bersikeras melanjutkan jalannya.

Tetapi, usahanya semua sia-sia. Tangan mungil Wonwoo baru saja membuatnya berhenti melangkah. Wonwoo memaksa Mingyu agar bertatap muka dengannya. Tangan dingin Wonwoo teralihkan dari genggaman Mingyu lalu menangkup pipi laki-laki itu hangat. Semua tenaga Mingyu terkumpul ketika melihat sosok Wonwoo yang tersenyum lebar padanya.

"Ada apa dengan, uri big baby? Apa kau mengalami suatu masalah? Katakanlah padaku." Wonwoo mengacak rambut Mingyu sembari menjinjitkan kakinya, agar tangannya sampai di atas kepala Mingyu. Kekehan kecil Mingyu keluarkan, ketika melihat perawakan Wonwoo di depannya. Dengan keadaan yang masih menjinjit, Mingyu mengambil alih badan Wonwoo melalui sebuah dekapan.
Matanya menatap Wonwoo intens, begitupula dengan gadis itu yang berusaha memfokuskan matanya menatap laki-laki tegap di depannya.

"Minumlah susu peninggi badan. Maka aku akan membiarkan kepalaku setiap saat disentuh olehmu. Haha." Hendaknya Mingyu tertawa, namun telunjuk lentik Wonwoo menyentuh bibir laki-laki itu pelan.

"Kau tidak perlu sombong, dasar hitam dekil." Wonwoo bersuara lembut sembari berbisik. Sakit hati Mingyu mendengar itu, walaupun benar, tetapi kulitnya tidak sedekil atau sehitam yang dikatakan Wonwoo.

"Yak! Kau juga tidak boleh sombong jika memiliki kulit yang lebih unggul, dasar susu putih." Merasa menang satu langkah, Mingyu menjulurkan lidahnya untuk mengewerkan Wonwoo. Gadis itu merubah ekspresinya menjadi datar.

"Lebih baik susu putih, daripada kau? Kopi buluk." Lidah gadis itu terjulur keluar dari mulut tipisnya. Heol, apakah saat ini mereka sedang dalam sesi saling menghina?

Jangan lupa, tangan kekar Mingyu yang masih membekap badan mungil Wonwoo dengan keadaan kaki yang menjinjit.

Wonwoo terdiam sebentar, tak dapat menahan karisma laki-laki di depannya. Pipinya seakan-akan terbakar oleh sesuatu yang asing, bukan api ataupun hawa panas di sekitarnya. Entahlah, Wonwoo masih tak tahu apa itu.

"Eum, bisakah kau melepaskanku? S-semua orang memperhatikan kita." Masih berusaha mengendalikan degupan jantungnya yang kencang, Wonwoo mendorong badan Mingyu agar tak menopang tubuhnya lagi.

"Jangan tinggalkan aku, kumohon." Mingyu membawa tubuhnya ke dalam dekapan Wonwoo. Gadis itu kelu seribu bahasa.

Baru saja mereka saling menghina satu sama lain, tetapi kini, Mingyu bertindak agresif untuk memeluk Wonwoo. Mereka berdua sungguh aneh.

Always, Here.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang