Chapter 2 Pertemuan

73 6 0
                                    

Kring-kring... Kring-kring... Gue mendengar suara telepon gue yang berbunyi. Gue sebenarnya gak mau angkat telepon itu, tapi gue selalu berfikir mungkin saja itu hal penting.

"Siapa sih yang nelpon pagi buta begini, seperti gak ada waktu saja." Gue angkat teleponnya. Tapi suara yang gue denger seperti tidak asing bagi gue.

"Pagi Reihan sayang, ayo bangun siap-siap kesekolah. Mama gak mau kamu jadi anak yang suka bolos sekolah." Mama gue yang ternyata nelpon gue. Yah begini lah orang yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Sampai-sampai tidak memiliki waktu buat menelepon.

"Iya Ma, Reihan udah bangun. Lagian kenapa harus nelepon jam 5 pagi Ma? Sampai segitunya kesibukan Mama dan Papa? Bahkan untuk menelepon anaknya sendiri pun gak bisa." Gue sedikit kesal. Bahkan waktu buat nelepon anak sendiri pun gak ada.

"Reihan gak boleh gitu, Mama dan Papa kerja buat kamu jugakan? Reihan harus bisa mengerti hal itu."

"Terserah Mama saja." Gue terkadang gak mengerti cara pemikiran orang tua gue. Mereka hanya peduli dengan pekerjaan mereka.

"Reihan jangan marah gitu dong. Mama sudah kirimi kamu uang. Kamu gunakan uang itu baik-baik. Gunakan seperlunya. Jangan boros-boros."

"Iya makasih Ma. Papa mana Ma? Papa kamu lagi siap-siap, hari ini Papa kamu ada pertemuan dengan klaennya. Mama harus siap-siap juga ini. Jaga kesehatan kamu ya. Mama sayang kamu."

"Iya Ma, sukses ya Ma pertemuannya. Titip salam sama Papa ya Ma."

"Iya nanti Mama sampaikan sama Papa kamu. Baik-baik disana." Teleponnya pun di tutup Mama gue. Gue juga harus siap-siap untuk pergi kesekolah juga. Gue langsung bangun dari tempat tidur gue dan bersiap-siap.

Gue lihat jam tangan gue, ternyata sudah pukul 6.15. Gue pun berangkat kesekolah gue. Gue pergi kesekolah selalu jalan kaki. Gue gak suka naik angkot atau pun kendaraan umum lainnya. Gue gak suka dengan keadaan yang ribut dan padat di kendaraan umum. Jadi gue lebih milih jalan kaki. Gue tiba di sekolah jam 6.45. Gue selalu duduk di Taman sebelum bel berbunyi, sekalian bersantai dan menikmati keadaan Taman.

Pada saat gue sedang duduk di Taman untuk menunggu bel berbunyi. Gue melihat seorang cewek yang sedang kebingungan. Sepertinya dia adalah siswa baru di sekolah gue. Karena SMA Negeri 2 Bandung cukup luas, jadi wajar saja jika ada yang tersesat. Dia datang dan berdiri di hadapan gue dan mulai berbicara.

"Permisi, boleh saya bertanya?" Suara yang halus dan lembut yang terdengar di telinga gue, yang membuat seakan waktu terhenti sejenak karenanya.

"Iya boleh, apa yang ingin lo tanya ke gue"? Gue menjawab dengan senyum kecil di wajah gue.

"Aku Siswa baru di SMA ini, jadi aku masih bingung tentang daerah sekolah ini. Aku berusaha bertanya dari tadi pada siswa yang lain tapi mereka mengatakan "Sorry ya gue lagi sibuk." Jadi ketika aku lihat kamu sedang duduk dengan santai, mungkin kamu mau memberitahuku." Cewek tersebut berbicara dengan nada yang lelah, sepertinya dia sudah lama berjalan kemana-mana untuk bertanya.

"Yah memang siswa disini bisa dikatakan tidak terlalu peduli dengan orang lain, apa lagi dengan siswa baru seperti lo. Mereka hanya peduli dengan sesuatu yang mereka inginkan saja. Hem... Kalau gue sih bukan ingin santai berada di Taman ini. Gue suka berada di Taman ini. Karena dengan berada di Taman ini gue merasa tenang." Gue menjawab kata-kata dia dengan akrab. Seakan-akan gue sudah berteman dengannya.

"Yah aku rasa Taman ini juga Indah, jadi wajar saja kamu senang berada disini. Kamu tadi mengatakan bahwa siswa disini hanya peduli dengan apa yang mereka inginkan? Maksudnya gimana?" Dia terlihat sedikit lega, seakan rasa lelah yang dia rasakan hilang.

"Lo akan tau pada waktunya. Lagian lo akan jadi siswa disekolah ini. Lo akan tau sendiri nanti. Jadi apa yang ingin lo tanya ke gue?" Gue melirik ke jam tangan gue.

"Sebentar lagi bel akan bunyi, jadi cepatlah" Gue merasa lucu melihat dia yang sedikit lelah dan bingung. Gue ingin tertawa melihat keadaan dia sekarang, dengan wajah polosnya yang membuatnya terlihat lucu.

"Eh iya hampir saja lupa, habisnya berbicara dengan kamu menyenangkan". Gue terpaku mendengar kata-kata dia.

"Aku ingin pergi ke ruangan guru untuk menemui Wali kelas ku. Aku tidak tau dimana kantor guru, kamu maukan mengantarkan aku ke sana?" Gue masih terpaku dengan kata-kata yang dia ucapkan tadi. Suara dia masih berdengung jelas di telinga gue.

"Hey kenapa kamu melamun? Kan kamu yang bilang sebentar lagi bel berbunyi. Hey... Halo... Sadarlah..."

"Eh maaf, ayo kita bergegas sebelum bel berbunyi" Gue masih terpaku akan kata-katanya. Kata-kata yang terdengar masih berdengung di telinga gue.

Gue berjalan bersama dia menuju kantor guru. Gue berharap waktu bisa terhenti sesaat agar gue bisa lebih lama berbicara dengannya.

Bagaikan Cahaya BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang