Chapter 4 Siswa Baru Dan Keadaan Kelas

52 6 2
                                    

Gue masih gak percaya dengan apa yang gue lihat. Gue merasa apa yang gue lihat ini cuma khayalan.

"Han! Itu cewek yang tadi pagi kan? Dia kok disini? Han! Lo dengerin gak sih apa yang gue bilang?" Ridho terus memanggil gue dengan suara yang cukup keras. Tapi gue gak bisa ngalihkan mata dari cewek itu.

Suasana kelas menjadi ricuh. Semua siswa laki-laki di kelas gue ribut karena kedatangan cewek itu. Yah wajar saja sih, siapa yang gak terpesona dengan cewek secantik dia.

"Anak-anak tolong diam jangan ribut. Hari ini ada siswa baru yang akan masuk kelas ini. Tolong perhatiannya, dia akan memperkenalkan diri. Silahkan perkenalkan diri kamu." Suasana kelas pun menjadi hening seketika. Kelas yang gak bisa tenang sedikit pun. Tiba-tiba bisa menjadi hening hanya karena kehadiran siswa baru yang mau memperkenalkan dirinya.

"Baik Bu. Hai semua, selamat pagi. Saya Desivia Nadhira, panggil Via saja. Saya siswa baru di sekolah ini. Saya belum begitu mengenal daerah sekolah ini. Jadi tolong bantuannya ya."

"Sekarang kamu sudah memperkenalkan diri kamu. Selebihnya biar Ibu bantu kamu sedikit. Sekalian agar kamu bisa lebih akrab dengan mereka. Siapa yang bisa menunjukkan daerah sekolah ini pada dia?". Tiba-tiba ada siswa yang berdiri dengan cepat.

"Bu Arum, saya saja yang menunjukkan daerah sekolah pada Via bu."

"Baiklah Adit nanti kamu tunjukin da-" Tiba-tiba Via memotong Bu Arum yang berbicara.

"Tidak usah Bu. Saya akan di beritahu oleh dia." Via berjalan menuju gue dan menunjuk ke arah gue. Semua siswa yang berada di kelas gue melihat ke arah gue.

"Reihan nanti kamu akan bersama Via. Tunjukkan daerah sekolah ini pada Via." Tatapan mereka semakin menjadi-jadi. Gue di lihat bagaikan makanan terenak di dunia. Atmosfir kelas gue terasa kering.

"I-iya bu. Nanti saya tunjukkin ke Via Bu." Gue sampai gagap karena terkejut. Gue pikir ini cuma ilusi gue. Ternyata ini beneran.

"We Han! Apaan sih lo. Kan gue yang mau tunjukkin daerah sekolah ini pada Via. Kenapa malahan lo sih." Adit berbicara sambil menunjuk ke arah gue. Wajah dia terlihat konyol saat marah.

"Eh, lo kenapa Dit? Gue juga gak minta sama Via kok. Gue juga gak ada ngajukan diri. Kan Via sendiri yang nunjuk gue. Lo kenapa sih?"

"Tapikan gue yang ngajukan diri un-"

"Reihan, Adit diam! Jika kalian ribut sekali lagi, akan Ibu keluarkan kalian." Gue pun langsung diam. Adit yang tadinya berdiri, langsung duduk kembali ke bangkunya.

"Ridho kamu duduk di bangku belakang Reihan. Biar Via yang duduk di bangku kamu." Gue melihat ke arah Ridho. Gue melihat dia tersenyum.

"Iya Bu, saya akan pindah. Saya akan lakuin apa yang Bu Arum bilang. Demi ibu apa sih yang enggak Ridho lakuin. Bahkan gunung akan Ridho daki, dan lautan akan Ridho seberangi. Hanya untuk Ibu seorang." Semua pun tertawa dengan apa yang di bilang Ridho. Bu Arum memegang kepalanya karena pusing dengan tingkah kami. Walaupun begitu dia masih bisa tersenyum untuk menghadapi kami.

"Sudah-sudah tenang. Kalian ini ya, suka sekali sama hal yang begituan. Giliran belajar mau pecah serasa kepala kalian. Apalagi ujian, melayang jiwa kalian entah kemana." Bu Arum berbicara sambil tersenyum. Via pun duduk di bangku Ridho. Dia tertawa dengan apa yang terjadi kelas.

"Enggak kok Bu. Saya enggak suka sama hal yang begini. Saya cuma suka sama Bu Arum". Semua pun tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang di katakan oleh Ridho.

Ketika semua orang tertawa dan Ridho pun terus menggombali Bu Arum. Via tiba-tiba memanggil gue.

"Hey kamu. Nama kamu Reihan kan?" Gue pun melihat ke arah Via yang memanggil nama gue.

"Iya gue Reihan. Reihan Pranata." Gue berbicara kembali dengannya. Gue merasa sudah lama tidak berbicara dengannya. Padahal tadi pagi gue bersamanya.

"Tolong bantuannya ya Han." Dia menunjukkan smiling eyes. Gue pun terpaku. Gue terpesona dengan senyuman matanya itu.

Suasana kelas tetap ricuh. Entah kenapa gue menikmatinya. Yang biasanya gue pergi keluar kelas untuk mendapatkan ketenangan. Tapi kali ini gue berada di kelasa hingga bel istirahat berbunyi. Gue merasa senang dengan apa yang terjadi hari ini.

Bagaikan Cahaya BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang