Chapter 3 Lupa

51 6 1
                                    

Gue berjalan berdua dengannya di koridor. Gue terus melirik ke dia. Entah apa yang membuat gue jadi begini.

"Hey, lo dulu sekolah dimana? Kok bisa pindah kesini?" Tanya gue ingin tau.

"Aku dulu sekolah di SMA Negeri 4 Taruna. Aku pindah kesini karena orang tua ku bekerja di daerah sini". Dia menjawab sambil meletakkan jarinya di dagu dan melihat langit-langit.

SMA Negeri 4 Taruna adalah sekolah yang luar biasa. Di sana banyak sekali siswa yang berprestasi. Sekolah dengan taraf belajar yang luar biasa, bahkan untuk masuk ke sekolah itu sangat susah.

"Bukannya itu seko-" Kepala gue dikepit dari belakang sebelum gue menyelesaikan kata-kata gue.

"Pagi Han, jangan lupa acara kita nanti." Ridho menyapa gue sambil memiting leher gue.

"Le..le.. Lepas, gue gak bisa nafas ini." Gue berbicara terputus-putus karena gue gak bisa bernafas.

"Hehe, gue ke kelas diluan ya. Eh itu siapa kok cantik amat." Dia berbicara berbisik ke gue.

"Hampir mati gue lo buat. Dia siswa baru. Dia minta tolong tunjukkan jalan ke kantor guru." Gue masih bernafas tersengal-sengal.

"Ha! Lo bisa deket secepat ini? Gak nyangka gue kepopuleran lo itu udah tingkat dewa."

"Jangan berbicara ngawur. Gue mau antarin dia ini. Baru gue nanti ke kelas."

"Ceritakan nanti pada gue. Gue ke kelas diluan." Dia berlari kemudian berhenti dan menoleh kebelakang.

"Semoga beruntung." Kata-kata yang dia ucapkan membuat gue kesal. Apalagi dengan wajah senyum seperti itu.

"Lo bilang apa barusan?" Dia langsung berlari menuju kelas.

"Itu siapa? Kok deket banget sama kamu?" cewek itu bertanya dengan wajah heran.

"Itu Ridho Nugraha, teman sekelas gue. Bisa di bilang teman dekat gue lah." Gue menjawab sambil berjalan menunjukkan arah kantor guru.

"Pantas kalian berdua terlihat begitu dekat. Ternyata kamu punya teman dekat ya. Aku kira kamu selalu di Taman karena gak punya teman hehe." Dia menjawab dengan tawa kecil di wajahnya.

"Hem... Wajar saja sih kamu berfikir begitu." Gue menjawab dengan senyum kecil.

Kami terus berjalan hingga pada akhirnya kami berada di depan kantor guru.

"Ini kantor gurunya. Lo bisa lanjutin sendiriankan?" Gue berbicara dengan menunjuk ke arah kantor guru.

"Ini ternyata kantornya. Aku bisa lanjutin sendirian kok. Lagian kamu mau ke kelas juga kan?" Suara lembut yang terucap dari bibirnya.

"Kalau gitu gue pergi ke kelas ya." Semua ucapan dari bibirnya itu lembut di dengar.

"Makasih ya, kamu sudah mau nunjukin kantornya. Maaf ya kalau kamu repot." Senyum lembut di wajahnya. Yang membuat gue terpesona melihatnya.

"Iya sama-sama. Kalau gitu gue kelas ya. Sampai jumpa nanti." Gue berjalan ke arah kelas sambil melambaikan tangan gue.

"Iya sampai jumpa." Dia membals lambaian tangan gue.

Gue berjalan menuju kelas gue. Gue tiba di depan pintu kelas gue. Ketika gue masuk ke dalam kelas, Ridho langsung memanggil.

"Han kesini cepat." Gue berjalan menuju ke arah dia. Karena meja dia berada di samping meja gue. Gue duduk di bangku dan meletakkan tas gue.

"Ha ada apa." Gue cuma menjawab dengan beberapa kata.

"Itu tadi siapa? Kok bisa jumpa sama lo?" Dia bertanya dengan wajah penasaran.

"Itu siswa baru, gue jumpa sama dia di Taman tadi. Dia kebingungan dan datang menghampiri gue untuk bertanya."

"Beruntung kali hidup lo, pagi-pagi udah di datangi malaikat tak bersayap. Ngomong-ngomong siapa nama dia?" Gue memukul jidat gue dengan pertanyaan yang dia ucapkan.

"Gue lupa menanyakan nama dia. Gue gak ingat untuk menanyakan nama dia." Gue terlihat seperti orang bodoh. Gue menunjukkan jalan pada seseorang tanpa tau namanya.

"Hahaha lo memang udah gak waras. Bisa-bisanya lo lupa. Gue tau lo memang dingin tapi gue gak nyangka sampai separah ini." Dia tertawa terbahak-bahak. Sampai memukul-mukul meja.

"Gue bener-bener lupa." Bodohnya gue bisa lupa.

"Lain kali kalau lo mau nunjukin jalan ke orang lain, tanya dulu namanya. Nanti kalo lo jumpa dia lagi, lo tanya siapa namanya."

"Iya nanti gue lakuin." Gue telihat seperti orang bodoh. Bisa-bisanya gue lupa sama hal begitu.

Bel pun berbunyi. Semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing. Hari ini dikelas gue, mata pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia. Pasti sangat membosankan. Guru yang mengajar adalah Wali kelas gue.

"Selamat pagi anak-anak." Gue terkejut dengan apa yang gue lihat.

Bagaikan Cahaya BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang