Gue Reihan gue murid kelas XI di SMA Negeri 2 Bandung. Gue menjalani hari-hari yang sama setiap harinya. Gue adalah salah satu murid yang terpopuler disekolah gue. Selama Gue sekolah di SMA Negeri 2 Bandung. Sudah banyak cewek yang selalu menembak gue. Walaupun gue tidak mengenal mereka, tetap saja mereka selalu mengatakan "Reihan aku suka pada kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku." Hal ini yang gue rasa cukup aneh. Gue gak pernah mengenal mereka, tetapi seolah-olah mereka telah mengenal gue sejak lama.
Gue cukup pintar dalam pelajaran yang ada di kelas gue. Gue masuk kelas E bukan berarti karena gue Bodoh. Gue masuk kelas E karena gue sering bolos saat mata pelajaran di kelas. Gue bolos bukan karena gue merasa seolah-olah gue sudah merasa pintar. Gue bolos karena suasana di kelas itu tidak menyenangkan.
Gue bosan dengan kehidupan gue yang selalu begini, belum lagi tentang orang-orang yang tidak menyukai gue dan selalu mempermasalahkan hal-hal kecil menjadi besar. Jadi gue cukup sering di panggil ke BK karena keributan yang terjadi akibat gue. Mungkin hal itulah yang menjadi alasan terbesar sekolah untuk memindahkan gue ke kelas E. Gue memiliki cukup banyak teman, tapi hanya beberapa dari mereka yang bisa gue percaya dan gue anggap sebagai teman sungguhan.
Hari ini tidak ada guru yang masuk kedalam kelas. Karena semua guru mengadakan rapat sekolah. Setiap kelas ribut karena tidak ada guru yang masuk. Dari sekian banyak kelas yang ribut, kelas gue adalah kelas yang paling ribut. Karena gue berada di kelas terakhir, kelas E. Kelas E adalah kelas bagi orang-orang yang bermasalah, jadi ribut adalah hal yang biasa di kelas kami. Kepala sekolah pun juga sering menegur kelas gue karena sangat ribut. Bahkan wali kelas kami sampai pusing karena tingkah kami yang susah untuk diatur. Bagi gue keadaan begini yang gue tidak suka. Ribut, ricuh, berantakan yang membuat gue sering keluar dari kelas untuk bersantai.
Hari ini gue diajak teman-teman gue untuk pergi ke mall baru yang sedang mengadakan promosi besar-besaran. Teman-teman gue tidak sedikit pun tertarik dengan promosi besar-besaran itu. Teman-teman gue cuma ingin bermain di dalam mall itu, karena di dalam mall itu banyak sekali permainannya. Kami berencana untuk pergi kesana setelah bel sekolah berbunyi.
"Han, lo nanti jadi ikutkan ke mall baru itu?" Gue menoleh kesamping untuk mendengarkan apa yang dia katakan. Dia adalah teman dekat gue Ridho Nugraha.
"Jangan bilang lo gak jadi ikut Han. Jika lo gak jadi ikut, terpaksa gue akan seret lo sampai depan mall." Dengan senyum diwajahnya, dia bisa mengatakan hal itu. Seakan-akan itu hal yang biasa untuk di ucapkan.
"Iya, gue ikut. Tapi lo harus ingat perjanjian kita. Jika gue mau pulang jangan halangi gue. Gue gak suka dengan suasana yang terlalu ricuh."
"Iya gue paham kok. Palingan lo betah nanti disana. Siapa tau lo dapat pacar nanti. Kan lo sampai saat ini gak pernah pacaran.'' Dia mengatakan kata-kata tersebut sambil tertawa. Dia memang sering buat gue kesel. Kata-kata yang dia ucapkan selalu sakit buat di dengar telinga. Bagaikan petir yang tiba-tiba menyambar.
"Gue gak pacaran karna gue memang gak mau pacaran. Kalo gue mau cari pacar, di sekolah ini gue pun bisa dapat pacar. Bahkan gue tinggal pilih mau sama siapa gue pacaran." Gue berbicara sedikit menyombongkan diri agar dia sedikit kesal.
"Hahaha, gue tau lo memang terkenal, tapi jangan sok jadi pangeran yang seolah-olah lo di kejar-kejar Putri dari kerajaan lain. Yang penting lo nanti harus ikut, lo harus betah. Kita akan bersenang-senang disana." Dia terlihat seperti sedikit kesal. Walaupun dia sering gue buat kesal, tapi sampai saat ini dia belum pernah ninggalin gue.
"Kita lihat saja nanti. Betah atau gak gue disana nanti." Pandangan gue kembali pada gadget gue. Gue rasa pasti disana ramai. Palingan gue nanti pulang duluan.
Pada jam 14.00 bel pun berbunyi yang menandakan saatnya pulang sekolah. Gue dan teman-teman gue berkumpul di depan gerbang sekolah. Gue lihat keatas langit mendung, sepertinya akan turun hujan deras.
"Hei lihat semua, langit mendung. Sepertinya akan hujan deras." Kata salah seorang teman gue.
"Sepertinya akan hujan deras. Ridho gimana ini? Sepertinya cuaca tidak mendukung." Gue diam mendengarkan pembicaraan mereka.
"Yah jadi gimana ini, masa ditunda. Ini hanya hujan kecil. Lagian kitakan didalam mall, lagian gak mungkin bocor kan?. Kita gak akan basah." Gue langsung jawab apa yang dikatakan Ridho.
"Sudahlah, kan masih ada hari esok. Lagian sepertinya ini akan hujan deras." Gue jawab sambil menatap langit.
"Ya sudahlah, besok saja kita pergi." Kami bergegas pulang. Langit sudah terlihat semakin gelap.
Gue dan Ridho pun akhirnya pulang. Sepanjang perjalanan Ridho terus berbicara, tentang apa yang akan dilakukannya besok. Gue hanya diam dan mendengarkan apa yang dia katakan.
"Haaa... Gue gak sabar menunggu besok. Gue sudah gak sabar."
"Bersabarlah, sepertinya lo ingin sekali kesana."
"Bukankah sudah jelas, disana pasti menyenangkan. Eh Han lo udah dengar tentang siswa baru yang akan pindah ke sekolah kita? Dia anak kelas XI. Katanya sih dia cantik."
"Gue baru denger dari lo. Gue salut sama lo. Lo bisa dapat informasi secepat itu dari mana?" Gue berbicara sambil menggeleng-gelengkan kepala gue.
"Hahaha, Gue ini kan ibarat Google. Selalu cepat mendapatkan informasi." Dia berbicara dengan bangga apa yang dikatakannya barusan.
"Terserah loh deh." Gue tidak terlalu peduli tentang hal semacam itu.
Akhirnya kami tiba di persimpangan jalan, sehingga kami berjalan terpisah karena arah rumah kami berlawanan.
"Sampai besok, jangan lo bayangin cewek baru itu ya hahaha."
"Memangnya gue gak ada kerjaan apa? Mikiri hal yang gak penting kaya gituan. Yasudah sampai besok." Gue jawab dengan nada sedikit kesal dengan apa yang dia katakan.
Akhirnya gue sampai di rumah. Gue tinggal dengan orang tua gue. Tapi gue lebih sering sendirian di rumah. Orang tua gue selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Mereka sering keluar kota. Jadi mereka hanya pulang 1 atau 2 kali sebulan. Gue langsung masuk ke kamar gue, dan ganti pakaian gue. Gue naik ketempat tidur dan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaikan Cahaya Bintang
Novela JuvenilNama gue Reihan Pranata, gue sekolah di SMA Negeri 2 Bandung, dan gue murid kelas XI E. Kehidupan gue terasa sama setiap harinya, semua hal yang gue lihat seperti kertas putih yang kosong yang tidak memiliki arti apapun. Gue merasa diri gue hampa...