VI

55 2 0
                                    

Pagi-pagi sekali teleponku berdering, ada sebuah panggilan masuk. Heran rasanya, siapa yang mau menggangu jam segini. Tidak ada nama, nomer asing untukku, dan sekali lagi kulihat jam kamarku, masih pukul 7. Aku mengangkatnya dengan malas.

"halo selamat pagi, kami dari PT. Angkasa Jaya, apa saya benar menghubungi Jonathan Aleexander."

"iya, dengan saya sendiri" hal ini membuatku kaget, dan aku mulai menyimak baik-baik apa yang dikatakan manusia dalam telepon itu

"baik, sebelumnya sudah diinformasikan bahwa Bapak Adi CEO kami akan menemui anda tanggal 15, namun karena ada keperluan mendadak besok, maka jadwal sudah diatur ulang. Anda akan menemui bapak Adi hari minggu tanggal 21 Maret, pukul 3 sore, di Hall perusahaan kami. Anda akan sekaligus menerima hadiahnya pada hari itu dalam acara peresmian lembaga sosial yang baru kami bentuk. Anda akan naik keatas panggung untuk menerima hadiahnya, dan setelah acara itu selesai pak Adi ingin menemui anda"

"baiklah, saya akan mempertimbangkan. Apa ada nomer yang bisa saya hubungi untuk berbicara dengan Bapak Adi?"

"mohon maaf saya tidak bisa memberikan nomor telepon pribadi bapak Adi karena beliau tidak  mengijinkan, jadi apabila anda ingin berbicara dengan beiau anda bisa  menelpon di nomer ini dan nanti akan saya sambungkan ke ruangan pak Adi."

"baiklah, apakah saya bisa dihubungkan dengan pak Adi sekarang?"

"maaf pak Adi masih belum sampai di kantor karena pagi ini beliau masih ada pertemuan, beliau mungkin akan berada di kantor pukul 1 siang, anda bisa menelpon lagi nanti"

"baiklah terimakasih informasinya"

segera aku menutup telepon itu, dan kembali dalam ringkuk, menutupi kembali bagian tubuhku dengan selimut. Kembali aku mencoba memejamkan mata, namun perkataan orang tadi membuatku terganggu. "diundur tanggal 21 dalam acara peresmian lembaga sosial" lucu sekali rasanya, pasti akan ada banyak orang yang menghadiri acara tersebut. Ramai, sumpek, aku tidak menyukai keramaian. Aku saja sudah mals bertemu dengannya secara empat mata, dan sekarang, malah dalam sebuah acara besar. Are you kidding me? kau bercanda, aku tidak menyukai tempat- tempat ramai, ini membunuhku.

Siang itu aku kembali menghubungi kantor pak Adi, dan ya, jawaban mengecewakan atas pertanyaanku. hadiah itu harus aku terima dalam acara itu, dan apabila aku tidak hadir maka hadiah itu akan diberikan pada orang lain. Aku sudah malas dengan hal-hal yang berkaitan dengan ini, aku akan menolaknya.

Aku segera mengabari Dave lewat line.

"Dave gue tolak hadiahnya"

"terang-terangan?"

"nggak sih, gue blm ngom ke dianya klo gw nolak"

"emang kenapa lo tolak?"

"soalnya hadiahnya di kasih ke gue di acara peresmian lembaga sosial baru punya perusahan itu, tanggal 21, hari minggu sih tapi lo tau lah gue gak suka tempat rame, banyak orang pula, pasti entar acranya ribut, sesek-sesek, banyak orang sumpek, padahal setelah lo ngom gtu kmren gw udh berubah pikiran. Klo gni si ya sma aja gw tolak :)"

"lo itu idiot banget ya, pokoknya lo harus dateng, harus! liat aja klo lo ga dateng gue bawa mimpi buruk lo"

"bodo, emang gw pny mimpi buruk? lo aja kali"

"liat aja nanti, awas aja lo ga dateng, ya udah ttyl, dipanggil mamah"

entahlah, meskipun Dave terlihat sedikit kekanakan dengan ancaman-ancaman itu, ak tetap menyukainya.

                                                                                  ◦ ◦◦ ◦

   Aku membuka mataku, pagi ini begitu dingin di kota Bandung. Masih jam 10 pagi, aku memutuskan untuk kembali tidur, sudah kuposisikan badanku di posisis tidur yang paling enak, tapi aku tidak bisa tidur, entah kenapa alasannya hal ini sangat mengganggu. Kulihat kembali hpku, tidak ada notifikasi, hingga Dave mengirim pesan kepadaku. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang