Setitik air menghantam kaca jendela sebuah mobil yang sedang terparkir di badan jalan. Langit hitam masih menggantung di atas sana, seolah menunjukkan ketidaksukaannya pada semua orang yang tengah menikmati suasana malam itu. Sesekali gemuruh terdengar. Tetapi untuk beberapa alasan tak ada tanda-tanda hujan lebat akan turun ke permukaan. Hanya rintik-rintik kecil yang jatuh bersamaan. Namun, entah mengapa udara malam itu terasa begitu dingin.
Sudah hampir mencapai sepertiga malam sebenarnya, tetapi waktu seakan enggan beranjak dari peristiwa sejak satu setengah jam yang lalu. Letusan kembang api masih setia menemani sang malam, merekah dengan indahnya, bersamaan dengan gemuruh suara yang saling bersahutan.
Satu...
Dua...
Tiga...
Pada hitungan keempat, sepasang kaki itu berhenti melangkah. Manik matanya sibuk mengintai seisi langit. Keindahan yang sedang dia nikmati seketika itu menyadarkannya, bahwa warna hitam tak selamanya mengerikan. Kemudian, dia memutuskan untuk kembali pada kenyataan. Menapaki sisa anak tangga yang akan mengantarnya menuju lantai tiga sebuah banguan tua bercat biru pudar.
Dia nyaris lupa pada apa yang harus segera dia selesaikan, karena itu dia terlihat terburu-buru. Bunyi 'krak' yang timbul akibat hentakkan kakinya di atas besi berkarat bahkan tak lagi dia pedulikan. Dia hanya ingin menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
"VJ, kau sudah pulang?" Sebuah pertanyaan meluncur dari bibir seorang gadis yang baru saja keluar dari kamar nomor 5. Kelihatannya suara langkah kaki tersebut telah membangunkannya dari alam mimpi. Gadis itu berdecak, lalu menggumamkan sesuatu. Dia sedikit terlambat rupanya. Daun pintu kamar di sebelahnya telah berayun menutup. Hanya suara berdebam serta udara kosong yang menjawab pertanyaannya barusan.
Gadis cantik itu meraih ponsel di saku celananya. Dengan cepat mengetik sebuah pesan singkat.
Apa kau masih marah padaku? Kenapa kau mengabaikanku begitu? Baiklah, kalau itu maumu. Tunggu saja. Aku akan segera masuk ke kamarmu💋
Sembari tersenyum culas, jemarinya yang lentik menekan tombol 'send' dengan sekali sentuh. Tidak ada balasan. Gadis itu melabuhkan pandangannya pada langit yang kala itu sewarna jelaga. Percikan kembang api baru saja lenyap dan hilang tak berbekas. Sembari mengeratkan jaketnya, gadis itu memutuskan untuk kembali ke dalam kamar kosnya. Selang beberapa menit kemudian, gadis itu pun keluar dengan membawa sekotak pizza di tangannya. Tanpa ragu-ragu, gadis itu masuk ke tempat di mana sosok pria yang amat didambanya menghilang tadi. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelahnya, begitu pintu kamar nomor 6 itu kembali ke posisi semula.
Blam!
.
.***
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [Completed]
Mystery / ThrillerWARNING! Cerita ini mengandung konten kekerasan [Case+Police+Thriller] #1: AKP Kendra Masturi dihadapkan pada kasus pembunuhan Melia Ivanka, seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Medan. Banyak hal janggal yang terjadi selama pen...