[Deni]
+68xxxxxxxxxx
Hi, it’s me.Aku menatap layar ponselku berbinar. Benarkah, benarkah, benarkah??
“Han?” balasku.
Dia mengetik 2 detik kemudian. “Ya. Apa kabar?”
“Baik.”
“Ada yang ingin aku tanyakan.”
“Apa?”
“Kau ingin melanjutkan pendidikan kemana? Minat di?”
Mendapat pertanyaan tidak biasa, aku mengerutkan alis bingung.
“Universitas, tentu saja. Sains. Kenapa?”
“Ok.” Balasnya, tanpa menuliskan alasan apapun.
Kemudian, sial, dia offline.
Bagus.
Pulang sana ke neraka.
###
1 tahun kemudian…
Hari cepat berlalu. UN tinggal beberapa hari lagi. Tanpa kusangka, ada surat aneh yang datang menghampiriku. Mirip lagu ya..
“Lho, Bu. Saya gak pernah merasa mendaftar beasiswa ke universitas luar negeri kok.” Gak ada hujan, gak ada angin, aku mendapat surat keterangan diterima di Universitas—yang namanya saja—belum pernah aku dengar sebelumnya.
“Disini sudah tertulis jelas namamu, nak. Deni Setiawan. Emang namamu ganti? Deni Subagio?” balas guru TU, tertawa dengan leluconnya sendiri.
Gak lucu. Karena males banget berurusan sama guru TU yang bisa dipastikan berbuntut panjang, aku mengambil surat penerimaan mahasiswa itu kemudian kembali ke kelas.
Salah, ke toilet. Aku penasaran dengan surat misterius ini.
Begitu kubuka amplopnya, aku langsung membaca isi surat itu. Benar, yang tercantum disana adalah namaku, sebagai mahasiswa baru resmi Universitas K, Beijing, dengan program Bachelor of Science.
Mampus. Kapan aku mendaftar beasiswa ini?!
Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Semakin aku memikirkannya semakin aku bingung. Akhirnya, aku bertanya pada orang Beijing asli.
“Apa kamu tau Universitas K, Beijing?” ketikku di private room Han.
“Ya.”
“Aku mendapat beasiswa, tapi aku gak merasa pernah mendaftar(?)”
“Aku yang mendaftarkanmu. Tinggallah disini sampai kau lulus.”
Di Beijing? AKU? Yang bener aja. Beijing itu jauh aduh, dimana sih emangnya tuh negara? Ya jangan nyalahin aku dong, namanya juga gak pernah liat peta.
“Hah? Aku gak bisa! Aku mau kuliah disini.”
“Hanya untuk sementara, tolong.”
“Tapi Han… Aku butuh izin orangtua.”
“Kau bukan bocah lagi kan? Sekarang buktikan bahwa kau pria dewasa.”
“Ugh. Ok. Then, I’ll come.”
“Good boy. See ya.”
Dan, pada akhirnya aku telah mengambil sebuah keputusan penting atas pertimbangan egoku sebagai seorang pria dewasa. Bagus sekali, tipu muslihat Han memang yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewata
Random[Boyslove] Study Tour, ketemu bule, kucing-kucingan gak jelas sampai pacaran beneran, pindah ke Negara antah-berantah, dan nemu bayi di Supermarket adalah sederet hal paling absurd yang menimpa kehidupan damai Deni. Dia salah apa coba? Aish, dia g...