Bagian 14 - Bayi Kami

5K 705 24
                                    

[Deni]

Akhir bulan, saat persediaan bahan makanan kami benar-benar habis, Han mengajakku berkencan. Ergh, sebenarnya hal itu sama sekali tidak layak disebut berkencan.

"Catat ya semua bahan yang kita butuhkan," kata Han. Benar-benar memerintah.

Aku merengut sebal. Percuma mandi pagi buta kalau siangnya cuma diperbudak. Dasar sialan.

"Siap, Bos." Karena berstatus menumpang, mau tidak mau aku harus menuruti apa katanya.

"Daging sapi, paha ayam, sosis, bla..bla..bla.." Ucapnya dengan kecepatan penuh. Untung aku punya kekuatan super dalam bidang menulis cepat. "Sudah?" tanyanya setelah selesai mengucapkan semua daftar belanjaan kami.

"Sudah." Jawabku yakin, kemudian menyerahkannya ke tangan Han.

Detik berikutnya, dia menempelkan daftar itu ke dahiku. "Apa-apaan dengan kata 'daftar belanja : di otak Han'?" gerutunya.

"Salahmu."

"Ya, laki-laki selalu salah."

Aku mengangkat alis tidak suka, "memangnya aku perempuan yang selalu benar?"

Dia hanya tertawa.

###

Setelah kereta belanja kami menggunung, Han mengantri di kasir. Sedangkan aku sengaja alasan ke kamar mandi demi keadilan dunia. Ya! Aku capek diperbudak.

Awalnya semua berjalan normal. Aku masuk ke satu-satunya toilet yang ada di swalayan kecil ini. Meskipun kotor dan kentara sekali jarang digunakan, aku tetap bertahan. Di dalam, aku mendengarkan mp3 sambil tiduran. 30 menit kemudian, aku keluar. Terpaksa karena Han sudah berkicau di private chat kami.

Baru juga membuka pintu, tau-tau ada bayi di bawah kakiku. Horror banget dah sumpah. Karena takut itu bayi jadi-jadian, aku lari keluar secepat kilat!

###

Han menaikkan alisnya kesal. "Kemana saja?" gerutunya.

Aku mengatur napasku yang tidak teratur. "Ayo ikut aku," kataku, langsung menarik tangannya untuk mengikutiku. Untungnya, dia hanya diam tanpa bertanya.

Aku mengajaknya untuk memeriksa bayi di toilet tadi.

Begitu sampai dan Han melihat bayinya, dia baru buka suara. "Dia anakmu?" tanyanya datar, benar-benar minta dipukul wajahnya.

"Setan." Dengan kesadaran penuh kata itu meluncur dari mulut busukku.

"Ha-ha." Dan dia hanya balas tertawa, gak ikhlas. AH!

"Udah ambil bayinya sana!" Perintahku, merasa kesal sendiri. Han membawa bayi itu ke gendongannya. Sejenak, aku berpikir dia cocok jadi Bapak. Hanya 'sejenak', catet.

"..." Karena belum pernah berurusan dengan anak kecil apalagi bayi, aku hanya mengekor di belakang Han. It's strange.

###

Dan...

Bayi itu akhirnya dirumahkan.

Maksudnya, Han (nekat) membayar mahal untuk mencegah kasus bayi itu jatuh ke tangan kepolisian setempat. Saat aku bertanya alasannya melakukan itu, dengan santai dia menjawab, "hanya ingin."

Oke, aku memang udah menerima semua kelemahan sekaligus keanehan Han. Tapi kalau untuk urusan ini, dia bener-bener kelewatan. Hadirnya bayi diantara kami berasa mimpi terburuk dari kumpulan mimpi buruk lainnya.

"Han ini gak lucu, ok? Ambil uangmu dan kembalikan bayinya." Kataku, sedikit kikuk menggendong bayi itu. Han menyetir, jadi aku terpaksa mengambil alih tugas tambahannya.

"Memang kau tega dia masuk panti asuhan?" balasnya, tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.

"Tapi Han.." Aku berniat membantah ketika Han meremas tanganku lembut.

Dia berpaling sejenak dari riuhnya lalu lintas, dan tersenyum menenangkan padaku. "Jangan khawatir. Aku tahu apa yang aku lakukan."

Sebuah gestur tubuh sederhana yang meluluhkan hati. Aku mengangguk, mengiyakan.

Dasar Deni murahan.

###

Halo, saya disini.

Terima kasih sudah menunggu :v

Part selanjutnya (mungkin) nanti malam ya. Lagi di rumah soalnya, jadi bisa nulis cerita. Kalau di kosan....jangan harap :v

Btw, jangan lupa vote dan comment ya :v

DewataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang