Reason

1K 163 32
                                    

Author

Dengan perlahan Jiyeon berbicara, "Apakah menurutmu ini keterlaluan, bila aku mengatakan perasaanku pada Myungsoo..?"

Kedua mata Hwayoung membulat sempurna karena mendengar pertanyaan itu. "Apa?"

Melihat ekspresi Hwayoung, Jiyeon langsung berkata, "Ara, aku gila, kan? Tapi aku tidak bisa tenang sejak beberapa hari yang lalu karena ini."

Hwayoung mengerjapkan matanya beberapa kali. "Tidak, Jiyeon. Memang aku terkejut, tapi kegilaanmu itu sangat bagus." Hwayoung memegang kedua bahuku. "Asal kau tahu saja, aku selalu menunggu kau mengatakannya pada Myungsoo!"

"Benarkah?"

Hwayoung mengangguk sambil tersenyum lebar. Jiyeon menurunkan tangan Hwayoung, berjalan ke kanan. "Tidak, tidak.. Ini tidak benar. Kenapa aku merasa harus melakukannya padahal aku tahu dia tidak suka padaku.."

"Apanya yang tidak benar.. Aku baru saja mendengar sebuah keputusan yang berani dari seorang Park Jiyeon," Hwayoung mendekati Jiyeon. "Jika kau sudah siap dengan segala konsekuensinya, maka aku adalah orang yang paling bangga padamu."

Jiyeon mengangguk pelan. "Entahlah, aku hanya ingin dia tahu, itu saja. Soal apa yang dia pikirkan tidak masalah bagiku. Selama ini dia baik padaku dan itu cukup. Aku sudah senang dia menganggapku."

Hwayoung memegang tangan Jiyeon. "Ya. Ingatlah bahwa aku mendukungmu, Jiyeon-ah." Dia memberi jeda sebentar, "Dan menurutku.. ada kemungkinan Myungsoo juga menyukaimu."

....              ....

박지연

Wajah rupawan yang kutunggu sudah muncul. Aku melihat Kim Myungsoo berjalan dengan langkah cepat di pinggir kolam berenang. Gaya elegannya yang terkesan angkuh lagi-lagi membuatku terpesona. Aku segera berdiri sambil mengatur napasku yang memburu, agak cemas karena tidak mendapati Hwayoung bersamaku disaat seperti ini. Tenangkan dirimu dulu Park Jiyeon..

Dengan perlahan tapi pasti, aku melangkah menghadang jalannya. Keheranan terlukis pada wajahnya yang menatapku. "Myungsoo, aku ingin berbicara padamu."

"Apa ada yang perlu dibicarakan denganmu?"

Aku mengangguk, berusaha menghindari tatapannya yang serasa mendesakku. "Sesuatu yang kupikirkan sejak lama."

"Katakan."

Kuangkat wajahku dengan kikuk. "Tidak, maksudku.. Myungsoo, bukan di sini."

"Katakan saja."

Nadanya tak terbantahkan. Baiklah, aku sudah memantapkan niatku jadi aku tidak akan mundur. Aku akan mengatakannya di sini jika itu maunya. Pertama, aku menyodorkan barang yang sejak tadi kubawa kemana-mana. "Selamat ulang tahun, Myungsoo. Aku selalu berharap yang terbaik untukmu. Ini dariku, maaf aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih baik dari itu, maupun yang bisa menjadi berharga untukmu."

Cukup lama aku mengangkat tanganku sampai Myungsoo mengambil hadiah berbalut kertas kado biru itu. Aku tersenyum, dia mau menerimanya. Padahal sejak tadi aku sangat minder hingga tidak memberikannya bersamaan dengan teman-teman lain.

"Apa ini?" tanyanya dengan nada tidak biasa yang membuatku ragu.

"Kau harus membukanya sendiri," kataku malu.

Dia mengangkat sebelah alisnya sedikit. Tak kusangka dia lalu melempar hadiah dariku ke lantai batu. Beberapa orang yang ada di sekitar kami ikut terkesiap, mereka berkumpul mendekat seakan ini adalah tontonan seru yang tidak patut dilewatkan. Melihat hadiah dariku yang telah dilemparnya, aku yakin isinya pasti pecah. Bunyi retakan kaca terdengar saat benda itu jatuh menghantam lantai.

I'll Show YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang