Misteri Hati

44 8 0
                                    

"Telat lagi, telat lagi, rumah kamu tuh di Jonggol ya?" ujar Bu Dian kepada Adam yang baru sampai ke kelas pukul setengah 8 pagi. Kelas memang sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu, tidak heran jika Bu Dian marah.

"Nggak bu, saya bukan wakwaw, rumah saya di Bogor, kok." kilasnya santai.

"Kamu keluar aja, udah peraturan saya kan, murid yang telat lebih dari 20 menit gaboleh masuk?" Bu Dian memelototi Adam, namun Adam hanya memandangnya santai, tanpa sedikitpun merasa takut.

"Yah Bu, padahal hari ini semangat belajar saya lagi tinggi loh bu. Saya mau belajar bu." Adam memasang wajah memelas yang dibuat-buat, membuat seisi kelas menahan tawa. Adam memang sangat pintar memainkan ekspresinya, jika ada award untuk murid yang paling ekspresif, mungkin Adam akan masuk nominasi dan menjadi pemenangnya.

"Semangat belajar tinggi kok telat?"

"Saya tuh udah bangun dari jam 5 subuh Bu, udah siap-siap, terus sarapan, terus karena ngantuk saya tidur lagi di sofa dan kebangun jam 7 pagi. Ini salah Bi Iyem juga, dia gak ngebangunin saya karena katanya dia takut saya marah-marah, padahal saya lebih marah lagi kalau dia gak ngebangunin saya, jadi saya.............." jelas Adam panjang lebar, membuat seisi kelas tertawa karena Bi Iyem yang terbawa ke alasan keterlambatan Adam.

"Udah, cukup, saya gak perlu dengar alasan kamu yang panjang banget gitu, buang-buang waktu, duduk aja sekarang, nanti kamu ke ruangan saya pas istirahat." potong Bu Dian yang disusul oleh Adam yang mendengus.

"Yah bu, saya kan udah jelasin tuh bu dengan sangat rinci alasan kenapa saya telat, masa mau di panggil lagi?" tanya Adam tidak terima.

"Ada hal lain yang ingin saya bicarakan. Sudah jangan buang-buang waktu saya lagi, duduk kamu." perintah Bu Dian dengan wajah galak, membuat ekspresi Adam berubah,  ia bisa menerka hal  yang ingin Bu Dian bicarakan. Adam lalu mengikuti perintah Bu Dian dan berjalan menuju kursinya.

"Katanya mau berubah?" tanya Bian dengan sebelah alis yang terangkat, kecewa karena Adam memang hanya tobat sambel.

"Berubah gak segampang itu kali, Yan. Udah tenang aja, nih gue serius nih merhatiin Bu Dian ngomong." ujar Adam dengan senyuman tanpa dosa.

Bodoah, pikir Bian dalam hati.

***

"Guys, tadi gue ke ruang guru, dan gue gak sengaja nguping pembicaraan Bu Dian sama Adam." seru Gisell saat istirahat, suasana kelas sepi, hanya tertinggal anak-anak yang tidak pergi ke kantin, ada Jeanny, Winny, Bian, David dan Ringgo.

"Gimana gimana?" Jeanny yang penasaran langsung menghampiri Gisell, diikuti oleh Winny, David dan Ringgo yang tidak kalah penasarannya. Bian masih terduduk di kursinya, memilih untuk tetap membaca novelnya dan mengabaikan mereka yang bergossip.

"Dia dipanggil karena tadi malem berantem sama si Ryan dari kelas 12-C, si Ryan bonyok dan akhirnya ngadu kalau dia di hajar abis-abisan sama Adam." jelas Gisell, Bian yang tadinya tidak peduli, tiba-tiba menolehkan pandangannya kearah Gisell.

"Serius lo? tadi malem sampai jam 9 Adam itu masih sama gue!" seru Bian tiba-tiba, membuat semua mata tertuju pada Bian.

Aduh, keceplosan, nanti mereka mikir yang enggak-enggak lagi, batinnya.

"Hah? lo ngapain sampai jam 9 sama Adam?" tanya David yang terkejut.

"Kemarin gue bantuin dia kerjain tugas fisika Pak Dino. Tapi serius, dia dipanggil karena itu?" setengah hati Bian tidak percaya, namun setengahnya lagi sadar bahwa Adam memang 'sang raja bertengkar' di sekolahnya.

"Serius, kuping gue ini kalau dengerin sesuatu yang berhubungan sama hal-hal kayak gitu pakem banget." Gisell berusaha meyakinkan.

"Gila yah tuh anak, jago banget berantemnya, masa Ryan yang keliatan lebih macho gitu malah bonyok? Adam malah gak kenapa-kenapa, liat aja mukanya masih mulus kaya aktor korea." ujar Jeanny salah fokus.

RedamancyWhere stories live. Discover now