I'm Reckless, I Know

38 5 1
                                    


Kucari kamu dalam setiap jejak, seperti aku yang menunggu kabar dari matahari. – Payung Teduh

Bian berjalan di koridor sekolah dengan tergesa-gesa, entah kenapa hari ini rasanya ia tidak ingin bertemu dengan Adam dan hanya ingin bersembunyi, andai saja semudah itu untuk bolos sekolah.

Setelah semalaman ia memikirkan Adam, mencari-cari social media yang Adam punya dan melihat semua hal yang ia posting disana bahkan hingga postingan paling bawah, ia sekarang merasa sangat mengenal Adam dan hal tersebut sungguh mengusiknya. Rasanya menyesal sekali sudah iseng mengobrak-abrik isi social media Adam.

Sekarang ia jadi tahu bahwa ulang tahun Adam itu tanggal 5 Desember, ia tahu bahwa Adam kurang lebih memiliki 5 mantan pacar, ia tahu bahwa Adam adalah jebolan SMP favorit di kota nya, ia tahu bahwa Adam memiliki 2 orang adik dan dua duanya adalah perempuan, ia tahu bahwa Gina adalah pacar terlama bagi Adam. Ia tahu banyak hal, dan semua itu sangat menganggunya.

Perasaan-perasaan aneh berkecamuk di dalam hatinya, dan sungguh membuatnya tidak nyaman. Ia tahu bahwa mau tidak mau hari ini Ia pasti bertemu Adam dan itu membuatnya kesal.

"Woy Yan."

Speak of the devil, sosok terakhir yang paling dia inginkan untuk ada di dekatnya hari ini datang, Bian refleks menoleh ke sumber suara, memastikan asal suara yang baru saja ia dengar.

Dilihatnya Adam yang tersenyum lebar kearahnya sembari melambaikan tangannya, ia lalu menghampiri Bian yang seakan membeku di tempat. Terbayang kembali foto-foto yang ia lihat dari social media Adam, Bian menggelengkan kepalanya cepat.

"Gue kenapa, sih?!!" batinnya dalam hati.

"Kaget nggak? Ini masih jam 7 kurang 15 dan gue udah disini." Ujar Adam dengan senyum penuh kebanggaan. Bian yang masih merasa kaku hanya tersenyum tipis.

"Wah, kayaknya ini mengejutkan banget ya sampai lo speechless gitu." Lanjut Adam sembari tertawa, Bian hanya terpaku memandangi mulut Adam yang terbuka lebar, memerlihatkan barisan gigi nya yang rapih dengan kedua taring yang terlihat tajam.

"Oh...gue kebelet! Mau pipis dulu, dadah!" ujar Bian tergesa-gesa, lalu langsung mengambil langkah ke kanan dengan cepat.

"Eh Yan! Toilet nya kan disono woy." Seru Adam membuat Bian rasanya ingin memukuli jidatnya beribu-ribu kali karena kebodohan yang baru saja ia lakukan. Ini aneh! Semuanya aneh! Dan sekarang ia jadi terlihat sangat canggung.

"Oh..iya, gapapa, gua mau yang di deket kantin, kacanya gede soalnya." Jawab Bian berkilah. Adam tertawa mendengarnya. "Kocak banget lo, yaudah, selamat berkaca." Ujarnya yang langsung berlalu meninggalkan Bian menuju ke kelas.

Bian menghela nafas lega lalu memukuli jidatnya dengan telapak tangan.

"Bodoh! Lo jadi keliatan salah tingkah!" batinnya.

***

Setelah bel pulang berbunyi, Bian tidak bisa menyembunyikan kelegaan yang dirasakannya, ia menghela nafas panjang kasar, membuat Adam dan Bagas menengok lalu tertawa.

"Buset, segitu leganya karena udah pulang." Ujar Bagas sembari tertawa.

"Jangan langsung pulang atuh, main dulu yuk bertiga." Ajak Adam membuat Bian sedikit terbelalak. Sedari tadi jam pulang adalah yang paling ia tunggu tunggu, ia tidak akan dan tidak mungkin menerima ajakan mengejutkan dari Adam tersebut.

"Nggak bisa, gua ada urusan." Ujar Bagas membuat Bian bersyukur dalam hati.

Dan dengan begitu, saat pertama bertemu Adam dengan perasaan campur aduk tidak karuan resmi berakhir.

RedamancyWhere stories live. Discover now