"Masa iya sih gue salah orang?? Trus ini punya siapa dong?" dengan seksama ia menatap benda pada tangan kirinya. "Kalo gue kaga bisa temuin pemiliknya? Ya udah lah gue pake aja... Lagian kejadianya juga nggak sengaja" lanjut nya bersifat acuh dan melangkah keluar ruang uks.
Mungkin benar yang di katakan keyla. Kejadian itu semacam kebetulan . dan orang yang telah membawanya ke rumah sakit itu mungkin bukanlah revan. Meski keyla tampak tak peduli dengan benda itu tapi kenapa ia begitu yakin bahwa revanlah pemilik nya. Ah pikiran itu sama sekali tak berujung .
"Kemarin emang iya sih gue udah usaha liat wajahnya tapi pancaran sinar benar-benar tidak mendukung waktu itu? Cuma lekuk mata itu yang gue ingat!! Ah kembalikan gak yah? Tertera angka 17... Gakpapa dah meski gue belum waktu umur segitu yang penting gue simpen dulu"
Bel pulang berbunyi . awal sebuah sekolahan yang tampak sepi itu seketika ramai bak swalayan buka big sale. Semua berhambur berebut pintu keluar. Vino dan revan memilih duduk sejenak karena malas berdesakan. Dari arah seberang keyla ingin sekali memberikan suara kepada revan tentang rencananya mengembalikan benda yang melilit di tangannya. Sebelum ia memasukan ke dalam sakunya . melihat revan berdiri . keyla ikut berdiri dan berusaha menembus lautan manusia. Ah tapi sia-sia duo semprul itu telah keluar lebih dulu dan bercampur dengan ribuan manusia hingga menutup tenggelam punggung ke dua pria tampan itu. yang membuat keyla tak bisa menemukanya. Keyla mendesah kesal. Kalau saja bukan karena niatnya ingin mengembalikan yang bukan menjadi hak nya. Dia akan-- hah malah ikut emosi rasanya. Hehehe
*****"Bibi! Key maaf pulang ter---" teriak keyla belum sempurna.
"Eh kamu? Pulang terlambat lagi? Cepat ganti bajumu jangan buat pelanggan menunggu!" jawab bibi keyla dengan tangan yang sibuk menari membuat adonan roti.
"Baik bi..!!" timpal keyla bersemangat untuk melakukan kerja sampingan nya.
Inilah aktifitas keyla saat pulang sekolah. Ia hanya tinggal bersama paman dan bibi nya. Bibi nya memiliki toko roti kecil dengan diameter -+ 4×5 m ... Setidaknya pekerjaan yang ia tekuni bisa membantunya membayar spp sekolah. Dengan lihai keyla dalam melayani pelanggan dengan baik. Tak di ragukan lagi. Sudah dari sekolah menengah pertama ia menjalaninya. Sementara pamanya jarang pulang karena seharian berkebun.
*****
" bro... Lo di cariin ama si vana" ucap vino dengan menepuk pundak revan . yang kemudian duduk di sampingnya.
"Paan sih lo? Jangan sekali-kali lo sebut nama mak lampir itu depan gue" kesal revan dengan mata melotot.
"Eiiit... Kedip woy! Mata lo hampir jatoh tau nggak! Jhhh" canda vino
"Kalo mata gue copot? Gue mau beli lagi yang baru.. Hahaha"
Disinilah, di kedai kopi tempat ia terbiasa nongkrong. Tawa ringan tanpa beban pun sering tumpah ruah di tempat ini.
"Bro... Kali ini lo lagi banyak masalah ?" kata yang sempat vino tahan dan akhirnya lancar keluar.
"Napa lo? Udah kek emak gue aja?"
"Soalnya lo udah kebanyakan minum tau nggak? Tawa lo gak serenyah nissin wafer?"
"Bodo ah! Yang penting gue bahagia" menuangkan alkohol dalam gelas mungilnya.
"Udah bro! Lo udah terlalu banyak.. Kita boleh minum bro tapi jangan berlebihan" celoteh vino merebut gelas yang hendak revan teguk. "Lo ingat bro! Ini!! disini.. akan rusak" tambahnya menunjuk letak gumpalan penting yang berjajar dengan jantung.
"Ah, Paan sih? Meski gue mati kaga bakal ada yang kehilangan gue.. Malah semua seneng liat gue mati.. Kenapa sih lo? Balikin botol minuman gue" jawab revan yang mulai di kendalikan oleh luar kesadaranya.
"Ah bangke juga ni anak!! Kok udah teler sih? Ah bisa ribet jadinya" keluh vino menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. " trus gimana dong? Mana ni tempat mau tutup juga! Haduuh bro bro? Coba kalo lo itu enteng... Orang kurus tapi berotot kek lo berat kek sapi lemosin tau nggak? Ah gue nyiapin mobil dulu dah..! Tunggu sini bro ntar gue bakal bawa lo balik". Keluh vino berlari keluar untuk menyiapkan mobilnya.
*****
Terlambat? Bukan suatu kendala bagi revan. Ia selalu pintar menyusup saat guru jaga tampak lelah. Saat jam pertama hendak berakhir. Revan dan vino malah baru datang. Semua guru bisa geleng di buat keduo semprul itu.
"Permisi buu".. Berjalan enteng menuju tempat pojok kanan.
Guru mapel itu sampai kehabisan kata untuk menasehati keduo semprul ips itu.
"Revan kenapa lagi-lagi kelian berdua jam segini baru datang?"
"Terlambat bu" jawab revan yang membuat guru itu ingin cepat-cepat keluar.
"Kalian ini!! Ibu ini serius jangan kebanyakan alasan kamu" bentak guru dengan muka memerah ingin meledak.
"Saya juga serius kok bu.. Dan saya sudah jujur malah.. Jangan marah-marah terus dong bu. Menurut kitab tatangsudirman marah itu mempercepat proses penuaan.. Ibu kan masih muda emang ibu mau seperti mbok sarmi yang jualan pecel itu?"
"Hah?? Dadi murid kok mundak ngawur (hah?? Jadi murid kok tambah ngelunjak)" jawab bu guru berumur 38 tahun itu dengan logat jawanya. sambil mengeluarkan cermin mengamati wajahnya. Yang sempat membuat seisi ruang tertawa meledak.
"Stoop!! Ini bukan lelucon" bentak nya yang kemudian keluar kelas.
Ledakan tawa kelas 11-4 ips itu sayup-sayup masih terdengar .
"Heh adi! Abis ini waktu siapa?" tanya vino kepada teman depannya.
"Emm.. Anu vin.. Sejarah iya sejarah!" jawabnya gugup.
"Huft.. Ada pr gak? "
"Ng.. Nggak vin cuma hafalan bab yang kemarin di terangin"
"Ah serah lah apa kata lo!! Yang penting noh suruh adhib duduk ama lo depan gue"
"Tapi vin.. "
"Lo gak sah bawel deh! Gue patahin leher lo.. Udahlah cepetan gue mau tidur ... Awas saja kalo sampe lo ngadu ama bu sri , bisa-bisa gue kempesin lo .. Ya nggak bro?"
"Ng.. Ng.. Iya vin jangan apa-apain gue yah"
"Yaudah sono buruan.. Ya nggak Bro?"
" yaelah bro! Lo udah ambil posisi aja" bawel vino"Rewel banget sih lo? Cepet tidur sono gue nggak kuat .. Ngantuk!!"
Tak lama kemudian guru mapel sejarah telah menempati tempat duduk guru. Matanya menyelidik keseluruh kelas. Bu sri akhirnya mulai menyadari keganjalan disini.
"Mana aghata revanda dan vino aldiano?" tanya guru itu dengan mata yang masih menatap bangku kosong di belakang.
"Apa mereka bolos lagi?" lanjutnya"Ng... Nggak bu! Dia masuk kok" jawab adi tampak bingung harus jawab apa.
"Ada apa adi? Oke.. Alfina kamu sebagai ketua kelas .. Kemana mereka berdua?"
"Itu bu liat aja di balik badan lebar adi dan adhib" jawab alfina tenang.
"Kalian berdua berdiri dan kembali ke tempat duduk asal" perintah guru yang bernama ibu sri purwanti sama kedua anak terlebar di kelas ips ini.
Setelah adi dan adhib berdiri dan menjauh lalu kembali ke posisi awal. Di sana tampak duo semprul itu tertidur pulas bak bayi yang tak ingin menyiakan waktu tidurnya. Bu sri menghampiri kedua murid andalannya. Lalu memukulkan sebuah penggaris kayu ke meja revan dan vino.
*Bruaakk*
Tbc--
Sampai part ini gimana readers? Terlihat membosankan kah? Author berharap ceritanya ada yang meminati.. Gitu aja dulu sih harapannnya..
Thanks💝😊
eltriana31..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tak Pernah Ada
Teen FictionRevan dan vino adalah sahabat /sehati/sejoli/ se?se? Pokoknya deket deh.. Sangking deketnya seperti tampak ada lem diantara mereka... Nempelnya pake buanget udah kek perangko .. Apa jadinya jika mereka suka dengan cewek yang sama?