#8. Better or Worse

32 4 1
                                    

[C.O.] Part 8.

Daniella menutup pintu kamar Valerina pelan tak mau menggangu gadis itu, yang sedang tidur karena kelelahan menangis.

Ia menghela nafasnya pelas, ia sempat ikut menangis tadi, baper. Ia melihat Christan yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Dari tadi, gue denger kayak suara nangis, Vale nangis?"

"Gue gak mau jawab," Daniella mengingat sesuatu, "Dia lagi tidur, badannya panas, lo ada obat penurun panas?"

"Kayaknya ada, nanti gue tanya mama."

Daniella mengangguk, "Yaudah, kasih aja kalo dia udah bangun. Sejam atau kalo dia udah lama tidurnya, lo coba masuk aja, mungkin demam nya makin tinggi."

Kali ini, Christan yang mengangguk, sejujurnya keduanya tak pernah secanggung ini. Tapi, Daniella memilih untuk tak banyak bicara.

"Kenapa kita jadi canggung gini sih, Dan? terus kenapa tadi Vale minta pulang dan pas pulang malah manggil lo?" tanya Christan seiring keduanya menuruni tangga.

"Coba tanya sama Valerin aja. Gue balik dulu, salam buat Tante Ash."

Setelah mengantar Daniella sampai perempuan itu keluar dari rumahnya, Christan berjalan menyusuri rumahnya mencari sosok ibunya.

Ia mendapati Ashley di taman belakang bersama Kelvin, ia menatap keduanya malas, sok kayak anak muda. Begitu batin Christan.

"Mah,"

Ashley menoleh.

"Mama ada obat penurun panas?"

"Buat apa?"

"Buat di minum lah, Ma." ucap Christan yang memutuskan untuk duduk di bangku yang ada di sebelahnya.

Ashley bangun dari duduknya, "kamu sakit?" Ia menghampiri anak lelakinya dan menempelkan tangannya pada lelaki itu.

"Bukan, Valerin badannya panas."

"Kok kamu bisa tau? Vale mana sekarang?"

"Tadi, di kasih tau Dania pas Dania keluar dari kamar Vale. Vale nya tidur."

"Dania kesini? Kok mama gak liat?"

"Iyalah gak liat, mama aja sibuk mesra-mesraan gini di belakang. Oh iya, salam dari Dania."

Kelvin ikut bangun dari posisinya, "Nanti kamu sama Valerin juga bisa kayak mama papa."

Christan memutar bola matanya, "Terserah deh, mana obatnya?"

"Abis, kamu beli aja sana."

Christan benar-benar tak percaya dengan apa yang ibu nya katakan. Ia mengangkat tangannya keatas dan masuk kekamarnya mengambil kunci motornya.

Waktu menunjukan pukul 4, tetapi Valerina tak kunjung keluar dari kamarnya, mengikuti saran Daniella, Christan mencoba mengetuk kamar Valerina.

Tak mendapat reaksi apapun, Christan membuka pintu kamar, perempun itu terlihat nyaman tertidur dengan selimut berwarna hijau pastel kesukaannya.

Christan menyentuh jidat Valerina dengan punggung tangannya, "Masih agak panas."

Ia menyentuh lengan perempuan itu, berusaha membangunkannya, "Le."

Valerina yang merasakan gangguan di sekitarnya, membuka matanya dan mendapati Christan disana. Pasti Daniella sudah pulang dan memberitau lelaki itu bahwa ia sakit.

"Badan lo panas, ini ada obat penurun panas, lo minum aja."

Valerina mengangguk dan bangun dari posisi tidurnya. Christan menuangkan air ke gelas yang sebelumnya di persiapkan oleh Bi Ratih dan memberikannya pada Valerina.

Chosen OnesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang