#13. Semakin Rumitkah?

41 2 0
                                    

[C.O.] Part 13.

Valerina keluar dari kamarnya, karena seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Ia melihat Christan disana, "kita di panggil mama." ucap Christan.

Valerina mengangguk mengerti, ia mengambil smartphonenya di nakas dan bersama Christan menuruni tangga.

Ashley tersenyum melihat keduanya yang telah datang, "duduk, makan yuk."

Valerina mengangguk dan mengambil posisi di sebelah Christan. Sedangkan Nessa sudah gatal ingin berbicara,

"Mama sama papa mau ngomongin apa sih?"

Christan menoleh pada ibunya, "emang ada apa?"

Valerina ikut terfokus pada Ashley seraya mengambil sendok di depannya.

Ashley duduk di samping Nessa sambil terus tersenyum, "Dua minggu lagi, kalian tunangan ya, setuju kan?"

Kelvin menatap Valerina dan Christan, Christan terdiam dan mengalihkan pandangan kepada Valerina sedangkan Valerina cukup kaget mendengar hal itu.

Pandangannya jatuh ke piring berisi nasi di depannya, nafsu makannya hilang, terlebih mengingat ucapan Christan yang sudah cukup lama itu.

"Kalo perasaan lo sama Valerin gimana?" tanya Rave.

"Apaan sih, gue gak ada rasa apa-apa kali sama Vale, ini cuma sebuah perjodohan!"

"Kalo Christ, ikut Vale aja."

Christan akhirnya angkat bicara, sedangkan gadis disebelahnya tak tau harus berkata apa.

Nessa yang tau, ucapannya berakhir canggung, mengetuk-ngetukan sendoknya ke piring pelan, merasa bersalah.

Valerina menarik nafasnya dalam, seakan semua hal sekarang tergantung padanya,

"Iya,"

"Vale ke kamar dulu, udah kenyang."

Ia meletakan sendoknya dan membawa piring berisi nasi yang belum tersentuh itu ke tempat pencucian piring dan berjalan menuju kamarnya.

Sedangkan Christan, memijit kepalanya pelan sambil memakan makanannya.

"Nessa salah ngomong ya?" ucap Nessa memecah keheningan, Christan menggeleng.

Baru setengah habis, Christan bangun dari tempat duduknya, "Christ ke Vale dulu."

Kelvin menoleh, "Gak mau kasih waktu buat dia sendiri dulu?"

Christan menggeleng dengan tarikan senyum malas di bibirnya, "ga ada gunanya mengulur waktu."

Ashley mengarahkan pandangan pada Christan,

"Yang mama liat, kalian mulai cocok, makanya mama kira, ini sudah saat yang tepat buat bilang."

Christan menatap ibunya itu, sedikit setuju dengan anggapan ibunya, karena ia pikirpun, keduanya sudah mulai cocok,

"Mungkin, Vale kaget aja, tadi dia juga bilang iya kan, Christ naik dulu."

Christan meninggalkan tempat itu menaiki tangga perlahan. Tetapi, suara pintu terbuka cukup membuatnya menoleh kepintu rumahnya sesaat.

Ia sangat tau siapa yang datang, cuma sepupu laknatnya itu yang datang kerumahnya ini tanpa sopan-santun.

Perempuan itu menghampiri keluarganya dimeja makan, sambil memuji makanan buatan Ashley, selanjutnya, yang Christ lihat perempuan itu berjalan menghampirinya.

"Ibu rempong ngapain coba malem-malem kesini?"

Daniella memegang kedua pinggangnya, "Ngapain lagi kalo ga ketemu calon istri bapak?"

"Dia bilang apa ke lo?" tanya Christan.

"Naik dulu kenapa sih, ga enak ngobrol di tangga." komplen Daniella. Christan mengiyakan dengan berjalan menuju ke atas.

"Gue yang buka pintu, lo yang masuk." ucap Daniella bermaksud membuat kedua manusia itu baikan.

"Udah kayak anak smp mau masuk ruang guru elah." Kekeh Christan.

Tak menanggapi ucapan Christan, Daniella membuka pintu kamar Valerina dan melihat perempuan itu tengah berdiri di ujung kamar menatap keluar jendela.

Daniella melirik Christan dan lelaki itu masuk diikuti Daniella setelah menutup pintu itu lagi.

"Le," panggil Christan.

Valerina menoleh, ia kira yang masuk adalah Daniella.

Ralat, ia kira yang masuk hanya Daniella, karena perempuan itu pun ada di kamarnya dan tanpa dosa menaiki kasurnya dan memainkan smartphonenya disana.

"Kamu marah?" ucap Christan lagi,

"Bukannya kita udah bisa memulainya?"

Christan menatap punggung Valerina yang sejak tadi enggan mengubah posisinya agar wajah perempuan itu bertemu dengannya.

"Apa yang dimulai kak?"

Valerina tersenyum miring, lagi-lagi ucapan Christan dahulu itu masih terus berputar-putar di kepalannya

"bahkan kakak ga punya perasaan apa-apa sama aku." begitu lanjut Valerina.

Christan terdiam. Entah untuk yang keberapa kalinya, ia tak mampu mengungkapkan perasaannya.

Bodoh memang, setidaknya begitulah kata Rave. 'Lo cowok, tan. Mau dia yang nembak lo?'

Christan sungguh sebal bila dirinya di panggil dengan panggilan tan, tetapi kata-kata yang Rave ucapkan sebelum nama panggilannya itu, cukup menohok dada Christan.

'Kalo Valerin yang nembak Christ kira-kira gimana ya?'

Kalimat candaan Fattah sekarang menjadi beban berat bagi Christan.

Masih tetap sama, tanpa menjawab, Christan menatap punggung perempuan itu.

Kali ini, Valerina berbalik memecah keheningan,

"Gak bisa ngomong apa-apa kan kak?"

Lagi, lagi, dan lagi, Christan hanya bisa terdiam, pukulan tangan di bantal Valerina yang di lakukan oleh Daniella sukses membuat Christan menoleh.

Perempuan itu membesarkan mata sipitnya seolah mengancam Christan, tetapi Christan malah menganggap sepupunya itu lucu.

Gen dari Helen memang membuat Daniella jadi jauh lebih sipit dari sepupu-sepupunya yang lain,

Ingin tertawa, tetapi Christan tahu situasi, apalagi tatapan perempuan itu yang seolah mengancam Christan untuk menjawab pertanyaan Valerina.

"Vale mau tidur, Kak. Kakak ke kamar aja." usir halus Valerina.

Christan mengacak rambutnya pelan dan jalan menuju pintu keluar kamar Valerina dan lagi-lagi itu sukses membuat Daniella memukul kembali bantal yang berada di sisinya.



6 Oktober 2017,

Author yang mau UTS.

Chosen OnesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang