.
.
.
.
Gila. Kenapa semakin hari rasanya untuk menemukan makanan semakin sulit? Apa karena populasi manusia meningkat dan mereka menguras semua sumber makanan? Dasar makhluk-makhluk rakus.
Aku berjalan malas-malasan di bawah terik matahari. Rasanya ingin segera menemukan pohon rindang untuk berteduh dan tidur siang.
Tapi langkahku terhenti ketika seseorang dengan celana abu-abu berjongkok di depanku dan menghalangi jalan. Lalu dengan seenak jidat mengusap punggungku. Aku mendongak.
Asa.
Dia memakai kemeja putih dan celana abu-abu serta menyandang ransel di punggungnya.
Pemuda itu menatapku. "Ternyata memang kau, huh."
Aku menggeram. "Apa lagi sekarang?"
"Lihat ini," Asa mengulurkan lengannya ke hadapanku, "kau ini hobi sekali mencakarku."
"Dan kau mau lagi?" geramku.
"Oke, oke. Simpan cakarmu, Manis."
"Aku bukan Manis!"
Asa tertawa pelan. Memperhatikanku dengan sorot mata tertarik. Tidak memedulikan seorang ibu-ibu yang baru saja lewat dan menatapnya aneh. "Kau sedang marah, hm?"
"Enyahlah," tandasku lalu berusaha berjalan pergi. Tapi Asa malah berpindah tempat dan menghalangiku. Tingkahnya mengingatku pada bocah-bocah ingusan yang suka menggangguku.
"Hei" panggilnya. "Kenapa kau kabur?"
Aku hanya diam. Menatapnya jengkel.
"Kau kabur karena tidak ingin kumandikan? Atau karena tidak ingin kupelihara?"
"Aku sudah pernah mengatakan kenapa aku tidak mau kau pelihara. Dan aku tidak mau mengulangnya lagi. Kau sama sekali tidak memperhatikan."
Asa hanya menatapku. "Kau mengeong," katanya. "Apa itu jawaban untuk pertanyaanku?"
Aku diam saja. Inilah yang kubenci dari manusia. Mereka bisa dimengerti tapi mereka tidak bisa mengerti.
Asa tiba-tiba melompat berdiri setelah melirik arlojinya. "Sial. Aku terlambat. Seno bisa cerewet." Dia menatapku sebentar. Tersenyum kecil. "Sampai nanti." Lalu berjalan setengah berlari.
Aku menatap punggungnya yang menjauh. Entah kenapa-sekilas tadi-si keparat itu kelihatan keren. Sialan, dia rasanya bahkan lebih keren dari pada aku.
Hah, terserahlah.
Tapi setidaknya aku tahu kalau dia tidak dipecat oleh Seno. Jadi aku tidak perlu merasa bersalah dan menghiburnya.
.
.
.
Mungkin aku akan ke rumah makan cepat saji itu sore ini?
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sausages
RandomAku gelandangan sejati, bertemu dengan pemuda brengsek di jejeran bak sampah sebuah rumah makan cepat saji, dan diberi makan olehnya. Tidak lebih, tidak kurang. ___________________________________ Sausage © Abiguellix on Wattpad 2017