Siang itu Devika mengajak Adara ke butik langganannya."Mama, udah pesenin Adara model busana muslim bercadar yang bagus," ujarnya menggebu.
Adara menurut saja saat tangannya ditarik oleh Mama mertuanya.
Seorang wanita separuh baya menghampiri mereka. Dari dandanannya yang menor dan pakaian yang dipakainya menandakan dia wanita yang fashionable.
"Silahkan milih jeng, ini beberapa pesanan jeng Devika sudah saya sediakan," ucap pemilik butik, Jeng Kartika.
Devika sibuk memilih gaun muslim bercadar. Kebanyakan berwarna cerah. Merah muda dengan nuansa payet bunga dan assesoris berkilauan. Devika meraih gaun berwarna hijau pastel dengan manik-manik hasil karya handmade yang sangat mewah karena dibalut dengan sutera di bagian luar. Devika juga meraba gaun berwarna biru muda dengan nuansa elegan dengan beberapa taburan mutiara asli. Semua busana yang ditawarkan sangat stylish dan up to date walaupun busananya menggunakan cadar.
Adara terdiam. Busana yang selalu dikenakannya berwarna gelap dan polos. Hitam, hijau tua atau biru tua. Ada rasa tidak nyaman jika harus memilih salah satu dari gaun yang Jeng Kartika tawarkan.
"Adara, cepat pilih sayang. Kamu mau yang mana?" Mama Devika menyuruh Adara memilih gaun itu. Adara menggeleng.
"Kenapa? Kamu gak suka? Ini buatan fashion designer terbaik di Jakarta loh, dan bercadar lagi, keren 'kan? Walaupun islami tapi gak kalah modis lho, Nak," ujar Jeng Kartika sambil memperlihatkan beberapa gaun lagi.
"Bu, apa boleh saya lihat ke depan?" Tanya Adara.
"Oh tentu saja menantu Jeng Devika," jawab Jeng Kartika.
Adara kebingungan di butik itu. Masalahnya ia sudah tidak terbiasa memakai pakaian berwarna mencolok khas bling-bling. 'Ya Allah bantu hamba, kasih hamba yang terbaik.' Harap Adara.
Ia tidak ingin menolak tawaran sang Mama mertua demi menjaga perasaannya, tapi di satu sisi ia tidak sanggup jika harus menolak kata hatinya.
Manik mata Adara menangkap sebuah gaun putih polos di hadapannya. Sesuai keinginan sang mama mertua, ia ingin memakaikan Adara busana berwarna cerah dan mewah.
Adara tersenyum dan meraba gaun di hadapannya. "Putih," gumamnya.
Adara memilih gaun putih itu tanpa manik atau riasan gaun lainnya. Hanya saja terlihat mewah dengan beberapa lapisan baju menggunakan kain kaca yang juga berwarna putih.
"Kamu menyukainya, Adara?" Devika sudah di belakang Adara. Adara menoleh dan mengangguk.
Jeng Kartika yang mengikutinya ikut berkomentar. "Tapi ini murah Adara."
"Aku suka ini, Ma."
"Baiklah, Jeng. Bungkus yang ini ya?"
Jeng Kartika mengangguk dan menyuruh pegawainya membungkus gaun itu untuk Adara.
***
Di dalam mobil, Adara dan Devika terdiam.
"Adara, Mama boleh tanya, nggak?" Devika membuka pembicaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan di Atas Sajadah
SpiritualSudah tersedia di Gramedia dan toko buku lainnya di seluruh Indonesia. Atau hubungi Admin 081519922343 Highest rank #1 (spiritual) Bagaimana jadinya Prasetya Anggara--seorang pemuda angkuh yang hidupnya penuh foya-foya--harus menikah dengan gadis be...