"Sudahlah, Bu. Kebaikan ibu melebihi semua harta yang aku punya."Haniyah memeluk Adara. Rasa bersalah menangkup jiwanya.
"Bu, Adara boleh nanya sesuatu nggak?"
Haniyah mengangguk sambil mengusap puncak kepala Adara.
"Nanya apa, Sayang?"
"Kenapa Pak Haryu ninggalin Ibu?"
Haniyah tertunduk. Air matanya berlinang lagi. "Ibu cuma wanita bodoh, Nak. Setelah Haryu dapetin semua harta kamu, dia pergi ninggalin Ibu gitu aja," tangisnya semakin pecah.
"Ibu dibodohkan karena perasaan Ibu, Nak."
Adara memeluk Haniyah. Ia teringat akan Pras. 'Kenapa aku merasa sakit saat mengingat dirinya? Apakah dia juga akan meninggalkanku suatu hari nanti?' Adara memejamkan matanya. 'Ya Allah... hamba pasrah dengan segala ketentuanMu'
"An-naasu yudabbiru, WaLlahu yuqorriru, manusia hanya bisa merencanakan dan Allah Yang Maha menentukan, Bu. Ikhlaskan semuanya, berdamailah dengan permasalahan hidup, dan maafkan dia, Bu. Tenangkan hati Ibu, suatu hari nanti kesedihan itu akan diganti dengan kebahagiaan, sabarlah, Bu," ucap Adara pelan.
Haniyah mendongakkan wajahnya. "Kamu tambah bijak, Nak," Adara mengangguk pilu.
"Bu, kadang kita harus melewati sebuah kepahitan hanya untuk mengetahui hakikat hidup yang sebenarnya."
Haniyah membenarkan ucapan Adara. Adara tersenyum menatap Haniyah.
"Ibu tidak pantas kau sebut seorang Ibu," pandangan Haniyah kosong menatap halaman di depannya.
"Sampai kapanpun, kau ibuku! Aku gak peduli sama dunia, Bu."
Haniyah menangis. "Sudahlah Bu, jangan bahas itu lagi, aku gak pa-pa."
Haniyah menatap lekat manik mata Adara. "Kau begitu sabar Adara, semoga dalam hidupmu, kebahagiaan akan selalu menyertaimu."
Adara diam. Namun dalam hati ia mengamini harapan ibu angkatnya itu.
***
Jam menunjukkan pukul setengah tiga dini hari. Adara menghamparkan sajadah untuk sholat hajat pada sepertiga malam. Selesai sholat, ia lamakan dalam sujud."Sujudku bagai pelukanMu, Ya Allah... " lirihnya.
Sesak hidup yang pernah ia alami seketika terobati saat di atas sajadahnya.
"Apalah hamba manusia lemah. Harapan hamba hanya di sini, di atas sajadah ini Ya Allah... berdoa padaMu, ikhlaskan semua yang pernah terjadi. Terimakasih atas semua kepahitan yang menghantarkan hamba mengenalMu, ini surga hamba, surga saat dekat denganMu," Adara mengusap wajah dengan kedua tangannya.
Haniyah berdiri mematung di ambang pintu. Adara menoleh.
"Ibu kenapa belum tidur?" Tanya Adara sambil mendekati Haniyah.
"Ibu juga pengen sholat tahajud, Nak," pinta Haniyah.
Adara membantu Haniyah ke kamar mandi untuk berwudhu dan setelah si kamar, ia memasangkan mukena ke tubuh Haniyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan di Atas Sajadah
EspiritualSudah tersedia di Gramedia dan toko buku lainnya di seluruh Indonesia. Atau hubungi Admin 081519922343 Highest rank #1 (spiritual) Bagaimana jadinya Prasetya Anggara--seorang pemuda angkuh yang hidupnya penuh foya-foya--harus menikah dengan gadis be...