Aku mencintamu, hanya sebatas sayang. Sayang karena kau tak pernah tau rupa akan cintaku.*
Hatiku perih.
Perih kala perpisahan tertulis dalam takdirku. Baik aku, maupun dirimu. Takkan ada kata 'kita' dalam kesempatan hidup kali ini. Cinta ini memang salah sejak awal. Aku mengenalmu dengan baik, tapi kau bahkan tak pernah tau bahwa aku hidup untukmu.Memilikimu bahkan tak pernah terlintas dalam benakku, sebab merindumu pun aku tak berhak.
Kali ini, di musim kedua. Kita kembali bertemu, bertemu dalam permainan takdir yang bahkan tak mampu untuk dihindari.
Senyum itu, senyum yang selalu menjadi canduku kala gusar. Tatap sendumu, juga rengkuh hangatmu. Aku merindukanmu.
Maaf, tapi kali ini aku mengakuinya. Bahwa aku memang merindumu.
Hatiku masih penuh dengan bayanganmu, bahkan ketika malam yang panjang tanpa diwarnai cahaya bulan terlalui."Akankah ini akhir dari penantian?"
Malam ini, aku berharap pada keajaiban dan bertanya lalu menjawabnya sendiri.
Aku tidak bisa mengatakan padamu bahwa aku begitu ingin meraih hatimu, seperti sinar bintang yang bersembunyi di balik awan mendung.
"Aku mencintamu."
Pada akhirnya, ini pengakuan yang menyakitkan. Pengakuan yang tetap berada di ujung bibirku dan kembali mengalir bersama air mata. Untuk kesekian kalinya, aku meneriakkan namamu pada jutaan bintang di langit. Namun air mata kembali menyadarkanku, seolah mengatakan bahwa ini adalah sebuah perpisahan yang abadi.
Kau, dan aku.
Berada pada pada lintas waktu yang sama, namun cinta yang seharusnya mempertemukan tak lagi mampu merengkuh.
Sebab takdir telah bertulis lain.
°°°
Note :
*Puisi singkat karya Panji Ramadhan
KAMU SEDANG MEMBACA
FICTION
FanfictionKau, dan aku. Berada pada pada lintas waktu yang sama, namun cinta yang seharusnya mempertemukan tak lagi mampu merengkuh. -FATE