Aku, Kim Taehyung.
Sebenarnya tidak penting sama sekali mengenai namaku, aku hanya ingin kalian mendengar ceritaku. Cerita yang sudah lama sekali. Tapi kalian harus berjanji satu hal,...kalian harus percaya padaku.
Hanya itu.
.
.
.
Aku anak yang sama seperti anak lainnya, semuanya berjalan normal. Setiap pagi pergi ke sekolah, menghabiskan waktu bersama teman sebayaku, bertukar cerita satu sama lain dan hidup normal dengan kedua orang tuaku walaupun keluargaku tak begitu harmonis.Ayahku seorang pekerja kantoran dan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa yang selalu menghabiskan banyak waktu bersamaku, putranya.
Semua hal tampak normal, hingga satu kejadian merubah segalanya.
Beberapa tahun yang lalu saat ibuku meninggal, ayah tak pernah mau membicarakan perihal kematian ibuku bahkan hingga sekarang. Ayah selalu berkilah bahwa ibu sakit dan hanya itu yang ku ingat dari ucapannya tentang ibu. Saat itu aku masih sangat terpukul, dan di hari pemakaman ibu ayah kembali pulang dengan seorang wanita mengekor di belakangnya.
Aku yang lugu saat itu beranggapan bahwa mungkin dia salah satu partner kerja yang berkunjung untuk sekedar singgah mengucapkan belasungkawa atas kepergian istrinya yang tentu saja ibuku, tapi keyakinan itu lenyap setelah aku mendengar apa yang ayah katakan.
"Beri salam nak, dia ibu baru mu sekarang"
Dapat ku lihat wanita itu tersenyum manis sembari membenarkan helaian rambut sebahunya yang tergerai bebas tanpa penyangga, lengan ayah melingkar erat pada pinggangnya.
Menjijikkan
Untuk beberapa saat tak ada kata yang bisa aku ucapkan, yang benar saja. Ini hari pemakaman ibu bahkan para tamu yang datang belum sepenuhnya pulang, tapi ayah ? Ayah sudah membawa wanita lain dan dengan gampangnya memperkenalkannya sebagai...
ibuku?
SHIT !
"omong kosong" entah mengapa dua kata itu lolos begitu saja dari mulutku dan sebuah tamparan yang ku dapatkan karenanya. Aku memandang lekat foto almarhum ibu yang masih terpajang di sana, dengan air mata yang sudah mengalir aku kembali memandang ayah..
"Aku bersumpah akan membuatnya menderita seumur bidupnya bu"
°°°
Satu bulan berlalu.
Tanpa menunggu persetujuanku wanita itu telah mengambil alih semua peran ibu, dia bangun pagi, membuat sarapan untuk kami setiap pagi, dan melakukan beberapa pekerjaan rumah lainnya. Awalnya aku mencoba untuk menerimanya, tapi aku tak bisa terima ketika aku melihatnya menyingkirkan foto almarhum ibu yang masih begitu ku kasihi. Aku marah, aku memberontak padanya. Semua jenis makian kasar terlontar dari mulutku, bahunya terlihat bergetar.Mungkin aku sudah keterlaluan ?
Awalnya ku kira dia tengah menangis, namun perkiraanku sepenuhnya salah ketika melihat ia mengangkat wajahnya yang memperlihatkan seringaian mengerikan.
"Aku sudah mencoba bersabar padamu"
Suaranya terdengar sedikit parau, dan jujur ini membuatku sedikit takut. Aku ingin lari, tapi sialnya wanita ini telah menahan tanganku lebih dulu dan entah sejak kapan sebuah pisau dapur sudah berada di tangan kirinya.
Aku semakin memberontak ketika ia mendekatkan pisau yang ia bawa padaku, ia sedikit menggores mata pisau itu di lenganku. Perih.
Darah mulai mengalir dari luka yang ia ciptakan. Saat aku memandang wajahnya, ia tertawa dengan ekspresi yang sulit untuk ku artikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FICTION
FanfictionKau, dan aku. Berada pada pada lintas waktu yang sama, namun cinta yang seharusnya mempertemukan tak lagi mampu merengkuh. -FATE