Be Mine - Part 2

11.5K 1K 5
                                    

Jeremi menyentak kudanya, menambah kecepatannya dan membelah malam. Bulan purnama berpendar lembut di atas sana. Bintang-bintang juga bersinar cerah menemani perjalanan panjang Jeremi sehingga jalanan tidak segelap biasanya.

"Kita harus beristirahat, Master," suara Bastien di sebelahnya memecah malam. "Anda belum beristirahat sejak dari desa Bristol," tambah Bastien ketika tidak mendapat tanggapan Jeremi. Desa Bristol berjarak tiga jam dari tempatnya sekarang, itu artinya tiga jam mereka berkuda tanpa henti.

Jeremi memelankan laju kudanya. Melihat jalanan di depannya yang gelap gulita dan menoleh ke arah Bastien untuk mendapati wajah lelahnya. Mengeraskan rahangnya, Jeremi akhirnya mengalah untuk beristirahat.

"Kita akan berkemah malam ini," ucap Jeremi dan meminggirkan kudanya di sebuah tanah lapang yang tidak begitu luas. Tidak ada penginapan di dekat sini, dan seharusnya mereka memang beristirahat di desa Bristol alih-alih melanjutkan perjalanan mereka.

Begitu Jeremi turun dari Bluebell, kuda arab miliknya, Bastien segera mengurusnya dan mengikatnya di sebuah pohon, beriringan dengan kuda hitam yang ia tunggangi. Bastien lalu segera mengurus tuannya. Menyiapkan makanan dan menghangatkan ale untuk Jeremi.

"Aku pasti sangat merepotkan," ujar Jeremi muram.

"Tidak, Master. Saya senang melayani Anda," jawab Bastien sungguh-sungguh. Mata gelapnya menatap Jeremi dengan kebanggaan dan Jeremi, sering kali merasa terenyuh melihat sikap Bastien kepadanya.

Bastien adalah seorang anak yang tujuh tahun lalu Jeremi temukan ketika Jeremi sedang melakukan kunjungan rutinnya ke pondok miliknya. Untuk seseorang berusia dua belas tahun, saat itu Bastien terlalu kurus dengan banyak luka lebam ditubuhnya.

Jeremi mengingat kala itu, hujan yang mengguyur kawasan Marquessate Riverdale tidak kunjung selesai. Jeremi yang mengkhawatirkan salah satu penyewa pondoknya --dengan pondok yang dikabarkan rusak-- nekat menerobos hujan.

Jeremi baru mendengar keadaan pondok itu tadi pagi. Dan sepanjang pengetahuannya, pondok itu ditempati oleh seorang tua renta dan cucunya.

Entah apa yang menggerakannya sore itu, Jeremi akhirnya mendatanginya dan mengetahui bahwa beberapa bulan lalu, sang kakek telah meninggal. Meninggalkan sang cucu kini terlihat tidak terurus. Jeremi lalu mendapati pula seorang anak yang meringkuk tidak berdaya dengan luka di tubuhnya.

Setelah hujan reda, Jeremi membawa Bastien ke rumahnya. Merawatnya hingga sembuh dan pada akhirnya, Bastien bertekad untuk melayani penyelamatnya selama hidupnya. Sementara Jeremi, entah sejak kapan menganggap Bastien selayaknya adiknya sendiri.

"Kita akan bergantian berjaga untuk malam ini. Sebaiknya kau beristirahat terlebih dahulu."

Bastien mengangguk. Tahu bahwa dirinya memang terlalu lelah dan akan tidak berguna bagi tuannya jika tetap memaksakan diri. Dengan cekatan, ia membuat buaian untuk tuannya dan membuat satu untuknya tak jauh dari tempat Jeremi. Tidak berapa lama, Bastien mulai tertidur meninggalkan Jeremi dengan percikan api unggun yang berpijar hangat.

Sebulan yang lalu, setelah mendapatkan sebuah nama, Jeremi dengan bergegas meninggalkan kediaman Lady Marmosa. Mengabaikan nada kecewa ketika harus berpamitan sebelum acara dansa bahkan belum dimulai. Dengan kekuasaannya, Jeremi mengabarkan mata-matanya untuk segera melacak keberadaan Wilona Hurst. Jeremi bahkan mengecek petugas perbatasan apabila nama Wilona Hurst meninggalkan negaranya, yang demi Tuhan Jeremi syukuri karena tidak ada data mengenai kepergian sang nama.

Satu bulan menunggu dalam penantian yang panjang, akhirnya Jeremi mendapatkan informasi mengenai keberadaan Wilona Hurst di desa Avebury. Tanpa pikir panjang, Jeremi segera menyuruh Bastien segera berkemas dengan membawa bekal secukupnya dan saat itu juga langsung berkuda di sana.

Be Mine [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang