Jeremi terbangun di pagi hari. Meraba ke samping tempat tidurnya dan tidak menemukan tubuh hangat yang sudah ia peluk semalaman.
Ia seperti mengalami de javu. Bedanya, saat dulu Jeremi mengalami hal ini, ia hanya bisa mengerang sambil berpikir bahwa dengan mudah ia akan kembali bertemu dengan bidadari berambut merahnya. Tapi kenyataannya, memerlukan waktu selama empat tahun sebelum hal itu terjadi.
Jeremi lalu segera berpakaian dengan tergesa. Mengabaikan Bastien yang baru masuk ke dalam kamarnya dan mengatakan akan menyiapkan air mandinya.
Persetan dengan mandi. Ia tidak akan peduli jika taruhannya adalah Wilona yang kembali menghilang.
Tanpa menggunakan alas kaki, Jeremi langsung berlari. Membuka pintu kamar Wilona dan tidak menemukan sosoknya. Ia lalu bergegas ke kamar Phineas, menemukan malaikat kecilnya masih meringkuk dengan nyamannya. Dengan hati-hati, Jeremi menutup pintu Phin dan bergegas turun ke bawah.
"Master, kurasa Madam ada di ruang kerja Mrs. Abignale," jelas Bastien melihat kegundahan Jeremi. Rahang Jeremi terlihat mengeras dan matanya terlihat nyalang, membuat Bastien harus segera menangani sang master.
Tanpa pikir panjang, Jeremi menerobos ruang kerja itu. Tidak memedulikan bahwa penampilan khas bangun tidur dengan rambut berantakannya akan mengejutkan orang lain.
Jeremi lalu menemukan sesosok, tidak dua sosok yang bagaikan cerminan bidadari berambut merahnya. Bedanya, satu bidadari itu memakai gaun yang terkesan mahal dan pas di tubuhnya, memberikan kesan anggun dengan rambut yang tergelung dengan rapinya. Sementara bidadari bersurai merahnya, bidadari milik Jeremi, hanya berbalut dengan gaun sederhana berwarna putih.
Jeremi dengan cepat bisa membedakan keduanya. Mengunci mata hazel Wilona dengan matanya. Membuat semburat merah hadir di pipi putih Wilona.
Ya Tuhan. Bagaimana wanita itu masih bisa merona setelah apa yang mereka lakukan semalam?
Jeremi rasanya ingin menggotong Wilona. Mengurungnya di dalam kamar seharian dan memberi pengertian bahwa ia tidak boleh meninggalkan Jeremi seorang diri sebelum ia terbangun.
Alih-alih melakukan apa yang dipikirannya, Jeremi lalu tersadar ketika mendengar deheman dari Mr. Abignale Hurst. Memutuskan mantra yang membuat Wilona masih merona dengan indahnya.
"Er, selamat pagi," katanya dengan suara serak.
Tubuh Wilona bergetar penuh damba mendengarnya. Mengingat bisikan sensual dan suara serak Jeremi yang mendamba memanggil namanya.
Ya ampun.
Apa sih yang ada di pikiran Jeremi sehingga ia bisa turun dengan penampilan berantakan tapi menggiurkan itu. Apalagi saat ini ada Helena di sampingnya.
Bagaimana jika Helena memutuskan menyukainya dan menginginkan Jeremi?
Oh Tuhan. Wilona tidak yakin dapat menang jika harus melawan Helena.
Helena adalah simbol kesempurnaan seorang perempuan bangsawan. Penampilannya nyaris tanpa cela. Membuat Wilona ingin menangis karena jika di bandingkan dengannya, Wilona bukanlah apa-apa.
"Master," peringat Bastien halus. Melihat suasana hening di ruang kerja tersebut.
Jeremi lalu berdeham. Menatap tiga orang di dalamnya satu persatu dan berakhir di wajah Wilona yang sedang menunduk.
"Maaf menganggu. Kurasa aku harus pergi sekarang, dan..." Jeremi masih menatap lekat Wilona, "Wilona, kita harus bicara setelah ini."
Wilona mengangkat wajahnya, menemukan pandangan lega bercampur tatapan penuh cinta yang membuat ketakutannya menguap. Ia mengangguk perlahan dan mengalihkan wajahnya dari Jeremi. Membuat Jeremi bertanya-tanya kira-kira apa yang sedang dipikirkan bidadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine [Completed]
Historical FictionEdisi Revisi ❤ Jeremi Story [Pertama kali diterbitkan di akun Hai2017] Ketika melihat Lady Helena di pesta Lady Marmosa, Jeremi Wood, Marquess of Riverdale tahu ia telah menemukan orang yang selama empat tahun belakangan ini ia cari. Tapi Jeremi men...