Vocalis 'Band Tabok'

327 12 3
                                    

Kini personel FP berkurang. Kami masih suka mengenang keberadaan tety disekitar kami. Bagaimana tidak, dia lah pencetus nama FP ini. Kami sangat merindukannya.

Namun Pagi ini heboh banget, karena ada desas-desus pemilihan vocalis marawis (band tabok) yang baru. Karena kaka senior yang sudah lulus harus segera digantikan.

Aku bersama FP hanya sibuk di kelas,
"Ehh nanti kita kalo udah SMA, jd pengurus marawis yuk!" Ajak aini

"Ihh iya tuh seru kalo marawisnya diisi sama kita semua" sahut putri

"Iyaa gua mah mao dah kalo ama lu lu pada" sambung tia

"Gua ngapain tapi? Gua kan pemalu" ismi membuat kita hening

"Wooo apaan lu pemalu" kita kompak.

"Tau lu mi" alifah dan cantik kompak.

"Hahah beneran tau, gua mah ngga tau malunya ama kalian ajah. Kalo ama yg lain gua pemalu banget" kata ismi

"Lu main marawis ajah, kan rame-rame jadi ngga malu" kataku

"Nanti, kalo kita main marawis yang main dumbuk gue yaa, putri hajir, tia markis, nila vocalis, cantik, ismi dan alifah marawis aja yaa" aini menghayal

"Ahh gue juga mau main dumbuk tau ain" sahut alifah

"Yaelah ngapain si ngeributin yang belum pasti" aku melerai, takut berkepanjangan.

"Eh tidur siang dulu yuk sebelum belajar qori" ajak cantik

"Haha anak mamih mah ngantukan yaa" ledek aini

"Ihh yaudah gua tidur sendiri deh" cantik ngambek

"Yuk gue ikut" ismi menyusul

Akhirnya kami pun tertidur sampai bel yang menyeramkan itu berbunyi, menandakan kami harus belajar qori sampai adzan asar. Setalah asar pondok bebas dengan agenda masing-masing. Kecuali kloter kamar yang mendapatkan bagian rawi yang biasa dilakukan setelah magrib sampai isya.

****

Setalah solat isya, kami belajar ke kelas seperti biasa. Tiba-tiba aku dipanggil diminta ke ruangan aspi.

"Nil, lo nakal apaan lagi? Ko dipanggil ke ruang aspi?" Tanya aini

"Lahh gue hari ini ga ngapa-ngapin deh perasaan. Bareng kalian terus kan" jelasku

"Yaudah nil, samperin ajeh. Kalo kenapa-napa bilang kita yaa" putri menenangkanku

"Yaudah gue cabut dulu ya" kataku

Yang lain masih bingung, diperjalanan yang sangat singkat pun aku mengingat apa yang telah aku perbuat hari ini, namun seingatku memang hari ini aku tidak berbuat hal aneh.

Sesampainya aku di kamar aspi, ternyata sudah berkumpul beberapa pentolan anggota marawis. Mereka memintaku masuk.

"Nilaa, mau yaa jadi vokalis marawis. Kan suara nila bagus" cetus ka su'di vokalis marawis yang suaranya paling bagus

"Hah? Aku ka? Aku kan masih tsanawiyah ka" aku terheran.

"Hahah ngga ada peraturannya nila sayang, tsanawiyyah atau aliyah" kata ka ifa (pemain dumbuk dan kaka yang mencoba mendamaikan antara aku dan ka nina).

"Nila mau ya?, sekarang kita udah mulai latihan yaa soalnya sebentar lagi ada panggilan. Nila harus banyak latihan" ka su'di lagi

Ka kokom pemain hajir hanya diam saja, senyum ramah kepadaku.

"Yaudah nila ikut yuk ke musolla" ajak mereka semua.

*****

Dulu, waktu aku kelas 1. Aku senang sekali kalau kaka senior marawis sedang latihan di musolla. Membuat kami belajar malam lebih semangat. Namun, kini aku yang dipilih untuk menyanyi. Aku masih shock.

"Haiii nilaaaa" yang lain ramah

"Iya ka" aku malu

"Nila bisa lagu apa? Mau nyanyi lagu apa?" Kata ka su'di

"Loh aku langsung nyanyi ka?" Aku terheran

"Iyaa buat meyakinkan kita, kalau kita ngga salah pilih orang" tegas ka ifa.

Akhirnya aku memilih satu lagu yang aku sudah hafal. Saat aku bernyanyi aku melihat ke arah jendela masjid, banyak santri lain mencoba mengintip suara siapakah gerangan. Karena pasti suaraku adalah suara baru dan pasti suara itulah vocalis baru yang terpilih.

"Wahhh bagus lahh bagusss" cetus hampir semua anggota
Aku tersipu malu

"Yaudah latihannya udah dulu yaa. Nila boleh ke kelas lagi" kata ka su'di.

****

Sekembalinya aku ke kelas.

"Anjaaaaaayyy temen gua lama banget ngga balik-balik taunya jd vocalis marawis, tuhh kan lu emang pantes jd vocalis marawis" puji aini.

"Malu ahh elah jangan digituin" mukaku memerah

"Selamet dah nil yaa, baru tadi pagi kita bahas ginian. Lu udah duluan aja". Sambung tia

"Eh nil, kalo lu udah jd vocalis marawis dr sekarang. Ada kemungkinan besar lu bakal jd pengurus masalah marawis sama qori" pikir putri

"Yaelah jauh banget pikiran lu" kataku

"Bisa jadi nilaaa, dulu juga ka su'di gitu" kata ismi

"Cieee nilaaaaaa" cantik meledek.

"Ahh bodo lah gamau ngarep" kataku.

Anak-anak dari kelas lain juga datang ke kelasku dan kepo kenapa aku yang terpilih. Tapi yang menjawab malah FP . Hehehe
Entah mereka bangga atau malah aneh yang terpilih anak masih tsanawiyyah, padahal anak aliyah juga banyak yang mempunyai suara bagus, bahkan lebih bagus dari suaraku.

SANTRI DODOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang