6. Kamar berantakan (Revisi)

5.5K 194 8
                                    

Seperti sudah menjadi kebiasaan, April masuk keruangan Rian tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Usai menutup pintu, April langsung duduk mengeluarkan buku dan pulpennya. Kemudian mulai mengerjakan soal, tanpa mau repot-repot menyapa Rian yang saat ini masih mengernyitkan kening melihat tingkahnya.

Awalnya April fokus mengerjakan soal, namun karena merasa Rian terus melihatnya, membuatnya mau tidak mau teringat kejadian di UKS. sebenarnya sesaat sebelum tidur, April sudah bisa membayangkan bagaimana nanti tubuhnya akan pegal karena tidur di bangku taman. Tapi rasa kantuk membuatnya terlalu malas untuk sekedar berpindah tempat.

Namun itu hanya menjadi bayangan saja, karena nyatanya April bisa tidur dengan nyaman. Cukup terkejut sebenarnya ketika terbangun di tempat yang berbeda saat ia tertidur. Ditambah ada Farhan disana saat ia membuka mata. Membuat April langsung berasumsi jika Farhan yang memindahkannya. Tetapi Farhan langsung membantah semua asumsinya bahkan sebelum ia bertanya.

Farhan juga menambah keterkejutan April, kalau orang yang sedang duduk dihadapannya inilah yang telah memindahkannya. Rian. Bukankah Rian marah padanya karena tidak mengerjakan tugas. Tapi, kenapa malah mau memindahkannya ke UKS. Padahal jarak taman belakang dengan UKS lumayan jauh, belum lagi lelaki itu juga menggendongnya. Dia tidak gemuk, tapi dengan beratnya yang hampir mencapai 50 kg juga tidak ringan, kan? Jadi, haruskah dia berterimakasih karena Rian membuatnya bisa tidur dengan nyaman? Biarlah itu jadi urusan terakhir, sekarang ia harus mengerjakan semua soal ini dengan cepat.

Sementara Rian sendiri masih bingung kenapa tadi dia mau membopong gadis itu sampai ke UKS. Seharusnya dia membiarkan saja April disana. Rian memang tidak bisa bersikap kasar dengan perempuan, tapi dia juga tidak biasanya sepeduli ini dengan perempuan. Penyebabnya klasik, karena dulu dia pernah dikhianati oleh pacarnya. Terdengar sepele memang, tapi percayalah setiap pengkhianatan itu meninggalkan bekas. Sejak saat itulah Rian tidak pernah dekat juga peduli lagi pada perempuan manapun. Adiknya tentu pengecualian. Dan April cukup ajaib karena mampu membuatnya melakukan hal merepotkan.

Sekitar 30 menit kemudian April menyodorkan bukunya pada Rian. Padahal sebenarnya April bisa menyelesaikan lebih cepat dari itu, tapi Rian memintanya menuliskan jawaban beserta caranya padahal soal di buku paket itu pilihan ganda. Dasar guru aneh dan menyebalkan. Menambah waktunya di ruangan ini saja.

"Kamu tidak mencontek, kan?" tanya Rian menyipitkan mata, menatap April curiga. Siapa yang tidak curiga diberi tugas lima soal saja tidak mengerjakan. Tapi ini diberi dua puluh lima soal bisa mengerjakan dengan cepat, kan aneh.

"Tadi kan saya ngerjainnya di depan Bapak." April tak terima tentu saja. Jelas-jelas dari tadi Rian memperhatikannya saat mengerjakan.

"Siapa tahukan, sekarang kamu boleh pulang."

Dengan kesal April memasukan kembali alat tulus kedalam tasnya. Dia keluar dari ruangan Rian sama seperti saat masuk, tanpa pamit, ia malah membanting pintu ruangan Rian saat menutupnya. Membuat si empunya ruangan langsung menatap kasihan pada pintu yang dibanting keras oleh April, bagaimana kalau pintunya rusak coba.

Drrtt ... Drrtt..

Sebuah benda persegi warna hitam bergetar dimeja Rian. Memaksa matanya menfokuskan untuk melihat benda tersebut, itu bukan miliknya. Sepertinya handphone itu milik April, mengingat tadi gadis itu mengerjakan soal memakai kalkulator. Mungkin karena kesal dengan Rian, April jadi melupakan hpnya. Didorong rasa penasaran Rian melihat-lihat handphone April yang ternyata tidak dikunci. Penyebab dari bergetarnya benda tersebut dikarenakan ada pesan masuk.

Dear My Teacher (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang