03

336 37 13
                                    

Aku tengah duduk disalah satu bangku yang ada di starbuck ini. Alasan aku tidak langsung pergi ke kantor management adalah, saat aku mendapat telefon dari mereka bahwa aku baru diperbolehkan datang kesana sekitar 2 atau 3 jam lagi. Karena aku sudah setengah jalan, jadi fikirku. Lebih baik aku habiskan waktu disini saja.

“Ms. Valerie!”

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pesananku telah siap. Akupun langsung berdiri dan berjalan menuju counter dimana pesananku berada. Ketika aku sampai disana, aku disambut seorang pekerja wanita dengan senyum manisnya, akupun membalasnya. Lalu mengambil pesananku dan kembali kemejaku sebelum akhirnya aku mengucapkan terima kasih padanya.

Namun, setelah aku kembali, aku dikejutkan dengan pemandangan didepanku. Maksudku dimeja tempat aku duduk tadi. Bukan, ini bukan adegan pembunuhan. Tapi, yang aku lihat sekarang adalah seorang pria sedang duduk tepat dimejaku tadi, sambil meminum hot cappuccino nya. Dan ia, sepertinya tidak menyadari kehadiranku yang sudah membelalakan mata sedari tadi.

He is Harry Styles.

I repeat.

He is Harry Styles

Oh my God.

Setelah sekian lama aku terperangah karena melihat dia. Akhirnya ia sadar jika ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Ketika ia melihatku, keningnya berkerut. Entah apa artinya. “Any problems?” dia bertanya padaku dengan suara serak dan dalamnya itu. Karena tidak ingin terlihat bodoh didepan idolaku —kalian masih ingat aku directioners bukan?— aku pun segera mengedipkan mata dan berkata “I was sat in there” , sambil menaikkan alis. Oh, ternyata ia juga ikut menaikkan alis. Pertanda ia bingung. “Oh, I’m sorry then. But, you can see, there’s no more place to sit.” Ucapnya dan membuatku langsung memperhatikan seluruh ruangan, ia benar. Tidak ada satupun tempat yang bisa diduduki. Aku memutar bola mataku, lalu duduk di bangku didepannya. Dan kulihat, ia masih berkutat dengan ponselnya.

* * *

“So, your name. Young lady?” akhirnya, setelah hampir setengah jam kami perang dingin. Ia memulai pembicaraan. Bayangkan saja, selama setengah jam mini kami habiskan tanpa suara sedikitpun! Ia yang terus berkutat dengan ponselnya, dan aku yang sibuk dengan majalah mingguanku. Huh, aku tidak bisa selama itu berada dalam situasi yang sangat hening sedangkan suasana disekitar kami sangat ramai. Pun aku memutar mata sebelum menjawab pertanyaannya. “Valerie” sambil menampakkan senyum tipisku. Walaupun dia idolaku, aku harus tetap terlihat keren dihadapannya!

“Okay, great. Btw, Seems like I’ve been seen you before?” ia bertanya padaku. Saat itu juga aku memutar bola mataku hingga akhirnya menjawab. “Kau sendiri yang bilang bahwa aku kelihatannya seperti orang baik, cupcakes” ucapan terakhirku itu sepertinya langsung mengingatkannya. “Oh! Jadi kau pemilik toko Cupcakes itu? Finally, I can meet you.” Harry bergumam diakhir ucapannya, tapi masih bisa kudengar. Aku tak menghiraukan itu. “Jadi, apa yang ingin kau lakukan setelah ini? Apa kau hanya ingin menghabiskan waktumu duduk di Starbuck ini?” oh, ia seperti mulai ingin memperpanjang percakapan kami. “Tentu saja tidak, setelah ini aku akan pergi kekantor managementmu…” ia mengkerutkan dahinya, pertanda ia bingung. Akupun mengeluarkan secarik kertas yang telah dilipat rapi, “untuk mengantarkan surat ini, dan berbincang sedikit dengan pihak management mu, tentang video baru kalian” ucapanku barusan membuatnya sedikit kegirangan. Aku tahu, jika saja ini bukan tempat umum, —mengingat dia sedikit menyamar— membuatnya harus menahan teriakannya itu.

“Aku juga sepertinya akan kesana. Bagaimana jika kita pergi bersama?” usulnya beberapa saat setelah ia berhasil mengkontrol dirinya tadi. Aku berfikir, bagaimana jika tiba-tiba dijalan ada beberapa directioners yang mengetahui Harry? Bagaimana jika mereka salah mengira padaku? —bukannya aku terlalu percaya diri— Bagaimana juga… oh, aku lupa. Si keriting ini adalah teman baiknya dia, wajar saja karena mereka bekerja didalam satu grup. Bagaimana jika disana juga ada dia? Bagaimana jika Harry menceritakan tentangku padanya? Huh, sungguh bukannya aku terlalu percaya diri atau apa. Aku hanya mengantisipasi bagaimana nasibku nantinya jika memilih ikut bersama si tuan Styles ini.

Never Had * n.h // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang