05

235 28 23
                                    

 “Jackie, bisakah kau melayani pembeli didepan sana? Aku sedang menunggu roti ini selesai dipanggang” pintaku pada Jackie yang hanya dibalas anggukan padanya. Iapun segera beranjak dari tempatnya dan melayani pembeli didepan. Aku? Hanya memeriksa apakah roti yang kupanggang ini sudah pantas untuk dikeluarkan dari ovennya atau belum.

Setelah beberapa lama aku menunggu, akhirnya roti yang kutunggu ini selesai. Dan sepertinya pembeli diluar membeli banyak, atau sedang ramai. Entah aku tidak tahu, karena sejak aku meminta Jackie untuk menjaga didepan, ia belum juga kembali kebelakang.

“Haaaaah! Capek sekali!” teriak Jackie tiba-tiba saat ia memasuki dapur ini. aku hanya melihatnya sebentar dan kembali melanjutkan aktivitasku. “Sudah sepi disana?”

“Iya. Tadi seorang pria tua membeli banyak cupcakes, ia bilang anaknya besok ulang tahun. Jadi, ia membeli kue yang sudah satu paket dengan cupcakesnya” jawab Jackie sambil meminum air yang baru saja diambilnya.

Aku hanya tertawa kecil, “Oh ya? Kenapa bisa sampai selama itu?” aku kembali bertanya.

“Ia ingin kuenya cocok dengan karakter anaknya. Jadi, intinya dia memesan yang BlueBerries” Jackie mengisyaratkanku untuk tidak bertanya lagi. Apakah selelah itukah berhadapan dengan pria itu?

“Baguslah, jadi apa yang kau lakukan pada toko ku?” Kebiasaan Jackie, ia meninggalkan toko ku padahal jelas sekali tidak ada yang menjaga didepan. Hah, apakah aku harus mempekerjakan seseorang untuk membantuku? Nanti saja aku fikirkan.

“Aku menaruh papan yang bertuliskan kalo toko sudah tutup, aku malas Vale.” Ia menjawabnya semudah itu, sedangkan aku hampir saja melemparkan rotiku karenanya. Seenaknya saja ia. Batinku.

“Pantas orangtuamu menyuruhku ikut kau ke London.” Ucapku pelan, kurasa ia tidak mendengarnya.

*Cling*

Tiba-tiba, terdengar bunyi bel yang berasal dari pintu depan yang berarti ada yang datang. Apakah ia tidak baca papannya?

Akupun melihat kearah Jackie yang juga menatapku, tapi akhirnya ia mengangkat bahunya yang berarti aku harus kedepan sana.

Saat aku sudah didepan, aku  melihat dua orang pria yang sedang melihat lihat tokoku. Dan saat itu juga aku menyapa mereka. “Excusme sir, but  we’re closed now.” Ucapku dengan ramah.

Mereka kelihatan aneh, berpakaian lagaknya seorang mafia yang sedang bersembunyi dari incaran polisi. Semua tertutup dari atas kepala hingga mata kaki. Apa jangan-jangan mereka albino?! Valerie, kenapa kau selalu berfikiran aneh pada setiap orang baru?  Batinku mengatai diriku sendiri.

“tutup? Kau serius?! Ini masih siang. Tidak bisakah kau membantu kami?” tanya seseorang yang berjaket kulit hitam, aksen britishnya kental sekali.

Aku berfikir, ah tak salah jika hanya satu pembeli bukan? Maksudku, dua. “Fine sir. Sebenarnya ini belum tutup, ini ulah temanku.” Jawabku yang sedikit merutuki Jackie yang berada didapur.

“terima kasih. Baiklah, kau punya apa saja disini?” tanyanya lagi. Aku membalasnya dengan senyum lebar “segala jenis cake ada disini”

“tapi, aku hanya melihat beberapa. Dan kebanyakan ini berisi cupcakes.” Tanyanya lagi.

Sabar Valerie, dia pembeli. “Ini hanya toko kecil. Jika tuan mau, silahkan pesan dulu dan saya akan membuatnya.” Entah apa yang salah dari ucapanku, tapi temannya yang memakai jaket dengan bahan tweed berwarna hitam memanjang itu menertawai…entahlah.

“Kau tidak perlu memanggilnya tuan. Ia cuman bocah ingusan, dan lagipula kita kelihatannya seumuran dengamu” ucap temannya yang tak kalah kental aksen britishnya itu. Membuatku sedikit merespon lambat untuk mengerti ucapan mereka.

Never Had * n.h // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang