04

266 27 6
                                    

“Kemana aku harus memberikan surat ini?” tanyaku pada laki-laki berambut curly ini, kami memang sedang berjalan didalam gedung kantor managementnya Harry dan teman bandnya itu.

“Oh, kau hanya perlu mengantarkannya ke Mrs. White, untuk dapat ketempatnya kau harus bilang pada recepsionist dulu, hingga kau diantarkan ketempatnya dan Boom! Berhadapanlah kau dengannya.” Ujar Harry ditambah dengan gerakan dan ekspresi yang bagiku sangat bodoh untuk seorang penyanyi terkenal sepertinya.

“Baiklah, aku mengerti” ucapku sambil memutar bola mata.

“Great, nah itu recepsionistnya. Aku harus langsung ke tempat the boys berada, so see ya Love!” ucap Harry sambil beranjak jauh dari tempatku berada. Huh, artis bocah.

“Welcome, can I help you miss?” ujar seorang wanita yang –kurasa- masih muda itu padaku sambil tersenyum ramah, aku membalasnya.

“Yeah, I want to meet Ramona White” ucapku singkat.

“Oh sure, are you Valerie Smith?” tanyanya padaku.

“Yes, it’s me. So?” tanyaku balik sambil tersenyum.

“Okay, so you can sit over there. I will talk to Mrs. White, first” usulnya padaku sambil menunjuk kearah sofa yang berada tak jauh dari meja recepsionist, aku pun berbalik kearahnya sambil memerhatikan name tag nya.

“Okay, thank you Erina” ujar ku tersenyum.

“Very welcome, miss” balasnya.

* * *

Jika ini benar-benar bisa membuat Jackie senang, aku rela berada di sini selama hampir dua jam diruangan ini sambil berharap cemas bahwa aku tidak akan pernah bertemu dia. Ah, aku tidak bisa selalu memaksakan keadaan dan terus bersembunyi. Apapun itu aku akan bertemu dengan dia lagi cepat atau lambat. Astaga, aku pusing memikirkannya.

“jadi, kau yakin atas keputusannya?” tanya wanita muda yang ternyata bernama Mrs. White ini padaku. Ya. dia sudah tau atas keputusanku memindahkan tempat pembuatan video mereka itu. Ya, mereka. Kalian tau kan? Ya sudah.

“ya aku yakin, hanya itu yang bisa aku tawarkan padamu” itupun jika kau ingin menerimanya, kataku dalam hati.

“Jika aku penyanyinya, aku akan menerimanya. Tempat yang bagus, juga ramai. Tapi aku tidak tahu apa yang ada difikiran mereka jika mendengar hal ini. Karena kau secara halus menolaknya dan mengajukan tempat lain walaupun itu hanya berada disebelahnya.” Ah, dia sedikit menyindirku.

“Baiklah, itu terserah kalian. Ini yang bisa kulakukan”  kataku pelan

“Aku akan mengabarimu atas respon yang mereka berikan. Terima kasih atas kerjasamanya” ucap Mrs. White dengan senyum tulusnya. Akupun berdiri dari kursi yang kududuki dan membalas senyumnya sebelum aku pergi dari ruangannya.

-c-

“aku mohon jangan hari ini” ucapku pelan. Sialan, aku harus melewati satu-satunya jalan keluar dari gedung ini. tapi, aku harus melewati dia. Ya, dia. Sedang berdiri didepan recepsionist yang artinya ada didepanku. Aku harus bisa melewatinya tanpa ia menyadari keberadaanku.

BRUUUKK!!

Astaga, ini mimpi burukku.

 

“Oh my God, I’m sorry, I don’t mean it” ucapnya, sedangkan aku masih terduduk sambil terus menunduk.

“yeah, it’s okay” ucapku pelan. Aku berharap ia tidak mengenal suaraku.

“apa kau terluka? Kenapa kau tidak berdiri?” aku hanya diam saja mendengarnya.

Aku bukannya kesakitan, aku bahkan tidak lecet sedikitpun, tapi aku sedang berusaha untuk menghindari darinya. Aku tak ingin ketahuan sekarang.

Never Had * n.h // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang