Lain hal dengan Alisa.
Seorang laki-laki berparas biasa saja namun bisa memikat wanita karna pesonanya.
Begitu bahagia ketika pagi datang bersama hujan.Menurutnya.
Hujan adalah anugrah Tuhan.
Hujan membawa kenangan kasih sayang meskipun sudah terkubur perpisahan.
Tapi laki-laki ini tetap mencari kebahagiaan di bawah kepedihan hujan.Arka Pratama, itulah nama laki-laki si pecinta hujan ini.
Baju biru merekat dibadannya, dengan lengan panjang yang digulung tiga perempat lengannya.
Sungguh sempurna....
"Mengapa hujan tak pernah berpihak padaku? ya Tuhan"
"Wanita itu, sepertinya tak asing." Bathin Arka.
"Ehem... Hallo nona manis, sepertinya kau tak membawa payung." Arka hanya menebak, tapi Ia berharap gadis ini benar-benar tak membawa payung.
"Maaf siapa ya? Anda kenal saya?" Tanya Alisa dengan formal.
"Hey, ayolah. Jangan berbicara terlalu formal. Jelas aku tau,kau tidak ingat?" Jelasnya.
"Hmmm... Oh yaa, manusia kue?" Tanya Alisa dengan nada sedatar kertas.
"Manusia kue? Hahahahaha. Aku manusia biasa bukan manusia kue. Saat itu aku sedang ulang tahun hahaha kau lucu sekali." Arka berbicara sambil menahan sedikit tawanya.
...
Pagi itu.
Pagi yang menyeret Alisa keluar dari gravitasi kasur yang memikat.
Saatnya Alisa mendaftarkan diri untuk kuliah.
University of Jakarta.
Kampus yang sama dengan sang kakak.Alisa sempat merasa bingung.
Ia berpikir bahwa ini adalah kampus, tapi mengapa seperti labirin.
Ya, benar.
University of Jakarta memang terkenal dengan bangunan yang tinggi dan berbelok-belok seperti labirin.
Alisa tak tahu di mana ruang administrasi berada, dengan inisiatif alisa bertanya dengan seorang laki-laki."Emm, maaf. Saya ingin bertanya, ruang administrasi ada di mana ya?" Tanya alisa kikuk.
"Oh, ada di sana tepatnya di sebel...." Ucapan laki-laki itu terpotong, karena dengan mengejutkannya seloyang kue mendarat tepat diwajahnya.
Tanpa sadar, Alisa tertawa meskipun sedikit di tahan.
"Hahahaha, kue itu cocok denganmu. Kalau seperti ini kau lebih terlihat tampan hahahaha" ledek seorang laki-laki pelaku pelemparan kue.
"Wah, kau ada hubungan apa dengan sahabatku ini? Kau terlalu cantik untuk berbicara dengannya hahaha" lanjut laki-laki itu.
"Berisik kau, wajahku memang sudah tampan dari lahir. Hey nona, kau mau ke ruang administrasi kan? Ruangannya ada di sebelah tangga" kata si manusi kue sambil membersihkan wajah dan bajunya.
"Oh iya, terima kasih" jawab Alisa.
...
"Kenapa tersenyum? Teringat sesuatu?" Tanya Arka heran.
Tanpa sadar Alisa melengkungkan bibirnya.
Sembari mengelak Alisa memalingkan wajahnya."Hahaha kau malu? Ayo ikut aku, hujan takkan berhenti." Ucap Arka sambil menggandeng tangan Alisa hingga Alisa berada dalam satu tungkupan payung bersamanya.
"Eh... Tapi..." Perkataannya terpotong dengan aksi Arka yang lebih cepat.
Sepanjang perjalanan.
Mereka berdua hanya saling berdiam diri.
Terkecuali, otak di dalam kepala Alisa.
Mereka seolah berlari mencari jawaban."Siapa laki-laki ini?"
"Cara biacaranya seperti yang sudah mengenaliku"
"Lalu, apa-apaan ini? Satu payung? Berdua? Sudah gila."Masih banyak pertanyaan lain mengenai si manusia kue di sampingnya itu, dan tanpa sadar mereka sudah berada di depan sebuah ruangan.
"Nah, anak baru. Ini kelasmu. Masuklah." Kata Arka yang mengagetkan lamunan Alisa.
"Oh iya, terima kasih untuk payungnya." Balas Alisa.
"Hahaha sama-sama" Arka berbicara sambil berlalu pergi sambil melambai-lambaikan tangannya ke Alisa.
"Aneh" bathin Alisa.
....
Bersambung...
Terima Kasih untuk para readers😊
Terus baca, like, dan komen ya readers.-Anza
KAMU SEDANG MEMBACA
Diktator Cinta
Teen FictionSeorang gadis pembenci cinta yang bertemu seorang diktator cinta. Membuat Ia mengalami tiga fase kehidupan yang berat. -Anza