X

3.3K 207 13
                                    

Aku suka lagu ini, dengerin sambil baca ya.
Awas banyak typo
Happy reading


*

Angin berhembus dengan sangat lembut, menerpa wajah seorang wanita yang sangat cantik duduk di kursi roda. Duduk menghadap keluar jendela dengan pemandang taman bunga yang menyegarkan. Sekarang dikamar yang sunyi dan dingin yang hanya diterangi cahaya dari jendela tersebut, Ia sedang menekuni rajutan buatannya sambil tersenyum. Rajutan yang akan menjadi sebuah sweter hangat.

Setelah membuatnya berhari-hari akhirnya sweter hangat buatannya selesai juga.
Wanita tersebut menggantungkan sweter buatannya diudara, dia tersenyum melihat hasil karyanya lalu sedetik kemudian ia menitikan air mata, air mata kesedihan yang sepertinya tak pernah ada habisnya, karna sweter buatan tangannya sendiri tidak akan pernah bisa dia pakaikan pada orang yang ia harapkan bisa memakainya.

Dalam diam wanita tersebut menangis memeluk sweter buatannya.

"Maafkan mama sayang, ini sweter ke 19 yang mama buatkan untukmu. Sesuai dengan janji mama dulu, mama akan merajutkan sweter khusus untukmu setiap kali musim dingin datang, karna tubuhmu begitu sensitif. kau tak bisa kedinginan bukan?. jika kau kedinginan kau akan segera terkena flu, mama tidak ingin kau sakit gadis kecilku"

Tubuh rapuhnya terguncang karna isakan tangisnya. Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu wanita tersebut tidak mampu menghilangkan rasa bersalahnya.

Berbagai macam pengandaian muncul dalam pikirannya, andai saja dia tidak merengek pada suaminya untuk pergi liburan, andai saja dia mampu melindungi bayi kecilnya dan andai saja waktu bisa di putar kembali. Pasti mereka masih bersama sekarang.

.

Seseorang masuk kekamarnya. Berjalan mendekatinya lalu memeluknya dari belakang. Dia begitu paham dengan perasaan wanita yang dipeluknya sekarang, dia bergeser dan berlutut didepan wanita tersebut.

Menghapus air mata yang mengalir dari mata indahnya, "Kenapa kau menangis, kau tahukan aku tak bisa melihatmu seperti ini, aku tak pernah tega melihat air matamu sayang" orang tersebut kemudian memeluknya lagi, pelukan tanda kasih sayang seorang suami pada istrinya.

Ingin rasanya dia membalas pelukan suaminya, tapi rasanya bagi wanita itu dia akan menjadi serakah, harusnya yang dia dapatkan adalah sebuah hukuman yang sangat berat, harusnya mereka membencinya bukan tetap merawat dan memberikan kasih sayang yang berlimpah seperti ini.

"Kenapa kau masih bersikap baik seperti ini Mike, harusnya kau itu membenciku, karna aku adalah orang yang membuat keluarga kita jadi begini, aku yang membuatmu kehilangan gadis kecilmu, akulah orang yang..."

"Sssssttt... tidak-tidak itu tidak benar sayang, itu adalah sebuah kecelakaan. Kau jangan menyalahkan dirimu sendiri. Aku mohon jangan seperti ini sayang, ini sudah bertahun-tahun berlalu. Ikhlaskanlah jika memang seperti ini takdirnya. Jangan menyalahkan diri sendiri. Jika kau terus-terusan seperti ini hanya akan membuatku dan Milly bersedih, Milly putri sulungmu, apa kau ingin melihat aku dan Milly bersedih, kami membutuhkanmu Vanesa, membutuhkanmu, tolonglah jangan seperti ini lagi, aku mohon" Tepat !!! Kata-kata tersebut berhasil menohok hati Vanesa.

Vanesa mengangkat kepalanya menatap mata suaminya yang sudah berkaca-kaca. 'Apakah benar ini yang dirasakan oleh suami dan anakku. Anakku???
Benar anakku, putri sulungku, ya tuhan apa yang telah aku lakukan, aku larut dalam kesedihanku tapi tak memikirkan suami dan putri sulungku. Aku benar-benar ibu dan istri yang buruk'

"Dengarkan aku Vanesa, semua kecelakaan itu bukan salahmu, ini sudah takdir, aku dan Milly sudah bisa menerima takdir ini, sekarang ini giliranmu. Bukan kau saja yang merasa bersalah aku juga, aku juga bersalah waktu itu, tapi kemudian Milly menyadarkanku, aku tersadar bahwa aku juga telah mengabaikan mu dan Milly. Tanpa kita sadari Milly tumbuh tanpa perhatian dan kasih sayang dari kita. Apa kau tidak merasakannya?" Kali ini air mata Mike benar-benar jatuh, dia juga baru menyadari ini, bagaimana bisa dia bisa melakuan ini pada Milly. Jika saja bukan karna pertengkarannya dengan Milly tiga hari yang lalu mungkin dia akan tetap seperti itu.

"Milly?? Astaga Mike apa yang telah kita lakukan?, kita membiarkannya sendiri?" Vanesa menatap mata suaminya.
Suaminya mengangguk dengan rasa bersalah juga.

"Astaga Milly anakku, apa yang telah mama lakukan terhadapmu. Apa yang telah kulakukan terhadapmu suamiku. Apa yang telah kita lakukan terhadapnya. Maafkan aku Mike aku telah melukaimu sekali lagi, aku telah melukai putriku sekali lagi. Mike aku mohon maafkan aku" kali ini Vanesa meraung dalam pelukan suaminya. Suaminya pun tak kalah sedihnya dari Vanesa.

"Benar sayang, kita telah melakukan kesalahan lagi, tanpa kita sadari".

*

Milly sedang belanja di sebuah mall besar bersama Clara, begitu banyak belanjaan yang di borong Milly, Milly memang seperti itu, saat dia sudah menginjakan kaki di mall dia akan kalap dan membeli apa saja yang dilihatnya.

Seperti saat sekarang meskipun sudah membawa lima tas belanja besar ditangannya Milly masih saja bersemangat saat melihat sebuah tas tangan merah yang dihiasi bingkay permata di pinggirnya dipajang didepan toko. "Ayo Clara aku ingin yang itu, Milly menarik tangan Clara dan melangkah lebih cepat"

Setelah puas mendapatkan tas yang dia inginkan Milly tersenyum puas, Clara yang selalu mengekori Milly hanya menatapnya heran. "Kau mau beli apa lagi Clara?"

Clara hanya menaikan satu alisnya seperti yang biasa dilakukan Daniel saat merespon sesuatu yang ganjil menurutnya seolah-olah berkata 'aku? Bukannya wanita ini yang terus berbelanja tadi, liat saja sudah berapa belanjaan yang kau borong, sedangkan aku hanya menenteng satu tas belanja, itu pun isinya cuma jepit rambut berwarna merah jambu yang penuh berlian palsunya'.

"Hehehe,,, jangan mengangkat alismu seperti itu, aku bisa membaca raut wajahmu, kau mulai ketularan dengan sikap tak bermutu Daniel e? Kenapa kau tau ketularan sikap baiknya" Milly hanya tersenyum memahami ekspresi Clara yang sudah mulai menjelaskan belajar perasaannya.

"Kau lapar? Ayo makan, kau ingin makan apa? Ada banyak disini kau boleh pilih apa saja yang kau lihat" Milly tersenyum manis. Baru berjalan beberapa langkah ponsel Milly berdering, Milly melihat siapa orang yang menelponnya.

'Home' Milly menarik nafas kesal melihat siapa yang menelpon apa lagi sekarang, Milly masih kesal dengan pertengkaran dengan ayahnya beberapa hari yang lalu, dengan malas Milly mengangkat panggilannya.

"Hallo"

.....

"Di mall bersama pasienku, ada apa?", milly langsung to the point.

.....

"Baiklah, aku membawa temanku, tolong disiapkan juga"
Milly langsung mematikan telponnya.

"Aku akan pulang dulu kerumahku, kau ikut aku ya, ada yang harus aku urus dan kita makan di sana saja, kau tidak masalahkan?" Clara hanya menggeleng tanda mendengarkan Milly, Milly berterima kasih.


*
Aku bukan prang yang jago meluapkan emosi 😥😥😥
Jadi maaf klo kadang ceritanya garing.

Thanks buat komen2 dan responnya, aku baca satu2 kok 😁😁😁

See u next chapter.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang