XI

4.7K 248 35
                                    

Hati hati banyak typo berserakan.

*

Milly menghubungi Daniel sebelum pulang kerumahnya, dia tak ingin Daniel khawatir saat dia membawa Clara.

Meskipun malas untuk pulang tapi Milly tetap melakukannya, bagaimanapun mereka orang tuanya.

Milly sendiri sebenarnya merasa bersalah pada ayahnya karna telah mengatakan kata-kata yang pasti menyakiti hati ayahnya.

"Andai aku yang hilang saat itu, apa kalian akan menangisi aku seperti itu, andai aku yang meninggal saat itu apa kalian akan seterpuruk sekarang? Kalian tak pernah menganggapku ada, sejak anak itu lahir apa kalian pernah memperhatikan aku,
ibu bahkan merengek mengajakmu pergi liburan hanya untuk menghibur anak itu, sedangkan aku sudah berusaha mati-matian menjadi anak yang baik tidak pernah kalian hiaraukan, apa kalian pernah mengucapkan selamat atau memberikan hadiah saat aku mandapat juara pertama di sekolahku, kalian terlalu sibuk padanya hingga melupakan aku. apa aku pernah mengeluh masalah itu, aku ini anakmu, aku juga punya perasaan dimana aku merasa aku sudah cukup untuk menahan rasa kebencianku!!!" Milly berteriak berurai air mata. Itu benar-benar menonjok ulu hati Mike.

"Kau sudah melakukannya"

Milly mengangkat kepala tak percaya.

"Kau sudah melakukannya, kau baru saja melakukannya Milly, perasaan yang selama ini kau rasakan kau baru saja mengatakannya !!" Mike tak sanggup menahan air matanya.

"Orang yang kau panggil dengan sebutan anak itu adalah adikmu Milly, kami tak tahu bahwa perhatian dan ke khawtiran kami terhadapnya akan menimbulkan rasa kebencianmu terhadapnya" Mike berlalu meninggalkan Milly dia tak sanggup lagi menahan kesedihannya inikah yang di alami oleh keluarganya.

Milly yang sedari tadi mencoba kuat terlihat penuh amarah terduduk dilantai tanpa sanggup menopang kakinya lagi menangis dalam kesedihannya.

*

Clara menyentuh air mata yang turun membasahi pipi Milly, Milly tersadar dari lamunan menghapus air matanya dan tersenyum manis terhadap Clara, "aku melamun, kau bingung ya kenapa aku mengis?"

Clara mengangguk dan melihat tangannya yang basah saat menghapus air mata Milly.

"Clara sebenarnya aku malas pulang, aku sebenarnya sedang ribut dengan ayahku sebelum aku datang ketempatmu. Pertengkaran ayah dan anak" Clara membesarkan matanya saat mendengar ucapan Milly.

"Bukan-bukan pertengkaran seperti ada dipikiranmu, ini hanya pertengkaran yang mengungkapkan perasaan masing-masing, dan itu normal dialami oleh seseorang, bahkan kau memerlukannya agar lawan bicara mu tau apa yang kau rasakan" Milly paham apa yang dipikirkan Clara, Clara selalu bereaksi seperti itu saat dia teringat atau memikirkan hal-hal yang bersangkutan dengan emosi.

"Kau ingat saat aku menceritakan bagaimana keluargaku?" Sekali lagi Clara mengangguk tanda mengerri dengan ucapan Milly.

"Aku mengatakan semua perasaanku waktu itu, aku mengatakan semuanya, aku mengatakan bahwa aku juga membenci adikku, padahal sebenarnya aku tak membencinya, aku menyayanginya hanya saja aku cemburu dengan perhatian mereka terhadap adikku itu, dan aku yakin aku telah mengacaukannya semua, mereka pasti semakin membencikukan?"

Clara menatap Milly dan menggeleng, lalu memeluk Milly 'kau bahkan lebih pantas dicintau dari pada dibenci' bisik Clara dalam hatinya.

Tak terasa mobil mereka telah memasuki halamab rumah Milly, rumah mewah dengan design elegan menyambut mereka berdua. Clara sempat tabjub dengan pemandangan didepannya, seorang supir membukakan pintu mobil. Milly mengajak Clara masuk kerumahnya.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang