Aku masih terus menangis. Walaupun tak separah Jin Hyung dan yang lainnya, tetap saja aku merasa sangat sakit.
Aku kembali teringat beberapa tahun lalu, dimana kami mengadakan konser di Gocheok Dome dengan puluhan ribu ARMY. Dan untuk pertama kalinya orang tuaku melihat konserku.
Aku bahkan sampe terisak dan tersungkur di stage karena aku tak bisa menahan rasa senang sekaligus kesedihanku.
Hal itu terulang. Tetapi kini keadaannya berbeda.
Ini adalah konser terakhir BTS sebelum akhirnya kami benar-benar berhenti bermusik.
Banyak yang telah kami alami. Susah senang. Tak terhitung berapa kali kami tertawa dan menangis bersama,
Dan pada akhirnya kami membulatkan keputusan kami.
Aku menghela nafas pelan dan perlahan mengangkat mic-ku.
"ARMY-ya.."
Suaraku bergetar. Bahkan kini mataku berkaca-kaca
"Uljima." (Jangan menangis)
Aku mencoba tersenyum tetapi mereka malah berteriak hingga membuatku ingin menangis lagi.
"...Gwaenchana.. kami takkan berpisah. Kami hanya menjalani hidup kami seperti kalian. Bagaimanapun kami tetaplah BTS kalian. Kalian tetaplah ARMY.. Ayo terbang bersama.." (Tak apa-apa)
Bibirku bergetar. Sungguh aku tak bisa melanjutkan perkataanku lagi. Pria sedingin Yoongi ini bisa menangis. Pria secuek Yoongi ini juga bisa merasa sakit dan sedih.
Hari ini, Bangtan's Last Stage.
Hari dimana aku melupakan seorang Suga yang selalu bersikap cool dan swag. Aku melupakan seorang Suga yang terlihat selalu tegar dan tak pernah menangis.
Tapi bagaimanapun juga, aku tetaplah BTS. Dan akan terus menjadi BTS. Selamanya.
-Talk Time: Min Yoongi's POV-
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan's Last Stage | ✔
FanfictionSemua akan berubah. Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Hanya tentang waktu dan hati. april 18, 2017. republished: feb, 2018. copyright © bubblesyoon, 2018