"ARMY-ya. Tersenyumlah."
Sungguh, lidahku kelu. Dengan susah payah aku mengatakan semua itu. Dengan susah payah aku menutupi ledakan-ledakan yang sewaktu-waktu bisa mengguncang diriku. Tidak, aku tak ingin itu terjadi. Aku harus bahagia bagaimana pun di depan ARMY.
Ya, ini memang sangat menyedihkan. Mengingat bagaimana perjuangan kami dan para ARMY selama beberapa tahun ini membuatku terkadang menangis.
Jujur, aku sedikit terluka menghadapi keputusan ini. Bagaimana tidak? Bertahun-tahun aku menjalani semuanya bersama keenam member lain. Melewati suka duka bersama bahkan kami sudah mengenal satu sama lain.
Mengapa harus ada perpisahan?
Dan ARMY, begitu banyak kenangan yang telah kita ciptakan. Bukankah itu sangat sulit dilupakan? Aku bahkan sering menangis beberapa hari ini karena mengingatnya.
Melihat begitu banyak orang yang mencintaiku membuatku takut. Aku ingin mencintai mereka juga. Aku ingin memiliki mereka juga, tapi bagaimana aku memilih salah satu dari berjuta-juta ARMY? Bukankah itu tidak adil?
Aku sering merasa sakit ketika melihat ARMY Noona yang sudah dewasa dan mereka berhenti mengidolakan kami demi menikah dengan pria lain. Bagaimana bisa kau melihat seseorang yang mengatakan bahwa ia mencintaimu tiba-tiba berakhir menikah dengan pria lain? Bukankah itu menyakitkan.
Aku juga tak ingin seperti itu.
Aku harus bagaimana sekarang? Aku mencintai semua ARMY bahkan yang tak kukenal atau bahkan tak pernah kutemui sebelumnya dan tidak mungkin aku memilih salah satu dari mereka karena mereka akan merasa tersakiti. Aku tak ingin.
"Kim Taehyung ini milik.. kalian semua."
Emosiku membeludak, tangisku pecah saat mengucapkan dua kata terakhir, "kalian semua". Ya, kalian semua. Aku tak ingin meninggalkan mereka. Aku tak ingin mengucapkan selamat tinggal.
Semua pencapaian yang Bangtan dapatkan tidak lain adalah kerja keras "kalian semua", ARMY.
Piala yang berjejer dengan manis hingga memenuhi lemari kaca kami. Penghargaan yang tak henti-hentinya kami terima, semata-mata hasil dari segala jerit payah kalian semua.
Awalnya aku berpikir bahwa kami tak akan bertahan lama. Setelah memutuskan debut kami mengalami keterpurukan.
Agensi kami hampir bangkrut. Yoongi Hyung berusaha menjual liriknya bahkan sampai tak dibayar beberapa won hanya untuk menghidupi kami. Berkali-kali Jin Hyung meminjami kami uang. Dan.. kadang kami hanya makan sedikit.
Tak berhenti sampai di situ. Betapa banyak hujatan yang kami terima dari awal. Semenjak debut kami selalu mendapat lontaran kebencian yang selalu memekakan pendengaran kami.
Tetapi kami tak menyerah.
Kami berusaha melakukan yang terbaik. Melakukan apa yang kami rencanakan dengan sepenuh hati, demi kalian semua. Dan aku bersyukur bahwa kalian masih tetap setia hingga detik ini.
Sebagai fans, keluarga, dan orang yang menyayangi kami.
Betapa banyak kata maaf yang ingin kulontarkan. Betapa banyak ungkapan terima kasih yang ingin kuungkapkan.
Dan.. di Bangtan's Last Stage.
Aku ingin mengungkapkan semua yang tertahan lewat lama di dalam pikiranku ini. Di saat Namjoon Hyung hampir selesai dengan semua kalimatnya, aku memberanikan diri mendekatkan mic ke bibirku bersamaan dengan nafasku yang tertarik begitu kencang. Dan—
—"ARMY-AH, SARANGHANDAGO!!"
-Talk Time: Kim Taehyung's POV-
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan's Last Stage | ✔
FanficSemua akan berubah. Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Hanya tentang waktu dan hati. april 18, 2017. republished: feb, 2018. copyright © bubblesyoon, 2018