Aku bukan orang yang pandai mengekspresikan emosiku sendiri.
Dari awal, tak ada satu kalimat pun yang terucap dari bibirku. Padahal banyak yang ingin aku ungkapkan, banyak hal yang ingin aku beri tahu kepada kalian semua.
Tetapi aku masih terlalu bodoh untuk mengungkapkan dan memberitahukannya.
Sejak debut, aku merasa senang. Walaupun aku sempat gagal pada audisi pertama, tetapi setelah perdebatan dengan batin yang cukup lama akhirnya aku memilih Bighit dan menjadi seorang Jungkook BTS.
Awalnya aku merasa gugup. Banyak hal yang kupendam sendiri. Hingga tahun 2016 lalu, aku di titik dimana tak dapat lagi menutupi apa yang aku rasakan.
Aku menangis bersama para member.
Aku mengungkapkan segala keluh kesahku tentang kesulitan yang aku alami. Aku tak masalah tentang masa sulitku, tetapi melihat Hyungdeul merasa kesulitan itulah titik kesulitannya.
Dan sekarang, melihat mereka menangis aku merasa kacau. Sebagian bahkan hampir seluruh bagian dari diriku hancur.
Aku ingin memeluk mereka.
Aku ingin memeluk jutaan ARMY yang berdiri di sini dengan army bomb di tangan mereka.
Aku ingin mengucapkan terima kasih yang banyak juga kata maaf yang tak dapat kuhitung jumlahnya.
Aku bukanlah seorang yang pandai merangkai kata. Sejujurnya, aku juga masih malu untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan.
Dan di Bangtan's Last Stage, stage dimana aku harus mengucapkan selamat tinggal pada semua yang sudah menjadi bagian dari hidupku selama ini..
Aku ingin mengatakan bahwa perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Memang perpisahan meninggalkan tangis dan kecewa tetapi aku yakin semua akhir adalah yang terbaik.
Terima kasih untuk segalanya. Saranghaeyo.
-Talk Time: Jeon Jungkook's POV-
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan's Last Stage | ✔
FanfictionSemua akan berubah. Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Hanya tentang waktu dan hati. april 18, 2017. republished: feb, 2018. copyright © bubblesyoon, 2018