3

1 1 0
                                    

**

Dinda, keluar yuk! Gue ada didepan rumah lo

Vina, dia mengajakku untuk pergi ke Mall karena ia ingin ditemani olehku. Aku sudah pulang dari sekolah 3jam yang lalu. Kini aku sudah berpakaian biasa dan menguncir kuda rambutku serta poni kiri kanan yang panjang, aku suka seperti cina, WTF.

Aku pun turun dari kamarku dan mataku beralih kepada sepupuku yang baru saja datang dari Surabaya. Dia cowok dan ia baru saja diangkat sebagai CEO diperusahaan ayahku diSurabaya. Yeah! Bisa dibilang aku adalah anak dari orang mempunyai. Tapi bukan diriku melainkan kedua orang tuaku yang mempunyai.

"Hey! Mau kemana, Din?," Bagas meletakan Snack itu dimeja depan TV. Aku tersenyum dan melihat kearah pintu yang terbuka, Yang menampakan kepala Vina yang sedang muncul itu. "Mau jalan-jalan"

Jawabku, Bagas mengangguk dan aku pun langsung keluar rumah.

"Yuk !" Aku menggandeng tangan Vina. Kami berdua pun menaiki mobil sport milik Vina. Aku menutup pintu mobil dan diusul Vina duduk ditempat kemudi.

**

Sesampai di Mall aku pun turun dan begitupun Vina. Kami berdua mencari kesebuah toko yang menjual accessories, aku mencari keberadaan gantungan kunci. Yeah buat kunci kamarku.

Aku dan Vina berpencar mencari barang yang kami cari, aku berjalan kearah boneka. Setelah mendapat gantungan kunci pandanganku beralih ke boneka. Tanganku menggapai boneka Minions itu.

Tanganku bersentuhan dengan tangan kekar milik seseorang, aku mengamati tangan itu. Dan aku menoleh ternyata, Yan. Sepertinya hidupku akan berubah saat datang Yan.

Aku melihat dia terkekeh pelan, aku pun ikut terkekeh pelan. Dengan cepat aku melepaskan tangan Yan dari tanganku "Yah, kok dilepas? Lembut tau!"

Aku mendelik saat mendengar ucapan Yan, ceplas-ceplos saja. Aku merubah posisiku bersamaan dengan Yan juga. Kami saling berhadapan.

"Lo cari boneka?" Aku mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Yan. "Lo mau yang itu? Pantesan sama kayak pipinya" dia mengambil boneka Minions itu, ia memandang lama dan memandangku kembali.

"Nih buat lo" dia memberi boneka itu padaku.

"Bu-buat gue?" Aku menunjuk diriku sendiri. Dia mengangguk dan mencubit sekilas pipi kiriku.

"Ya, buat lo. Siapa tau lo kangen gue lo bisa peluk boneka itu"

"Hah, makasih ya" aku terkekeh dan ia mencolek ujung hidungku. "Ok, gue duluan. Soalnya udah ditunggu Wildan diluar" dia meninggalkanku.

Wildan? Mereka berdua ke Mall. Aku mengalihkan pandanganku, ternyata ada Wildan menghadap kearahku. Aku langsung menunduk, kedua poniku nenutup mataku.

beberapa saat kemudian. Mereka meninggalkan tempat ini, aku mendongak dan melihat Vina sedang berjalan kearahku. "Udah?" Tanyaku.

Vina menangguk dan mengalihkan pandangannya kearah boneka yang ku peluk ini "lo beli?" Aku hanya menangguk.

Kami berdua pun berjalan kearah kusir, aku meletakan gantungan kunci dan boneka ini dihadapan kusir beserta merogoh tas miniku. Aku mengambil beberapa kertas berwarna merah atau uang ratusan. Kusir itu sama sekali tidak menyentuh barang barang yang ku letak'an dihadapanyan.

"Mba semuanya berapa?," tanyaku "semua sudah dibayar mba sama cowok yang barusan keluar,"

Aku mengangguk kikuk, Vina pun bergantian membayar barang-barang yang ia beli. Aku pun berpamitan duluan ke Vina jika aku ingin ketoilet jadi aku menitip kedua barangku ke dia.


*


Slow Mention.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang