1. BEGINNING

934 69 5
                                    

Secangkir kopi yang mengepul menemani malam yang sedikit santai di ruang UGD malam ini. Sebagian dokter yang sedang tak ada tugas berkumpul diruang istirahat, berukuran 7x6 meter, ruangan yang berisi 2 kasur tingkat. Saat yang lain memilih mengistirahatkan matanya, Jieun malah asik duduk disudut ruangan, sesekali membenarkan kacamatanya sebari membalikkan lembar demi lembar novel yang ia baca.

Saat sedang meneguk tetesan terakhir kopinya, suara ponsel di jas putih nya terdengar. Dengan sigap ia keluar dari ruangan setelah membaca pesan yang ia terima.
"Its showtime baby" ujarnya sembari merapihkan kuncirannya.

Untuk semua resident, berkumpul segera, 2 ambulans datang.

Seketika ruang UGD dipenuhi dokter yang berjalan cepat, ada yang sibuk mendorong kasur berisi seseorang, ada yang berlari membawa kantung darah, dan ada yang membantu dokter senior melakukan operasi kecil ditempat.

"Siapkan 2 kantung darah"
"Baik!" Jawab Jieun lalu berlari menuju suster yang bertugas memberikan kantung darah. Ia kembali sebari berjalan cepat dengan dua kantung darah ditangannya.
Lalu dengan cekatan Jieun memasangkan selang, tempat darah akan dialirkan kedalam tubuh lelaki yang memiliki luka robek di abdomen bawahnya.

Jieun membersihkan darah disekitar luka, lalu membersihkan wajah lelaki itu yang terdapat beberapa luka kecil.

"Bertahanlah, kau ada di rumah sakit yang benar. Kau akan selamat" ujar Jieun dalam hati.

================================

Berada di rumah adalah nikmat bagi Jieun, calon dokter yang mendedikasikan hidupnya 24 jam di rumah sakit.

"Aku akan bangun, 5 menit lagi" gumam Jieun pada dirinya sendiri, sebari memutar badannya kehadap kanan. Membelakangi jendela kamar yang memancarkan sinar matahari yang cukup mengganggu tidurnya.

Nada dering terlarang dari nomor terlarang berbunyi. Membuat Jieun reflek loncat dari kasurnya. Meski wajahnya tampak tak senang, tapi ia tetap masuk ke dalam kamar mandi, mencuci badannya kilat lalu bergegas keluar dari apartemen.

"Terkutuk kau jarak apartemen yang hanya 20 meter dari rumah sakit" gerutu Jieun yang sudah ada dirumah sakit hanya dalam waktu 5 menit.

Jieun memakai jas putihnya lalu mengambil stetoskop yang tergantung cantik di lemari penyimpanannya. Dengan pulpen dan papan berjalan berisi rekap medis pasien, Jieun masuk kedalam barisan para dokter yang ikut jadwal memeriksa pasien pagi ini.

"Kau kemana saja?" Bisik Sehun, teman satu angkatannya. Jieun menempelkan selembar post it kedalam kantung jas Sehun.
Sehun membaca post it itu lalu mengacak-acak rambut Jieun karna merasa teman perempuannya itu sungguh lucu.

Aku pulang kerumah, tapi suara terlarang dari ponselku sukses membuat tidurku menjadi mimpi buruk.

Jieun langsung menyingkirkan tangan Sehun dari kepalanya sebari memberikan tatapan kesal.

[Kamar 401]

Jieun masuk kedalam ruangan VIP, ia melihat lelaki itu lagi setelah kemarin ia ikut mengoperasi luka si pria itu.
"Kami akan memeriksa sebentar" ujar Jieun pada seorang wanita yang menunggu di sebelahnya.

Jieun memainkan stetoskop nya, memeriksa detak jantung si pemilik. Lalu membuka mata si pasien sebari menyalakan senter kecil.

"Pasien masih di bawah pengaruh bius paska operasi. Jika terjadi sesuatu langsung tekan tombol panik saja" ujar Jieun menyudahi pemeriksaan.

Saat ingin membuka pintu kamar untuk keluar Jieun menoleh kebelakang, melihat lelaki itu sekali lagi.

"Aku seperti mengenalnya Hun" ujar Jieun kepada Sehun yang sedang mengisi laporan rekap medis pasien.
"Semua orang yang melihat TV pasti mengenalnya" jawab Sehun tak peduli.
Jieun tak mengerti dengan maksud Sehun, ia mengejar Sehun yang lebih dulu berjalan meninggalkannya.

can you read MY MIND?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang