3. MEET YOU AGAIN AND AGAIN

475 52 5
                                    

Soo Hyun menoleh kearah sumber suara, Jieun langsung berdiri mencoba mencari letak ponselnya. Nada dering dari dokter ketua bagian UGD, nada dering kematian menurutnya.
Entah kenapa bisa ponselnya ada dibawah kolong kasur, Jieun menempel dengan lantai untuk menggapai ponselnya.
"Aish," gerutu Jieun.

Soo Hyun hanya menoleh melihat apa yang sedang perempuan itu lakukan dikamar sampai tiduran di lantai. Saat Jieun keluar dari kamar sebari melihat ponsel, ia kembali melihat kedepan dengan ekspresi wajah datar.

 Saat Jieun keluar dari kamar sebari melihat ponsel, ia kembali melihat kedepan dengan ekspresi wajah datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jieun menaruh ponselnya ke dalam kantung celana, sebari tersenyum lebar ia memohon sesuatu pada Soo Hyun.
"Hehehe, aku akan mengganti sepatu mu.. tapi"
Jieun memotong ucapannya, ia lebih dahulu melihat ekspresi wajah Soo Hyun sebelum melanjutkan perkataannya.

"Tapi antarkan aku ke Rumah sakit Seoul dahulu"
Soo Hyun menghembuskan napas berat, ingin menolak tapi perempuan itu sudah siap-siap sebari menunjukkan wajah sedih.
"Pleaseee ini masalah hidup dan mati" ujar Jieun menambahkan.

Akhirnya Soo Hyun mau mengantar perempuan itu, ia duduk di kursi pengemudi bersama perempuan yang sedang mengelap seluruh wajahnya dengan tissue basah.
"Luka mu harus dibersihkan, jangan sampai dibiarkan" ujar Jieun yang masih sibuk mengelap wajahnya.
Soo Hyun melihat kearah lukanya, ada bekas darah dikemejanya, pantas saja perempuan itu tahu.
"Hmmm" jawab Soo Hyun tak tertarik mengobrol.

....

Sehun berdiri dipelataran rumah sakit, menunggu ambulans yang 10 menit lalu pergi. Saat sedang meregangkan tangannya, tak sengaja ia melihat Jieun keluar dari mobil.
"Dengan siapa dia?" Tanya Sehun dalam hati, niat hendak berteriak memanggil matanya langsung melotot saat tahu ada Soo Hyun didalam mobil itu.
Sehun pun buru-buru merapat kedinding agar tak ketahuan Jieun bahwa ia melihat aksi jemputan itu.

"Terimakasih, aku janji akan mengganti sepatumu" ujar Jieun yang membungkuk setelah keluar dari dalam mobil.
Di dalam mobil, Soo Hyun tak memasang ekspresi wajah apapun, ia hanya menggerakkan tangan kirinya seperti tanda mengusir.
Melihat cueknya Soo Hyun, Jieun hanya tersenyum tipis lalu berlari pergi.
"Aish sombong sekali dia, sama sekali tak tersenyum. Awas saja sampai dia mengejar-ngejar cintaku wkwkwkw" gumam Jieun dalam hati.

Jieun masih berdiri didepan rumah sakit sampai mobil yang Soo Hyun menghilang keluar dari pagar, saat itu Sehun entah muncul dari mana sudah ada disampingnya dengan aura dingin.
"Bagaimana kau bisa bersama?" Tanya Sehun dengan suara bass nya.
"Astaga!" Jieun hampir saja jatuh saat ia menoleh kesamping ternyata sudah ada Sehun si tiang listrik.
Jieun memainkan kedua kakinya, imut, senyumnya merekah seperti baru copot behel gigi, Sehun yang melihat tingkah aneh temannya itu hanya mengernyitkan dahi, keheranan.
"Apa kau sedang kesambet?" Tanya Sehun masih heran.
Jieun meninju pelan lengan Sehun dengan wajah sumringah.
"Aku, menginap, semalaman, di, apartemen, KIM-SOO-HYUN, hahaha" berbeda dengan tingkah Jieun yang imut-senang, Sehun kaget karna, bagaimana bisa?

"Wah gila kau" respon Sehun yang sepanjang jalan menuju ruang dokter mendengar kronologi bagaimana bisa Jieun di apartemen Soo Hyun.
Jieun bersiap sebari mengalungi stetoskop nya, disebelahnya Sehun berjalan membuntuti nya.
"Bukankah kau punya tugas mengawal ambulans yang akan datang?" Tanya Jieun yang heran kenapa Sehun mengikutinya ke ruang UGD.
"Aishhh" gerutu Sehun yang baru ingat, ia langsung mengambil papan kertas miliknya lalu berlari menuju pelataran rumah sakit. Jieun hanya menggelengkan kepalanya, melihat betapa kencangnya Sehun berlari, ia pun mulai bekerja dengan hati yang senang.

....

Soo Hyun berdiri bersandar di pintu kamarnya, melihat bagaimana kerja pembersih rumah yang ia sewa untuk membersihkan apartemennya dari kekacauan perempuan mabuk tadi malam.
"Itu dan itu, buang saja" Soo Hyun menunjuk kaus kaki bergambar jerapah dan lipstik yang ada di atas tempat tidurnya.
Ia mendesah capek karna kamarnya seperti kapal pecah, bahkan ia meminta semua spreinya untuk diganti, ia rasa ia masih mencium bau muntahan disana, mencurigakan.

Saat sedang serius melihat kinerja pembersih rumah, ponselnya berdering. Soohyun pun keluar ruangan untuk mengangkat panggilan yang sama sekali tak ia harapkan.
"Hmm" ujar Soohyun.

Jieun mencoba membersihkan tenggorokanya agar suara terdengar lebih merdu. Meski tak bertatap muka, sedari awal menelpon ia sudah senyum-senyum sendiri membuat para suster yang lewat melihat keheranan.
"Hallo.. Soohyun-shi, aku kembali merepotkan mu" ujar Jieun dengan nada pelan dan sedih, meski wajahnya saat ini berbanding terbalik, senyum sangat lebar.

Soohyun baru merasakan penyesalan memberikan nomornya pada perempuan yang menumpang di apartemennya semalam.
"Wae?" Tanya Soohyun singkat.
"Staetoskopku ketinggalan, kotak panjang alumunium dengan sticker jerapah diatasnya. Apa ada dirumah mu?" Tanya Jieun yang tersenyum karna berharap rencananya untuk bertemu dengan Soohyun lagi bisa berhasil.

Soohyun menjauhkan ponselnya dari telinga lalu matanya mulai mencari di setiap sudut ruangan apartemennya. Mencari di ruang tamu tak ada, ia pun masuk ke dalam kamarnya.
"Tak ada, memang kau membawanya?" Tanya Soohyun lagi, masih mencoba mencari sampai kebawah tempat tidurnya.

Jieun tak menjawab, ia mencoba berpikir keras agar rencananya dapat berhasil.
"Aku selalu membawa staetoskop itu kemana saja. Benar tidak ada?" Ujar Jieun mencoba meragukan Soohyun.
"Tidak ada" jawab Soohyun yang masih mencari-cari hingga ruang tamu.

Saat Jieun masih menelpon di ujung lorong bersandar pada tembok. Sehun melihat dari kejauhan.
"Apa yang dia lakukan?" Tanya Sehun penasaran melihat Jieun yang bersandar pada tembok sebari memainkan kedua kakinya tak bisa diam. Ia pun menghampirinya.

Soohyun memutuskan untuk berhenti mencari, ia mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari apartemen.
"Apa tidak ada yang menjual staetoskop di rumah sakit?" Tanya Soohyun heran.
"Ada, tapi itu staetoskop keberuntungan ku" jawab Jieun, entah sudah berapa menit mereka bertelepon. Jieun selalu tersenyum mendengar suara bass Soohyun yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang.

Soohyun mendengus kesal mendengar jawaban Jieun. Ia masuk ke dalam mobil sport hitamnya, memasang earphone wirelessnya agar masih bisa menerima telpon sebari menyetir.
"Staetoskop mu mungkin sudah dibuang, aku tidak tahu" ujar Soohyun yang ingin sekali mematikan telpon namun tidak bisa.

"Ada apa?" Tanya Sehun tiba-tiba, Jieun menutup mulut Sehun dengan tangannya agar diam. Ia masih berpikir bagaimana untuk menjawab ucapan Soohyun. Agar ia bisa bertemu dengan cinta pertamanya lagi.

Kedua mata Sehun melotot seperti ingin keluar saat tangan Jieun yang kecil itu menutup mulutnya. Sekarang ia bersandar di tembok, ditahan oleh tubuh kecil Jieun. Jarak mereka sangatlah dekat, membuat Sehun hanya bisa berdiri mematung.
"Jangan berisik" bisik Jieun sebari menjauhkan ponselnya.
Sehun hanya mengedipkan matanya masih kaget. Entah mengapa tiba-tiba ia melihat Jieun seperti bersinar, bahkan waktu seperti berhenti.
Perlahan Sehun memegang dadanya, tepat dimana jantungnya berada.

"Seperti aku..." Sehun menggantung perkataannya.
"Bukan saatnya kau bicara" ujar Jieun mencoba agar Sehun tak berbicara lebih dulu dengan menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Sehun kembali diam, ia memegang dadanya, sebari menutup matanya ia mencoba menghitung detak jantungnya.
Dilain kondisi, Jieun masih berpikir untuk menjawab perkataan Soohyun.

"Sepertinya aku terkena, arrhythmia" ujar Sehun dalam hati.

....

TBC

*Arrhythmia , masalah pada jantung terletak pada ritme detak. Dimana jantung berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat.

can you read MY MIND?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang