5

62.4K 1.8K 155
                                    

Lidah kami saling melilit satu sama lain, aku suka perang lidah seperti ini karna sensasinya seperti banyak kupu-kupu yang keluar dari perutku.

Aksi yang dilancarkan Om Gilang lebih dominan, aku sendiri hanya menikmati permainannya dengan senang hati. Kini bibirnya menyedot kuat bibir bawahku, menghisapnya seperti permen yang manis, meski kewalahan aku tetap berusaha membalas setiap perlakuannnya padaku.

Benang saliva terlihat jelas, saat bibir kami saling menjauh, deru nafasku memburu begitupun dia, tak lama setelah mengatur nafas, Om Gilang kini membalikkan tubuhku menghadap dinding, dia melorotkan celana jeans yang aku kenakan begitupun celana dalamnya dan dia juga melakukan hal yang sama.

Satu tangannya mendorong punggungku hingga aku sedikit membungkuk, sedangkan tangannya yang lain mengocok penisnya sebentar dan diposisikannya di depan lubang anusku.

Jleb.

"Argghh!!sakkhitttt...Ommm...ssstttt...sakhiittt."

Tanpa pelumas ataupun penetrasi sama sekali, tubuhnya didorong kedepan membuat penisnya hilang dilubang anusku.

5 menit kami hanya saling diam, dia menunggu anusku terbiasa menerima benda tumpul miliknya, perlahan aku mulai tenang dan dia perlahan menggerakan pantatnya maju mundur.

Panas, perih, dan rasa sakit yang sebelumnya aku rasakan, semakin lama berganti menjadi rasa nikmat.

Aku pun ikut memaju mundurkan pantatku berlawanan arah dengannya, tanganku sesekali menggebrak-gebrak dinding gerbong berusaha menyalurkan rasa nikmat itu.

Plok plok plok plok

Perpaduan bunyi kulit antara pantatku dengan pahanya, terdengar mengalun sepanjang persenggamaan ini.

"Ahhhh....ommm....oughhhh...ahhh....enakkk..om...ennnnakkk...ahhh."

"Kammuhhh...sukkhhha?"

"Sukkhaaa..bangggettthhh...ommm...oughhh...ahhh...entoth..yang...keras...ommmhh."

Sodokan di bawah sana semakin keras dan cepat, seperti permintaanku dan aku suka itu. Om Gilang kini menciumi leherku dan kupingku secara bergantian penuh nafsu. Aku menggigit bibir bawahku, menikmati semuanya karna fokusku menyambut sensasi nikmat genjotan di bawah sana.

"Ahhhh....ommmh...akhuuu..sampai..ommm....ahhh."

"Kithaa...keluarin..barenghhh...sahyanggg."

Crot crot crot.....

"Ahhhhhh~~~" Desah kami bersamaan menyambut orgasme, aku bisa merasakan lelehan lahar panas didalam perutku kini sebagian bergerak keluar bersamaan penis Om Gilang. Pejuhku pun kini membanjiri dinding gerbong di depanku.

Om Gilang memeluk tubuhku dari belakang, tangannya melingkar sepanjang perutku.

"Makasih ganteng." Ucapnya, aku hanya tersenyum.

Selesai persengamaan singkat itu, Om Gilang keluar lebih dulu dari Wc meninggalkanku yang masih berbenah menghilangkan jejak. Setelah itu, aku ikut keluar dan kembali ke kursiku.

Bisa kulihat Om Gilang tersenyum disana menyambutku, tangannya menepuk pantatku saat aku hendak duduk.

Perjalanan kereta nampaknya lama, karna bosan aku merogoh hp dan memainkan game yang ada.

"Boleh minta nomer hpnya, Dimas?" Tanya Om Gilang membuatku menoleh kearahnya. Aku mengangguk, setelah itu menyebutkan setiap digit nomer hpku. Aku bisa lihat dia menamai kontakku dengan 'Ganteng', aku hanya geleng-geleng kepala menanggapinya.

"Pin BB?"

"5C------."

Dia tersenyum, dan ikut sibuk dengan hpnya begitupun denganku.

"Acc pin Om ya, Dimas."

Aku mengangguk, kini membuka aplikasi BBM yang sudah ada undangan masuk disana, tanganku bergerak menekan tombol ceklis tanda menerima undangannya.

"Udah ya om." Ucapku.

Ping!!

Sebuah notif BBM berbunyi, ketika aku memeriksa ternyata itu notif dari Om Gilang sendiri.

'Halo'

Aku menoleh kesamping dan dia tersenyum manis kearahku, ini benar-benar konyol ketika orang yang duduk berseblahan tapi saling mengirim pesan. Ada yang lebih lucu dari ini.

'Halo juga'

'Anak mana?'

'Jakarta'

'Kelas berapa?'

'SMA tingkat akhir'

'Mau jadi pacar saya?'

Aku kaget membaca pesan terakhirnya, kutengok dia masih tersenyum disana.

"Ada chatt'an tuh, bales dong." Ucapnya, aku menatapnya bingung lalu kembali kelayar hp.

'Gak ah'

'Kok gitu?'

'Biarin:-P'

Aku langsung menaruh hp ketempat sebelumnya, fokus mataku sekarang beralih kesamping kanan, Om Rendra masih terlelap disana tanpa sadar aku tersenyum.

Pemandangan yang dilalui sangatlah bagus, banyak sawah-sawah yang membentang luas disana dan itu sungguh indah. Suara khas kereta api pun  mengaluh syahdu.

Tiba-tiba kepala Om Rendra bersender pada pundakku, membuatku tersenyum. Begitupun kepala Om Gilang yang sengaja ditempatkan di pundak ku yang satunya. Membuatku tak bisa banyak bergerak karna aku terjebak diantar bapak-bapak ini.

Tak lama aku menguap pelan tak bisa menahan kantuk, aku telengkan kepalaku diatas kepala Om Rendra, dari semuanya hatiku tetap untuk Om Rendra seorang, dan mataku terpejam damai.

Entah sudah berapa lama aku tertidur, tapi ketika aku bangun dua orang yang ada disampingku sudah bangun lebih dulu, aku menegakkan kepala dari senderan pundak Om Rendra.

"Udah sampai mana, Om?" Tanyaku.

"Bentar lagi Cikampek, kamu kalo masih ngantuk tidur aja. Masih lama kok." Ucap Om Rendra.

Aku menoleh ke arah Om Gilang yang sepertinya akan bersiap-siap untuk turun.

"Bentar lagi ya Om?" Tanyaku. Om Gilang menoleh.

"Iya." Ucapnya tersenyum, setelah itu dia membisikan sesuatu ditelingaku.

'Jangan lupa kabar-kabar ya, kalo ada waktu saya telfon kamu ya'

Aku mengangguk mengiyakan.

Tak lama, kereta berhenti di stasiun Cikampek. Om Gilang pamit padaku dan Om Rendra, setelah itu ikut turun bersama penumpang jurusan yang sama. Saat ini suasanya di gerbong sedikit longgar dari awal, membuatnya terlihat senggang.

"Kamu kayanya akrab sama dia?" Tanya Om Rendra.

"Dia siapa om?"

"Yang tadi duduk diseblah kamu."

"Enggak kok Om, kita baru aja kenal." Ucapku.

"Oh, kirain mah temen lama haha."
"Hahaha "

Kereta pun  bergerak meninggalkan stasiun dan kembali melanjutkan perjalanan.

Bersambung......

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang