11

53.2K 1.6K 94
                                    

Lidahku dengan lincah menyapu bawah kepala penis yang merupakan titik sensitif seorang pria, terbukti Om Rendra mengerang dengan mata merem melek menahan nikmat.

Kemudian mulutku mengemut dan melumat kepala penisnya yang terasa sedikit-pahit?

Pahit?

Ah--penisnya kan masih ada sabunnya, belum dibilas tapi udah main aku kulum saja. Pantas saja rasanya pahit, membuatku menyudahi aksiku sebentar.

"Loh? Kok udahan Dim?" Tanya Om Rendra membuatku mendongak.

"Om Rendra suka?" Tanyaku.

"Enak, lagi." Ucapnya sambil tersenyum, membuatku ikut tersenyum dan hatiku berdesir senang.

Tanganku bergerak menyiram air ke penis Om Rendra untuk menghilangkan sisa sabun, setelah bersih aku kembali mengemut sebentar kepala penisnya , sebelum akhirnya melahap perlahan batang penis besar itu kedalam mulut.

Mulutku terasa sedikit pegal, karna harus terbuka lebar untuk melahap batang gemuk yang merupakan impianku sedari dulu. Tapi itu bukan masalah, aku bisa mengatasinya. Penis Om Rendra hanya mampu ku lahap setengah, itupun sudah mentok di batang tenggorokanku, saking panjangnya.

Perlahan aku menggerakan kepalaku maju mundur, membuat Om Rendra kembali mengerang ke-enakan.

"Dimassshhhhh...aahhh...hisappp..yang...kuathhh."

Aku mengikuti apa maunya, ku kempotkan pipiku untuk mempersempit mulut dan menciptakan suasana yang berbeda.

Kedua tangan Om Rendra kini mencekal sisi kepalaku, dia sekarang memegang kendali mulutku.

Kepalaku di maju mundurkan sesuai tempo yang diinginkannya, aku senang rasanya mendengar suara Om Rendra yang mirip orang kepedesan. Penuh gairah~

"Ouughhhhh.....dimas....enak...dimashhh....enakkkhhh."

"Sempit.....arrgghhhhhhhh....hangattttthhhh."

20 menit lamanya om Rendra mengentoti mulutku, aku tau tak lama lagi Om Rendra pasti akan orgasme, bisa didengar deru nafasnya yang memburu.

"Arrrrgghhhhhhh.....om....sampai dimas...om sampaihhhh."

Tangan Om Rendra bergerak menjauhkan kepalaku dari penisnya, tapi aku tetap bersikeras mengulum penisnya dan tak mau melepaskan kepalaku dari sana. Aku ingin merasakan pejuh om Rendra membanjiri kerongkonganku, aku sudah menantikan ini cukup lama dan tak mau melewatkan hal ini begitu saja.

"Awassshhhhhh.....Dimassss....Om..mau keluarggg."

Aku tetap bersikeras, sampai akhirnya--

Crot...crot...crot...

Aku langsung melahap habis pejuh yang di keluarkan Om Rendra, berharap pejuh itu akan tubuh menjadi benih, meski itu tak kan mungkin terjadi.

Hoshhh...hoshhhh....

Setelah selesai, aku berdiri dan mensejajarkan tubuhku dengan Om Rendra, aku mengelap pejuh yang melumer di mulutku dengan punggung tangan, aku tak akan membiarkan setetespun penjuh Om Rendra terbuang sia-sia.

Kulihat Om Rendra masih ngos-ngosan disana, setelah deru nafasnya mulai stabil dia menatapku dengan tatapan heran.

"Lho, sperma Om kok gak ada?" Tanyanya bingung sambil celingak-celinguk kebawah, lalu kembali menatapku, bingung.

Dalam hati aku ingin tertawa melihat kepolosannya.

"Kamu kemana'in, Dim?"

"Gak tau, mungkin kebawa angin kali Om." Jawabku asal sambil angkat bahu.

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang