15

44.4K 1.4K 54
                                    

Mataku terbias cahaya matahari yang menyelinap melalui celah gorden, memaksaku bangun dari alam mimpi. Aku menggeliat resah saat kurasa sapuan basah yang menggelitiki dadaku. Saat mataku terbuka perlahan, aku melihat bayangan blur warna hitam yang bergerak-gerak di sekitar dadaku.

"Eunghhh......."

Aku bereaksi cepat dengan menutup mulut, terlalu shock dengan lenguhan suara yang aku keluarkan, kenapa suaranya menyerupai desahan. Aku mengumpat pelan, saat mataku benar-benar terbuka disanalah aku melihat kepala Liam kini sedang bermain-main dengan dadaku, lidahnya ber-grilya menekan, menyapu, dan mengecup putingku yang sudah terlihat tegang dan basah karna permainannya.

Kedua tanganku langsung mendorong bahunya, tapi gagal. Liam tak mau beranjak dari sana, dia tetap bersikukuh menggoda tubuhku dengan sapuan lidahnya yang basah, aku menggeleng kuat dan menggigit bibir menjaga kesadaran supaya tak hanyut dalam permainan Liam. Tanganku masih setiap mendoromg tubuhnya menjauh, dengan sedikit tenaga aku berhasil mendorong tubuh Liam agar menyingkir dari atasku.

Bruk!!!

Liam terjatuh dari ranjang dengan bokong yang lebih dulu mencium lantai, kulihat dia meringis dibawah sana lalu bangun sambil mengelus-elus bokongnya yang terasa sakit.

"Liam?!kamu lagi ngapain?!" ucapku hampir berteriak, aku merasa dilecehkan disini. Tak seharusnya Liam melakukan ini padaku, aku juga tak menyangka dia bisa se-nekad ini, kalau mau pun dia bisa memberi tahuku kan? Mungkin aku akan lebih bisa menerimanya.

"Cuma mau buktiin dugaan aku aja." ucapnya santai, lalu menatapku lama dan mulai duduk di sisi ranjang. Perlahan aku beringsut menjauh, bermaksud menjaga jarak darinya. Dia terlalu frontal dan itu menyeramkan, aura yang dipancarkan Liam terlalu liar untuk dikendalikan dan jelas itu semua membuatku risih.

"Ini pelecehan!" Aku frustasi sendiri, tanganku bergerak cepat membenarkan posisi baju yang sebelumnya disingkap Liam keatas, mengekspos jelas putingku.

"Maafin aku Dimas." ucapnya penuh penyesalan, meski wajahnya  tak menunjukan rasa menyesal sama sekali.

Aku hanya mendengus sebal saat kulihat kedua tangannya membuat gerakan memohon maaf padaku, terpaksa aku mengangguk. Aku sebenarnya tak begitu marah saat tau Liam melakukan ini, aku hanya terlalu kaget karna Liam bisa se-nekad ini. Dalam hati aku merutuki diri sendiri karna tak mengunci pintu kamar dengan benar.

"Lupakan." Ucapku cepat, kulihat wajah Liam langsung berseri lagi . Aku hanya memutar bola mata jengah melihat sikapnya yang sekarang terlihat konyol hanya karna aku maafkan.

"Kamu mandi gih, aku sama Yodi may ngajak kamu kesuatu tempat. Jamin deh kamu pasti suka." ucap Liam membuatku penasaran.

"Kemana?"

Cklak!!

"Waw, hebat banget kamu, Lim. Bisa bangunin Dimas..." ucap Yodi yang tiba-tiba masuk, tangan satunya sibuk membawa satu stel baju bola bernomor punggung  02.
"Dim, kamu tidurnya damai banget kaya orang mati. Udah aku bangunin berkali-kali tetep aja gak bereaksi." keluh Yodi.

"Amasa?" Heranku tak percaya.

"Beneran. Tapi, hebat juga kamu Lim bisa bangunin nih kebo." puji Yodi pada Liam, yang langsung di balas sebuah cengiran dari Liam. "Gimana?" tambahnya pada Liam.

"Positif." Jawab Liam, aku benar- benar tak mengerti arab pembicaraan mereka kali ini. Terlalu banyak teka-teki dengan isyarat tubuh yang aneh.

"Apanya yang positif?" Tanyaku.

"Ada deh." Jawab Liam cepat, aku menatap mereka tanpa minat. Jawaban yang diberi Liam terlalu pendek, membuatku menyesal sudah bertanya.

"Oh ya, Dim. Kamu pake ini ya." Ucap Yodi menyodorkan baju yang dibawanya. "Kita mau ngajak kamu kenalan sama temen-temen deket kita, sekalian main." Ucap Yodi.

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang