Jangan di vote ya sodara sodariku yang budiman.
"Saya kanker."
Quenzino Altar Brayudha, punya caranya sendiri untuk mengatasi segala masalah yang harus ia hadapi. Dengan magic word yang selalu ia gunakan, 'gue kanker.' Seperti sebuah kata sandi rahasia yang membuat hidupnya aman dan tentram.
Contohnya sekarang.
Seorang pria berpakaian rapih itu langsung bangkit dari tempatnya dan mempersilahkan lelaki yang sering di panggil Q (Re : Qiu) itu untuk menempati tempatnya. Dalam bus penuh sesak, bahkan seorang ibu-ibu yang wajahnya sedikit pucat berdiri di tengah bus tak bisa mendapatkan tempat untuk duduk. Dan dengan mudahnya Quenzi mendapatkan tempat duduk.
Lelaki itu langsung duduk di tempatnya, bertepatan dengan alarm di ponselnya yang buru-buru ia matikan sebelum bunyinya memekakan. Itu bukan alarm bangun tidur. Jelas tulisan yang tertera di sana bertuliskan, "BUDEK YA LO? MINUM OBAT!"
Lelaki itu langsung menghela napas. Kakaknyalah yang memasang alarm itu. Sebagai pengingat katanya. Padahal tanpa pengingat itu, Quenzi selalu tau kapan waktunya minum obat, terlebih kalau tubuhnya sudah terasa tak enak. Anak itupun mengeluarkan sebuah tabung bening dari dalam tasnya.
Beberapa orang yang berdiri di dekatnya dan juga kakek tua yang duduk di sampingnya langsung meliriknya diam-diam. Terlebih saat anak itu memasukan pilnya kedalam mulut tanpa memerlukan bantuan air.
Seketika orang-orang itu menarik kesimpulan sendiri, kalau Quenzi benar-benar penderita kanker.
Hingga tiba-tiba bus metromini itu berhenti mendadak, membuat beberapa orang yang berdiri hampir terjatuh kalau saja mereka tidak memegang sebuah pegangan besi yang mengantung di langit-langit.
"Eh goblok! Bisa nyetir gak sih lo, anjing!" Mendengar umpatan yang keluar dari pengemudi metromini itu membuat Quenzi mendongakan kepalanya melihat apa yang terjadi di depan sampai membuat bus berhenti mendadak seperti itu.
Sebuah mobil berwarna hitam berukuran sedang dengan kap berwarna putih hasil modifikasi itu berhenti dengan posisi melintang di depan metromini dengan seenaknya. Quenzi langsung menghela napas menyadari kalau ia mengenali mobil hitam itu, terlebih saat seseorang keluar dari pintu pengemudi. Seorang laki-laki dengan seragam putih abu-abu berlapis jaket berwarna hitam, seseorang yang Quenzi kenal hampir selama hidupnya.
Tak perlu berlama-lama lagi. Lelaki itu langsung bangkit dari tempat duduknya, memberikan selembar uang sepuluh ribu kepada kenek yang berdiri di dekat pintu keluar yang terbuka lebar.
Lagi-lagi usahanya gagal.
Bila mana dalam sunyi itu aku mati
Maka kalian. Adalah keabadian yang melekat bersamaku.🦋🦋
Kenapa gue bikin 2 prolog?
Karena otak gue penuh ide tapi gak bisa di sambungin WKWK JADI YA SELAMAT MEMBACA AJA DAH, HARAP MAKLUM!5 orang udah gugur. Jadi berasa kaya hunger games gimana gitu ya wkwkw. Kita liat siapa yang bertahan sampe akhir😂👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Quenzino
Short Story"pagi... jangan pergi kutakut malam nanti kumasih sendiri dan pagimu tak lagi indah" •Dialog Dini Hari• #15 in short story [7/6/17]