5. Rahasia pertama

155 9 3
                                    

-Selamat membaca-

Ternyata bener ya? Yang sudah berlalu emang sering ngangenin. Seperti mantan contohnya. Ups.

~~~~

Jam pelajaran olahraga membuat seluruh murid kelas XI Ipa 2 berhamburan keluar. Sayangnya Pak Odie -yang merupakan guru olahraga mereka berhalangan hadir membuat mereka menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan lain. Sebagian dari mereka ada yang nongkrong dikantin ataupun tetap berada diruang kelas tercinta. Namun lain hal dengan Naufal dkk. Mereka pergi kelapangan basket untuk menyalurkan hobi mereka.

"Fal, sini fal over ke gue bolanya!" teriak Reza pada Naufal yang mendrible bola.

"Eh bento halang tuh Naufal" Deva menunjuk kearah Naufal. "Anjir.. Bento, bento, pala lu bento. Nama gue beni! Dugong!" Beni mengumpat. "Aduh iya bento, itu buruan halang bolanya!" Beni yang mendengar ucapan Deva hanya memutar bola matanya.

"Za. Tangakep nih. Eh awas dibelakang lu ada Beni noh" Reza membalikkan tubuhnya dan melihat Beni mendekat. Saat Reza berhasil menangkap bola yang diover kan Naufal kepadanya. Bola tersebut langsung raib direbut Beni.

"Yah hilang deh" Reza pasrah meliat bola yang tadi ia tangkap sudah berpindah tangan.

Beni yang sibuk mendirible bola langsung menghentikan langkahnya kala melihat Naufal yang berdiri menghadap koridor sambil tersenyum lebar. "Naufal kenapa?" Tanya Beni dalam hati, segera ia mengubah arah pandangnya dan langsung mengerti kenapa Naufal bisa tersenyum lebar seperti itu.

"K.. kak, liat kak Beni nggak?" Tanya Amel pada Naufal sambil menundukan kepalanya.

"Kok nyari Beni? Bukan nyari gue nih?" Tanya Naufal balik tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Amel tadi.

Melihat gadis yang dihadapannya ini hanya menunduk Naufal lantas memajukan langkahnya untuk mengikis jarak antara mereka.

"Hey.. kalo nanya liat orangnya mel, jangan liatin sepatu mulu. Emang sepatu lo lebih menarik yah dari pada gue?" Tanya Naufal lembut.

Amel hanya bergeming ditempatnya. Naufal yang melihat hal itu menghela nafasnya dan menarik dagu Amel agar gadis itu melihat kearahnya.

"Nah ginikan bagus. Kalo ketemu sama gue gak usah nunduk yah.. gue gak bakalan ngapa-ngapain lo kok. Tenang aja" ucap Naufal bercanda.

"Bu.. bukan gitu kak. Maksud-" ucapanya terpotong. "Iya gue tau. Lo tadi nyari Beni kan? Emang mau ngapain?" Tanya Naufal penasaran.

"Cuman mau kumpulin pendaftaran ekskul musik kak" jawab Amel pelan menunjukan kertas pendaftaran yang ia ingin kumpulkan.

"Lo takut ya sama gue? Kok kalo setiap lo lihat atau deket sama gue lo langsung nunduk gitu? Gue serem ya?" Tanya Naufal tiba-tiba.

"Engg.. enggak kok kak. Aku gak takut sama kal Naufal" Naufal tersenyum, bahkan mendengar namanya saja disebutkan gadis dihadapanya ini, ia sudah merasa sesenang ini.

"Kalo misalnya lo emang gak takut sama gue, sebentar pulang sekolah lo gue anterin pulang ya?" tawar Naufal pada Amel dengan senyuman yang ia tahan.

Amel diam tidak tau harus menjawab apa. Ia bingung apakah ia harus menerima ajakan kak Naufal atau tidak. Baginya jika ia menerima ajakan kak Naufal sama saja dia menguji dirinya sendiri. Melihat kak Naufal saja ia sudah gugup bagaimana nanti kalo dia dibonceng mungkin ia akan pingsan ditengah jalan.

My Wild BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang