PART TWO

88 24 5
                                    

~Naya~

"Manda kemana dulu sih anjir, lama amat dah keanya. Apa jangan- jangan ninggalin gue lagi. Katanya janji pengen ke rumah gue, malah kaga ada anaknya." Batin Naya dalam hati. Sejak tadi, Naya mencak-mencak sendiri menunggu Manda di depan gerbang sekolah.

Ponselnya bergetar. Gadis itu melihat ada notifikasi pesan Line dari teman temannya. Grup angkatan = 999+, Grup kelas = 45,  dan pesan dari Manda = 3.

Manda : Nay

Manda : Ehhhh maapin w yak. Td w plg doloan soalny ada kerkom di rumah temen guee😩😩, jd w balik duluan. Gausa tungguin w, pulang buruan nnti mak lo nyariin, gue lg nnti yg disalahin.

Manda : Yodah gt aj yaaaa, see youuu😘😘😘

(Read)

Naya sangat sebal sekali melihat tingkah Manda. Dari tadi kek lu ngirim beginian, dari tadi gue udah pulang kelesss, gumam Naya yang sedang hipertensi.

Naya mendongak keatas sejenak. Sepertinya langit dan cuaca sedang tidak bersahabat. Awan mulai berwarna kelabu dan "mungkin" siap mengguyurkan beberapa tetes air ke bumi.

Gadis itu termenung sendirian. Naya ingin menghubungi supirnya, tapi pasti ia tau supirnya sedang mengantar ayahnya ke Bandara. Sesuai tadi pagi bunda bilang, Naya harus pulang sendiri.

Gadis itu kewalahan sendiri. Jujur saja, sekarang ia tidak membawa jaket, karena menurut Naya tadi pagi cuacanya cerah sekali, jadi tidak mungkin bila ia harus membawa jaket, adanya nanti ia dibilang nenek nenek lagi sekolah. Naya berjalan di lorong kelas sendirian. 

"Sepi amat kayak kuburan," gumamnya dalam hati. Sepertinya, bulir- bulir kecil hujan hampir ingin turun. Saat ia melewati perpustakaan, tiba- tiba ia melihat sesosok laki laki yang masih ada di dalam perpustakaan sedang meminjam buku. Ia tampak tak asing bagi Naya. 

Lelaki itu ada Yafi. Ya, Yafi. Kenapa Yafi belum juga pulang? Padahal telat sejam pulang ke rumah aja mamanya akan menginterogasi sampai jawabannya masuk akal. Naya ingin memanggil dan meminta mengantarkannya sampai rumah, tapi mengingat tadi waktu istirahat Naya sudah ditanya-tanyakan yang tidak jelas, Naya hanya bergidik ngeri. Ia mempercepat langkahnya hingga derapan kakinya terdengar jelas. 

~Yafi~

"Woy Naya. Bengong aja. Kesambet mampus lu. Mau pulang bareng gue gak? Daripada lo kayak orang pe'a, mending balik sama gue. Gue anterin lah lo sampe rumah lo!?"

Suara itu memecah keheningan. Ia melihat sesosok laki laki yang ia lihat di Perpustakaan tadi. Lelaki itu telah memakai jaket dan siap mengendarai motornya.

"Ehhh, tapi Yaf-" Ujar Naya.

"Gaada tapi tapian. Lagian juga bentar lagi ujan. Sakit nanti gabisa masuk sekolah, eh ketinggalan pelajaran deh. Daripada udah hujan deres lu gabisa pulang, gue gamau tanggung jawab ya, Nay." 

"Yaudah." Naya hampir menaiki motor Yafi, Yafi memotong pembicaraan lagi. (Kebiasaan emang nih anak ya).

"Nay,pake jaket gue nih. Nganggur." Yafi berkata sambil memberikan jaket kepada gadis itu. Gadis itu mengangguk pelan. Ia juga tersenyum tipis. "Napa lo senyum senyum?" Tanya Yafi.

abuabu [aku bukan untukmu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang